Mohon tunggu...
Elok Faaiqoh
Elok Faaiqoh Mohon Tunggu... karyawan swasta -

gemar menggambar dan mewarnai http://faaituaku.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Pendek

20 November 2012   05:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:01 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_217281" align="aligncenter" width="300" caption="Foto: Dok Pribadi"][/caption]

Hari ini hari yang paling aku tunggu-tunggu. Karena hari ini aku sekolah dengan seragam yang berbeda. Kini aku mengenakan baju putih dan celana abu-abu. Itu berarti aku telah menjadi siswa SMA, bukan anak SMP lagi. Telah aku kenang masa SMP ku di Gunungkidul. Ku bayangkan bagaimana hidup di kota, yang semuanya serba ada. Tidak seperti di tempat asalku.

Inilah aku, Bimo, Bimo Aji Wibowo. Aku berasal dari Gunungkidul, yang banyak orang beranggapan bahwa orang Gunungkidul itu kurang pergaulan. Namun aku tidak terlalu mengindahkan hal itu. Aku bersekolah di Jogja. Aku tinggal di kota ini bersama Pak Lik, yang tepatnya adik ayahku, bersama istrinya. Kami tinggal di dekat Pasar Ngasem. Pak Lik berjualan burung disana. Aku sekolah di Jogja untuk mewujudkan keinginan orangtua. Mereka ingin agar aku menjadi anak yang lebih maju dari mereka.

Pertama kali hidup di kota, aku merasa luar biasa. Disini semua serba ada dan tidak perlu jauh-jauh untuk mencarinya. Tidak seperti di desa yang harus menempuh waktu lama untuk pergi ke suatu tempat. Disini aku merasa dimanjakan.

“Bim, jangan melamun. Pagi-pagi kok melamun. Sudah siap berangkat sekolah?” tanya Pak Lik, yang memecah lamunanku.

“Sudah, Pak Lik”, jawabku dengan kaget.

“Ya sudah, ayo berangkat”, ajak Pak Lik.

Hari pertama masuk sekolah aku masih diantar Pak Lik. Maklum, aku belun tahu banyak tentang kota ini. Setelah beberapa hari masuk sekolah, aku telah mengenal beberapa teman. Mereka berbeda-beda. Ada yang senang bergaul denganku, namun banyak juga yang mengejekku sebagai anak kampung. Namun aku tidak terlalu memikirkan hal itu. Aku hanya ingin sekolah di kota ini.

Aku bersama teman-teman diajak mengunjungi tempat-tempat menarik di Jogja. Ke Malioboro, Kaliurang, Parangtritis, dan lain-lain. Semua itu ku anggap tempat yang luar biasa.

Pagi ini aku merasa malas untuk pergi sekolah. Entah mengapa, namun mau tidak mau aku harus berangkat. Sampai di kelas, aku dan teman-teman dikejutkan oleh salah satu teman. Dia berangkat sekolah dengan muka lebam seperti orang sehabis dihajar. Ternyata dia dihajar oleh anak lain sekolah, yang aku sendiri saja tidak tahu sebabnya. Dan itu membuat teman0teman tidak terima. Muncullah ide untuk membalasnya.

“Nanti siang, sepulang sekolah, kita kumpul untuk membalas mereka. ”, kata salah satu temanku.

“Semua anak laki-laki harus ikut, ini sebagai wujud kebersamaan kita”, tambahnya.

Kalau sudah seperti ini, mau tak mau aku harus ikut mereka. sekalian aku ingin tahu siapa anak yang menghajar temanku.

Bel pulang sekolah berbunyi. Kamu pun berangkat ke tempat biasa anak-anak sekolah lain yang menghajar temanku itu. Mereka biasa berkumpul di suatu bengkel, yang letaknya lumayan jauh dari sekolahnya.

Sampai di tempat itu, pemimpin kami menemui mereka. Entah apa yang mereka bicarakan. Tiba-tiba baku hantam terjadi, antara kami dan anak-anak itu. Dan aku pun ikut saja menghajar mereka. kejadian itu berlangsung lama. Tiba-tiba terdebgar suara sirine mobil patroli polisi. Suara terdengar semakin jelas. Kulihat teman-teman berlarian. Aku ikut berlari, namun terlambat. Tangan seseorang telah memegang tanganku dengan paksa. Tangan seorang polisi.

“Jangan melarikan diri, atau kami gunakan kekerasan!”.

Suara itu membuatku takut sekali. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Pada keadaan seperti ini, kemana perginya teman-temanku.

***

*Tulisan ini dibuat saat masih berseragam putih abu-abu. Tahun 2005. Tugas Bahasa Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun