Sejak awal keberadaannya, manusia selalu memiliki rasa penasaran yang besar, sejak awal pula, manusia melakukan berbagai upaya untuk mengetahui isi dari alam semesta yang luas. Pada awalnya, Aristoteles berpendapat mengenai konsep geosentris, dimana bumi yang menjadi pusat berputarnya benda langit lain. Namun seiring berjalannya pengetahuan manusia, teori tersebut berubah bukan lagi geosentris, karena bumi terbukti mengelilingi matahari dengan lebih dari 1 gerakan. Manusia juga terus menerus menemukan planet, bintang, dan bahkan galaksi baru seiring kemajuan teknologi. Terus melihat kedepan, membuat manusia juga berpikir, apa yang menjadi permulaan dari alam semesta ini? Penemuan Hubble mengindikasikan bahwa pada awal mulanya alam semesta ini merupakan satu atom padat yang kemudian mengalami reaksi radioaktif. Dari situ, reaksi ini menghasilkan ledakan dahsyat yang memecah atom tunggal tersebut menjadi atom atom yang lebih kecil yakni gas hidrogen. Jagat raya ini terus berkembang dan gas hidrogen ini membentuk kabut gelap. Dikarenakan pengaruh arus perputaran dan gravitasi, bagian gas tersebut memadat dan pada akhirnya menyusun galaksi pertama. Galaksi tersebut kemudian meledak dan menyusun bintang bintang. R.H Fowler berpendapat bahwa suatu bintang dapat kehabisan bahan bakar, kemudian memijar, dan daya berat dari dalam bintang menarik semua massa bintang ke intinya. Gaya tariknya menjadi sangat kuat dan bintang tersebut "runtuh" dan menjadi sangat gelap. Itulah yang diyakini sebagai lubang hitam. Lubang hitam sendiri diyakini sebagai objek luar angkasa yang mempunyai gaya tarik yang sangat besar.Â
Sejak awal zaman, berbagai filsuf terkenal telah berupaya menciptakan berbagai hipotesis untuk menjawab misteri dibalik tirai jagad raya. Filsuf pertama, Thales (625-545 SM) berpendapat bahwa awal dari alam semesta bermula pada satu materi, yaitu air. Â Filsuf lain, Anaximandros menyatakan bahwa alam semesta ini tidak memiliki ujung, berasal dari semua yang tidak terhingga (apeiron). Anaximenes menentang teori ini, Ia berpendapat bagaimana mungkin hal yang tidak terbatas menjadi asas seluruh jagad raya? Baginya, udaralah yang menjadi asas alam semesta. Berbagai filsuf lain memiliki pandangan lain, Heraclitus melihat kosmos sebagai sesuatu yang dinamis, terus bergerak. Pythagoras mengemukakan bahwa asal alam semesta ini adalah paduan hasil dari angka angka. Terakhir, Aristoteles mengemukakan hipotesis geosentris, dimana Ia meyakini bahwa bumi yang menjadi pusat perputaran tata surya, namun pada dunia modern, teori ini terbukti tidak valid.Â
Lubang Hitam adalah sebuah gagasan dari Roger Penrose yang menjelaskan tentang akhir hayat dari bintang bintang. Pada 1967, gagasan ini diberi nama oleh John Archibald yakni sebagai Black Holes (lubang hitam). Perlu terlebih dahulu dipahami bagaimana daur hidup sebuah bintang, barulah dapat dimengerti apa itu lubang hitam. Bintang akan terbentuk saat sejumlah besar gas memapatkan diri karena tarikan gravitasi. Atom atom gas ini akan saling bertabrakan, lama kelamaan semakin cepat, sehingga gas akan memanas. Akibat dari tingginya temperatur tersebut, gas tersebut tidak lagi terpental saat bertabrakan dengan atom hidrogen, melainkan menjadi lengket dan membentuk atom helium. Adapun kalor yang dilepaskan dari reaksi ini menyebabkan sebuah bintang bersinar. Menurut Robert Oppenheimer, medan gravitasi bintang melengkungkan medan ruang dan waktu. Fenomena ini dapat disaksikan saat berbeloknya cahaya dari bintang yang jauh saat gerhana matahari. Menurut teori relativitas, tidak ada objek yang dapat bergerak lebih cepat dari cahaya. Maka apabila cahaya saya tidak dapat lolos, maka tidak ada benda lain yang dapat lolos, semuanya akan diseret oleh medan gravitasi. Daerah ini yang sekarang kita kenal dengan nama lubang hitam.Â
Menurut Stephen Hawking, menurut teori relativitas umum, pastilah ada singularitas dengan rapatan tak hingga, dan kelengkungan ruang dan waktu yang tidak terhingga dalam lubang hitam. Lubang hitam adalah salah satu dari banyaknya kasus dalam sejarah sains. Jocelyn Bell, seorang mahasiswa riset di Cambridge mendapati adanya objek langit yang secara teratur, memancarkan denyut gelombang radio. Sampai sekarang, manusia telah memiliki bukti baru untuk lubang hitam dalam sistem yang mirip Cygnus X-1 dalam dua galaksi yang dikenal dengan nama "awan magella". Lubang hitam diyakini memiliki jumlah yang jauh lebih banyak dalam jagad raya ini. Karena diperkirakan banyak bintang yang sudah kehabisan bahan bakarnya dan harus runtuh. Hal ini mengakibatkan para ilmuwan menduga bahwa banyaknya lubang hitam lebih banyak dari pada jumlah bintang yang tampak. Adapun akibat dari tarikan gravitasi ekstra kuat dari lubang hitam, bintang dalam galaksi yang melintas terlalu dekat dengan kawasan lubang hitam akan tercabik oleh kekuatan dari lubang hitam. Cabikan ini akan ditelan oleh lubang hitam dan yang sudah ditelan ditaksir stara dengan seratus juta matahari.Â
Penemuan dari lubang lubang hitam ini memperkuat keyakinan bahwa pusat pusat dari galaksi adalah sebuah lubang hitam masif, yang memiliki massa jutaan bintang. Berdasarkan fakta itu pula, muncul tafsiran bahwa dalam waktu 4 miliar tahun lagi, Galaksi Bimasakti akan bertabrakan Andromeda. Keduanya akan bersatu membentuk super galaksi, sementara lubang hitam dari kedua galaksi juga akan bersatu, membentuk lubang hitam yang lebih besar lagi. Sebetulnya, manusia tidak perlu terlalu mempermasalahkan hal ini, karena waktu 4 miliar tahun adalah waktu yang sangat lama, waktu yang lebih lama daripada estimasi matinya matahari (sekitar 3 miliar tahun). Tentu dalam waktu 4 miliar tahun, apabila memang manusia tetap bertahan hidup, maka perkembangan ilmu pengetahuan boleh jadi lebih maju, jauh daripada yang dapat dibayangkan oleh akal manusia saat ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H