Surabaya, salah satu kota terbesar di Indonesia, memiliki peran signifikan dalam sejarah, perkembangan sosial, ekonomi, dan budaya nasional. Berlokasi di pesisir timur Pulau Jawa, Surabaya telah dikenal sebagai kota pelabuhan dan pusat perdagangan strategis sejak era kolonial Belanda. Seiring perkembangannya, kota ini berubah menjadi pusat urban yang dinamis dengan keberagaman penduduk, infrastruktur yang berkembang pesat, serta aktivitas ekonomi yang kompleks. Meskipun modernitas terus tumbuh, Surabaya tetap mempertahankan jejak sejarahnya yang kaya, terutama di kawasan Kota Lama yang menjadi simbol peninggalan masa lalu. Kota Lama Surabaya, juga dikenal sebagai Old Town, merupakan kawasan bersejarah yang menampilkan warisan kolonial di tengah perkembangan modern kota. Bangunan-bangunan tua yang dibangun pada masa penjajahan Belanda, seperti Gedung Siola, Balai Pemuda, dan rumah-rumah bergaya Eropa, masih berdiri dengan nuansa klasik dan elegan. Kawasan ini menjadi saksi perjalanan panjang Surabaya, mulai dari perdagangan internasional hingga perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Secara geografis, Kota Lama terletak di pusat kota, berdekatan dengan Pelabuhan Tanjung Perak yang dahulu menjadi pusat bongkar muat rempah-rempah dari Pulau Jawa menuju Eropa. Awalnya, kawasan ini berkembang sebagai pemukiman dan pusat aktivitas warga Eropa yang datang ke Hindia Belanda untuk menjalankan aktivitas ekonomi dan pemerintahan. Karena itu, desain bangunan dan tata ruangnya sangat dipengaruhi arsitektur Eropa. Selain keindahan bangunannya, Kota Lama Surabaya memiliki nilai sejarah yang penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Kawasan ini menjadi pusat pergerakan rakyat Surabaya selama masa pendudukan Jepang dan perjuangan melawan sekutu, termasuk Pertempuran Surabaya 10 November 1945 yang kini diperingati sebagai Hari Pahlawan. Keberanian dan semangat juang warga Surabaya menjadi simbol perlawanan nasional yang menginspirasi seluruh bangsa. Namun, sebelum revitalisasi, Kota Lama berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Banyak bangunan bersejarah mengalami kerusakan akibat kurangnya perawatan, usia, cuaca, dan gempa kecil. Beberapa bangunan mengalami perubahan fungsi menjadi gudang, kantor kecil, atau pemukiman bagi masyarakat berpenghasilan rendah, yang sering kali tidak mampu merawatnya dengan baik. Akibatnya, bangunan-bangunan ini semakin rusak.
Selain itu, aktivitas ekonomi di kawasan ini menurun drastis, membuatnya kurang diminati sebagai lokasi usaha atau destinasi wisata. Kurangnya infrastruktur, seperti akses jalan dan fasilitas publik, memperburuk kondisi Kota Lama. Masalah kebersihan dan keamanan di sekitar kawasan juga membuatnya terlihat kumuh, mengurangi daya tarik bagi wisatawan dan masyarakat setempat. Meskipun memiliki nilai sejarah tinggi, kawasan ini perlahan terpinggirkan di tengah pesatnya perkembangan kota.
Kawasan Kota Lama Surabaya menghadapi tantangan modernisasi, tetapi upaya revitalisasi terus dilakukan untuk melestarikan nilai sejarah dan budaya. Sejak 2023, pemerintah kota bekerja sama dengan komunitas lokal melakukan berbagai langkah, termasuk mendirikan lapak UMKM untuk menarik wisatawan dan meningkatkan perekonomian. Kini, Kota Lama tidak hanya menjadi warisan kolonial, tetapi juga kawasan wisata yang menarik turis lokal dan internasional. Revitalisasi ini tidak hanya tentang menjaga bangunan fisik tetapi juga menciptakan ruang-ruang publik yang lebih ramah bagi pejalan kaki dan komunitas, sehingga dapat menghidupkan kembali kawasan ini sebagai pusat kegiatan sosial-budaya dan ekonomi. Upaya ini memengaruhi pelaku ekonomi setempat, baik sebelum maupun sesudah revitalisasi, dengan dampak yang dapat bersifat positif maupun negatif.
Sejumlah mahasiswa Antropologi Unair tertarik untuk meneliti dampak revitalisasi ini. Beberapa orang diwawancarai sebagai data premier. Seperti mas Fandi, pria berusia 25 tahun ini seorang juru parkir setempat, dia mengaku bahwa dengan adanya revitalisasi ini pengunjung kota lama meningkat sehingga pendapatannya sehari sebagai juru parkir bisa mencapai 6 juta perbulan, tentu angka yang cukup signifikan jika dibandingkan sebelum revitalisasi. Ia mengatakan bahwa sebelum adaya revitalisasi kota lama, kawasan sekitarnya hanya dilalui oleh pegawai bank sekitar kota lama, dan jika malam hari menjadi are yang gelap dan rawan kriminal.
Informan berikutnya adalah seorang perempuan paruh baya pedagang makanan yang tak berkenan disebutkan namanya. Beliau sudah berjualan di area kota lama sejak tahun 1992. Dituturkan bahwa banyak orang sukar untuk hanya sekedar lewat di area kota lama karena minimnya pencahayaan, oleh sebab itu penghasilan ibu pedagang makanan ini hanya cukup untuk menutupi modal dan makan untuk beberapa hari saja, karena pengunjung warungnya hanya warga lokal. Namun sejak revitalisasi Kota Lama ini, pendapatannya sedikit demi sedikit naik dan lebih baik dari sebelumnya.
Revitalisasi Kota Lama Surabaya membawa dampak positif yang signifikan bagi perekonomian dan kehidupan sosial-budaya di kawasan tersebut. Proses ini berhasil mengubah Kota Lama dari kawasan yang dulunya sepi, gelap, dan rawan kriminal menjadi destinasi wisata yang hidup dan aman. Dengan infrastruktur yang lebih baik dan meningkatnya kunjungan wisatawan, pelaku usaha lokal seperti pedagang makanan, penjual bunga, dan juru parkir menikmati peningkatan penghasilan yang stabil, bahkan memungkinkan mereka untuk menabung. Agar dampak revitalisasi ini berkelanjutan, kami memberikan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan. Bagi pelaku usaha, penting untuk terus meningkatkan kualitas produk dan layanan, agar daya tarik bagi pengunjung tetap terjaga. Selain itu, pelaku usaha perlu memanfaatkan potensi wisata yang ada dengan berinovasi, misalnya menawarkan pengalaman lokal yang unik dan berkolaborasi dengan komunitas sekitar.
Bagi pemerintah setempat, perlu adanya pengawasan yang konsisten terhadap peraturan berdagang agar tetap adil dan tidak memberatkan pelaku usaha kecil. Penting bagi pemerintah untuk memastikan bahwa pengelolaan pariwisata tetap terjangkau bagi masyarakat lokal tanpa mengurangi hak mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi di kawasan tersebut. Revitalisasi yang tidak diikuti oleh pengaturan yang adil dapat berpotensi menimbulkan konflik antara pelaku usaha kecil dan pemerintah dalam pengelolaan kawasan wisata. Pemerintah juga harus memastikan fasilitas publik seperti pencahayaan, kebersihan, dan keamanan tetap terjaga, sehingga kawasan ini terus berkembang sebagai pusat aktivitas ekonomi dan wisata yang ramai. Dengan sinergi antara pelaku usaha dan pemerintah, Kota Lama Surabaya berpotensi menjadi ikon wisata bersejarah yang dapat terus menggerakkan roda ekonomi lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI