Mohon tunggu...
Azrina Ulfah
Azrina Ulfah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Marine Sience | Sriwijaya University | Merindukan hujan. Menghitung tetesnya. Mendengar derasnya :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kamar Kost-an Banjir, Banjir oleh Air Mata

9 November 2011   14:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:52 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlahan,namun pasti..Rintik air mata itu berjatuhan juga, Semakin lama. Semakin deras. Lalu banjir.Ku tahan-tahan.Ku simpan-simpan. Hingga akhirnya tak tertahankan. Aku lunglai juga.

Ini memang serupa bayangan yang tak pernah nyata. Bukan bayang,tapi sosok. Sosok itu tanpa sadar selalu menahanku dari belakang ketika aku terjatuh. Tapi ia tak tahu.

Sayangnya aku, terlalu membiarkan waktu berlarut, menggenggam rasa ini. Sayangnya aku terlalu mengikutkan hati pada yang seharusnya bukan jalanku. Hidupmu, hidupku, hidup kita berbeda. Duhai pemilik malam,hanya Engkau yang tahu ombak-ombak itu bergulung,meluluh lantakkan semuanya. Biar,biar tak satupun tahu,tak terkecuali mereka.

Salah,salah.Ini salahku. Meski tak urung bersyukur dianugerahi rasa ini. Benar,kataku. Cepat atau lambat memang akan benar-benar pergi,benar-benar hilang meski tak akan lenyap dari lapang pandang ini. Lalu,bisakah aku menghadapinya sendiri? Bisakah aku menyimpannya sendiri. Duhai ibu,kau tahu. Aku ingin sekali engkau memelukku,menguatkanku. Dan berkata ini hanya sepersekian rahasia-Nya. Aku tahu,aku akan kehilangan sesuatu yang tak pernah aku miliki,mungkin mulai dari detik-detik yang lalu.

Andai tahu,bahagia itu sederhana sekali.. Tapi sayang sekian kali sayang.

Bisakah saya nanti? Aku mengaku bisa,tapi coba rincikan pertanyaan itu kepada hati ini. Aku tak mau dengar jawabannya. Biar,biar sampai kapanpun. Ketahuilah,Dia begitu mendengar doa-doa saya. Dia memberikan kesempatan untuk menikmati semua itu, sampai akhirnya waktu itu mesti tiba. Memang, memang itu kehendak yang seharusnya.

Ku harap ini tangis yang terakhir. Sudahlah. Biarkan ia membanjiri malam ini. Cukup malam ini. Lebih dari itu aku harus move on. Ikhlas,seikhlas-ikhlasnya. Mungkin susah bertemu lagi sosok sepertimu,yang mampu meneduhkan hati ini.

Ah,tiba-tiba saja aku rindu hujan dan pelangi setelahnya. Lama sekali tak nampak pelangi dihadapku.Yakinlah aku, apapun nanti yang terjadi. Ini yang terbaik. Ini yang selalu menambah ketegaran, Ini yang selalu menambah kekuatan padaku. Ini yang selalu menambahkan poi-poin semangat, untuk tumbuh jadi pribadi yang lebih baik. Kau juga harus bahagia,bahagia dengan caramu sendiri. Begitu juga denganku. :)

Tapi benarkah?katanya saya tak akan benar-benar kehilangan kamu,karena kamu tetapi tinggal dalam hati :)

Indralaya, 9 November 2011
Sayang kamu selalu,

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun