Mohon tunggu...
Azfa Safiq
Azfa Safiq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Akankah Krisis Finansial Asia 1997 Kembali Terjadi?

4 April 2023   10:21 Diperbarui: 4 April 2023   10:27 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada tahun 1997, kawasan Asia khususnya Asia Tenggara dan Asia Timur dilanda oleh krisis ekonomi. Krisis ini diawali karena adanya devaluasi mata uang baht Thailand pada bulan Juli tahun 1997. Tom Yum Effect adalah sebutan untuk peristiwa tersebut. Tom Yum Effect ini membawa kejatuhan dan kelemahan bagi mata uang serta pasar modal negara-negara di sekitar Thailand, tidak terkecuali Indonesia dan Jepang yang pada saat itu menempati posisi kedua negara dengan perekonomian terbesar.

Krisis moneter yang melanda Indonesia sehingga melengserkan Presiden Soeharto juga merupakan buah hasil dari Tom Yum Effect. Hal ini mengartikan bahwa krisis finansial Asia bukan hanya mempengaruhi perekonomian, namun mempengaruhi kondisi sosial dan politik pada suatu negara.

Tidak berhenti sampai negara Asia saja, krisis ini juga menjalar ke Rusia sehingga berpengaruh pula terhadap negara-negara yang bergantung pada Rusia seperti Belarus, Polandia, dan Rumania. Bahkan krisis ini menjangkau negara di kawasan Amerika Latin yaitu Brazil.

Hingga sekarang penyebab krisis ini masih belum bisa dipastikan. Namun, krisis ini diduga terjadi karena adanya uang panas. Uang panas merupakan sebutan untuk dana yang didapatkan dikelola dengan cara yang mengandalkan keberuntungan saja, namun dapat mendapatkan hasil yang banyak dalam waktu yang singkat.

Meningkatnya produk domestik bruto (PDB) negara-negara Asia karena aliran uang panas yang hanya mengandalkan investasi asing memiliki resiko yang tinggi pula, Pertumbuhan ekonomi yang mencapai angka 12 persen berubah seketika menjadi krisis yang mempengaruhi banyak negara.

Ketergantungan negara-negara Asia terhadap investasi asing pada waktu itu menyebabkan perekonomian mereka rusak akibat banyak investor asing yang menarik diri dari negara-negara Asia. Mundurnya para investor asing disebabkan oleh kenaikan suku bunga Amerika Serikat yang mendorong mata uang Amerika Serikat yang semakin kuat.

Peristiwa yang sama juga terjadi pada masa sekarang ini. Ketika negara-negara di dunia sedang dalam masa pemulihan ekonomi akibat Covid-19, perang Rusia-Ukraina pecah sehingga memantik krisis ekonomi baru di setiap negara termasuk inflasi yang terjadi di Amerika Serikat.

Inflasi yang terjadi memaksa The Federal Reserve (The Fed) untuk menaikkan suku bunga hingaa 5% untuk menekan laju inflasi. Langkah The Fed ini hampir sama dengan apa yang mereka lakukan 25 tahun lalu untuk menguatkan nilai mata uang mereka. Meskipun The Fed menaikkan suku bunga, namun hal yang terjadi pada 1997 belum tentu terjadi lagi pada masa sekarang.

Penyebab krisis finansial 1997 adalah uang panas yang diciptakan oleh arus investasi asing yang masuk ke negara-negara Asia tidak dibarengi oleh tata kelola perusahaan yang baik dan benar. Selain itu utang luar negeri yang jumlahnya terbilang cukup besar juga memperparah krisis pada saat itu.

Pada saat ini, fundamental makro negara-negara di Asia sudah lebih baik daripada masa-masa krisis pada tahun 1997. Selain itu, utang luar negeri negara-negara di Asia terbilang cukup stabil. Bahkan beberapa negara Asia Tenggara mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan ditengah-tengah krisis ekonomi global sekarang ini. Seperti Indonesia yang diperkirakan mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3%.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun