Lalau bagaimana mungkin aku bisa cepat lupa pada sebentuk wajah yang kutau disusun oleh cinta (juga)?
Lelaki yang pernah kutitipkan hati,tiada pernah ia mengetahuinya.
Lelaki yang hampir tiga tahun selalu membuat saya bersemangat menalikan sepatu,merapikan baju lalu menderu melawan angin untuk tiba secepat kilat disekolah.
Meski hari itu fisika dan kimia hampir menewaskan saya.
Bertemu diparkiran. Ada sosok tinggi menjulang. Bagiku menggemaskan.
Tak pernah habis ku memperolok-olok. Tanganmu panas,ingin menerpaku. Sonta aku berlari gesit. Ah,kau mengejarku seperti orang tua memarahi anaknya.
Ternyata,disitu letak salah satu bahagia saya.
Ternyata cerita tak habis sampai disitu. Masih ada ratusan hari yang tak terjamah memori.
Tahun kedua mengenalmu. Ternyata semua tak sesederhana itu.
Aku tahu,aku mengerti,aku juga paham. #eaaa
Lanjutkan kawan,demi bahagiamu yang hakiki..
Duhai,andai kau tahu bahwa saya juga berusaha lupa,berusaha amnesia.
Tapi. Ah,sayang seribu sayang. Waktu tak sependek itu.
Aku sempat berharap pada purnama kesekian,kita bisa duduk bersama.Menikmati tepi batas Tanjung Kalian.
Saya rindu sekali kamu, bukan tentang kita bertemu.
Ah,entahlah., Bahkan saya sempat lupa punya harapan seperti itu dahulu.
(231011)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI