Pernah mendengar variasi bahasa ken (cant)? Kalau belum, kita adalah sama setidaknya sampai saya mendapat mata kuliah sosiolinguitik, sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang penggunaan bahasa yang ada di dalam masyarakat, Saya tahu adanya variasi bahasa ken (cant) ini karna ada pada materi mata kuliah saya yaitu sosiolinguistik, menurut pendapat (Mac David, 1969) variasi bahasa ken adalah variasi Bahasa social yang bernada melas (pengemis). Selain itu, Menurut Chaer dalam (Cahyandani, 2012) pengemis mempunyai bahasa sendiri yang di dalam ilmu sosiolinguistik disebut bahasa ken atau cant. Sedangkan menurut Suherlan dalam (Senjaya. Wahid, Saputra, dkk. 2018) Ken (cant) adalah wujud ragam bahasa yang dipakai oleh kelompok sosial tertentu dengan lagu yang dibuat-buat supaya lebih menimbulkan kesan "memelas" atau supaya "dikasihani".
Selain itu saya juga pernah membaca sebuah judul penelitian tentang variasi bahasa ken yang mengangkat tentang pengemis dan pengamen yang biasa mangkal di lampu merah sebuah perempatan, variasi bahasa ken ini identik dengan pengemis dan pengamen bukan? padalah mungkin kita termasuk saya sendiripun, setidaknya pernah satu sampai dua kali atau bahkan lebih menggunakan variasi bahasa ken ini untuk mendapat sesuatu. Bukan hanya pengemis dan pengamen tapi karyawan swasta, mahasiswa, ibu rumah tangga, anak sekolah pasti pernah menggunakan variasi bahasa ken ini secara langsung atau tidak langsung untuk menimbulkan kesan memelas dan dikasihani.
Sebagai contoh kita meminta tolong kepada salah satu teman utnuk meminjamkan sejumlah uang, yang awalnya dia tidak mau menolong tapi karna kita memasang raut wajah yang memelas dan menimbulkan rasa kasihan, dia jadi menolong kita. Ini sependapat dengan (Soeparno, 2003) juga mengungkapkan bahwa menggunakan ungkapan yang memelas bahasa ken juga dapat diungkapkan melalui bahasa tubuh. Contoh lainnya yaitu seorang mahasiswa yang meminta jawaban kepada temannya saat ujian dengan nada dan wajah yang memelas agar diberikan jawaban oleh teman di depannya. Jadi apakah variasi bahasa ken ini merupakan bahasa pengemis yang biasa mangkal di lampu merah sebuah perempatan? Saya rasa tidak, mungkin masih banyak objek penelitian lain untuk mengkaji variasi bahasa ken ini.Â
jika ada salah penulisan saya minta maaf.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H