Pendahuluan:
Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia. Bulan yang penuh dengan rakhmat, ampunan, dan pembebasan dari siksa neraka. Pada bulan ini Al-Quran sebagai pedoman hidup orang muslim di turunkan. Pada salah satu malan bulan Ramadhan terdapat malam seribu-bulan (lailatul qadar) dimana pahala beribadah pada malam itu setara dengan pahala selama kurang lebih 83 tahun. Segala upaya di lakukan untuk memanfaatkan dan memperoleh segala kemulyaan bulan Ramadhan ini, baik yang di lakukan oleh masing-masing individu maupun oleh otoritas negara, terutama pada malam 10 terakhir Ramadhan. Berbagai macam cara di lakukan agar kekhusukan beribadah ramadhan bisa maksimal dengan meminimalisisr segala macam bentuk gangguan yang ada.
Pengamatan dilapangan menunjukkan:
1.Operasi memberatas penyakit masyarakat marak di lakukan oleh Satpol PP dan pihak berwenang lainnya (kadang ormas tertentu turun tangan sendiri) menjelang dan selama hari-hari awal bulan Ramadhan. Sasaran operasi biasanya adalah warung remang-remang, hotel kecil, panti pijat, tempat karaoke, diskotik dan lain sebagainya.
2.Tempat-tempat tersebut dan tempat hiburan lainnya kebijakannnya adalah tutup sebulan penuh selama Ramadhan dari hari pertama sebelum memasuku Ramadhan sampai setelah hari pertama Idul Fitri.
3.Informasi dari beberapa koran/situs berita, para pekerja tempat-tempat tersebut, jangankan mendapatkan THR, gaji sebulan penyambung kebutuhan hidup juga tidak dapat. Demikian juga untuk bisnis pendukung di sekitarnya, omzet menurun drastis.
4.Tempat-tempat yang di tutup tersebut mayoritas adalah tempat hiburan pinggiran. Pekerjanya dan penikmatnya berasal kelas ekonomi kecil/bawah yang tak tersentuh kapitalisme dunia hiburan. Di tutup karena di perkirakan akan menodai kesucian dan mengganggu kekhusyukan ibadah di bulan puasa. Tempat-tempat yang di tutup tersebut bukanlah tempat usaha gelap tanpa perijinan, melainkan tempat usaha dengan ijin resmi.
5.Di Jakarta ada sekitar 400 yang di tutup dari sekitar 1300 tempat hiburan yang ada. Kecuali tempat hiburan tersebut ada di hotel-hotel berbintang, maka tidak di tutup karena merupakan bagian fasilitas dari hotel. Agak timpang memang, tempat hiburan ( konotasinya: kemaksiatan) di definisikan bukan sebagaimana adanya kemaksiatan itu sendiri, tetapi oleh tempat di mana kemaksiatan itu berlangsung.
6.Tempat-tempat yang di tutup tesebut, di lihat lebih seksama, pangsa pasarnya sangat terbatas (very segmented) dengan memanfaatkan celah pasar/niche market yang juga kecil. Perhatikanlah tak semua orang atau tak banyak orang (misal dalam satu wilayah RT) yang berbondong-bondong mendatangi tempat-tempat tersebut. Artinya pengakses dan para penikmatnya sangatlah terbatas dan cenderung itu-itu saja orangnya. Dan yang tak kalah penting, tidak semua yang datang adalah muslim.
7.Karena daya jangkaunya yang terbatas tersebut, akibat negatif atau efek merusaknya juga terbatas yaitu bersifat lokal dan tidak masif destruktif menjangkau banyak kalangan.
Yang tak seharusnya terjadi:
8.Malam ini malam ke 26 Ramadhan. Jamaah masjid tinggal sepertiganya. Hal ini sudah seperti lazimnya 10 malam terakhir bulan Ramadhan. Tahukah, kemana kira-kira 2/3 jamaah lainnya? Baik yang bapak-bapak, ibu-ibu, pemuda-pemuda, juga anak-anaknya?
9.Seumpama tempat-tempat yang di tutup sebulan penuh tersebut masih tetap buka, apakah mungkin 2/3 jamaah masjid tersebut gelap mata dan goyah iman kemudian datang berjamaah ke tempat-tempat tersebut. Sangat-sangat kecil kemungkinannya untuk itu terjadi. Satu dua orang yang datang masih mungkin.
10.Lalu kemana perginya orang-orang yang pada awal Ramadhan tersebut memenuhi masjid atau musholla?
Sisi lainnya:
11.Tahukah ada tempat-tempat hiburan lain yang selama bulan Ramadhan dan lebaran tetap buka seperti hari-hari biasa? Bahkan mencapai peak season dan omzet berkali-kali lipat?
12.Tempat-tempat tersebut cakupan bisnisnya sangat-sangat luas, bahkan menjangkau semua kelas, golongan, umur, gender, tingkat edukasi, ekonomi dan lain sebagainya. Segmen pasarnya sangat lebar untuk laki-laki dan perempuan, dari bayi sampai manula. Daya pikatnya menjangkau semua strata sosial ekonomi, dari rendah, menengah, sampai tinggi. Aksesabilitas sangat mudah dan murah, siapa saja boleh dan tak akan sungkan mendatangi tempat-tempat tersebut (dibandingkan dengan tempat-tempat yang di tutup tersebut). Dan tentu saja tempat-tempat tersebut lebih gemerlap.
13.Karena daya jangkaunya yang sebegitu luas dan di dukung daya akses yang sebegitu mudah dan murah, maka memungkinkan daya rusak/destruktifnya sangat masif? Tidak hanya bersifat lokal, tapi interlokal.
14.Ada kemungkinannya 2/3 jamaah masjid yang hilang tersebut berpindah ke tempat-tempat yang tetap buka tersebut dengan tanpa merasa terganggu kekhusyukan puasa, terawih dan tadarus ramadhannya.
15.Tempat-tempat tersebut adalah: telivisi dan pusat perbelanjaan (mall dan lainnnya). Telivisi ada di setiap rumah dan sudah terlalu jauh masuk wilayah pribadi dan keluarga. Dan selama bulan Ramadhan inilah temuan Tim Pemantau TV Ramadhan MUI Pusat: 1.252 adegan kekerasan,mistik, dan cabul, atau kira-kira 40 adegan perhari. Rinciannya sebagai berikut: 39.9 % kekerasan fisik, 38.9 % kekerasan psikis, 3.5 % mistis dan 17.7 % bermuatan cabul atau mesum (vivanews.com).
16.Mall dan sejenisnya ada di setiap tempat dan semakin mudah di akses apalagi untuk kota besar semisal Jakarta. Lihatlah bahwa mall dan sejenisnya tersebut pada bulan Ramadhan lebih temaram, lampu warna-warni menyala kerlap-kerlip. Irama musik Timur Tengah dan lagu-lagu religi mengalun sepanjang hari. Diorama onta, pohon palm/kurma, dan kubah masjid berwarna hijau tak ketinggalan di pajang. Dan para bidadari-bidadara penjaga etalase dan barang belanjaan menyambut dengan senyum ceria dan hangat? Supaya para jamaah pindahan dari masjid tersebut betah dan antusias membeli.
17.Tahukah strategi jualan dari telivisi dan mall-mall tersebut meniru strategi Allah, SWT dalam menarik perhatian umat manusia pada bulan Ramadhan ini?
Perhatikanlah:
- Allah, SWT memberikan berkah pada waktu makan sahur, maka akhirkanlah. Kata Rosul, SAW.
- Telivisi memberikan banyak kuis berhadiah jutaan rupiah dengan menjawab pertanyaan bodoh, setelah acara hura-hura lawakan sarkas tak bermutu yang di ulang-ulang setiap tahun.
- 10 (sepuluh) hari pertama Ramadhan bertabur rakhmat.
- Perhatikanlah 10 (sepuluh) hari pertama ramadhan mulai bertabur diskon, potongan harga, sale dan sejenisnya. Hampir semua produk.
- 10 (sepuluh) hari kedua Ramadhan Allah, SWT memberikan maghfirah/ampunan.
- Perhatikanlah seolah tak mau kalah mall-mall itu juga memberikan tambahan diskon, tambahan bonus, tambahan hadiah, atau juga tambahan kuis undian.
- Setiap hari sebelum atau sesudah sholat fardhu ada kultum, kajian keagamaan, pengingat kesementaraan dunia dan keabadian nikmat akhirat. Semua ustadz kelas wahid di pastikan hadir terutama di masjid-masjid besar.
- Bukalah lembar demi lembar halaman koran-koran setiap hari, gambar-gambar baju, celana, sandal, sepatu, dan lainnya semua menarik dengan model terbaru. Di kenakan oleh artis atau model yang ganteng dan cantik, di pasang satu halaman full colour. Kartu diskon tersebar di lembar-lembar koran-koran tersebut, guntinglah dan bawa ke mall untuk dapat tambahan diskon 10-20%. Iklan itu, sebagaimana kultum, adalah juga pengingat agar jangan lupa manfaatkan momen Ramadhan ini untuk berbelanja, mumpung lagi diskon. Dan seringnya iklan, ajakan dari mall dan telivisi di kemas dalam bungkus yang jauh lebih menarik di banding kultum.
- 10 (sepuluh) hari terakhir bulan Ramadhan Allah, SWT menjanjikan lailatul qadar (malam kemulyaan) dan pembebasan dari api neraka. Maka hidupkanlah malam-malamnya dengan iktikaf di masjid, demikian tuntunan Rosul, SAW.
- Lihatlah apa yang di lakukan Mall-mall (dan ini brengseknya atau mungkin hebatnya) yaitu dengan mengadakan lailatul diskon. Midnight sale. Ramadhan midnight shopping dengan diskon up to 80-90%, hampir bebas/gratis harga kan? Hampir semua mall besar di jakarta melakukannya. Info lailatul diskon tersebut beredar sangat cepat dari Hp ke HP, BBM. Hampir kesemuanya juga milis di sajikan dalam gambar-gambar iklan yang sangat mengundang. Tambahan diskon dari bank issued kartu kredit semakin menambah semangat nafsu belanja.
- Para ustadz atau penceramah sering menggunakan teknik kelangkaan/keterbatasan/scarcity untuk memacu dan menggugah semangat jamaahnya. Ayo mumpung Ramadhan, beramalah, berbuat baiklah untuk bekal kelak kita pulang (mudik) ke akhirat. Mumpung Allah, SWT mendiskon besar-besan rahkmat dan ampunannya, mumpung beribadah satu malam di lailatul qadar sama dengan beribadah seribu bulan.
- Tak mau kalah, strategi mall-mall juga menerapkan teknik kelangkaan/keterbatasan ini untuk memacu dan menggugah daya shopping konsumennya. Ayo mumpung bulan Ramadhan, borong baju baru, beli celana baru, sandal baru, sepatu baru, makanan, oleh-oleh sebanyak-banyaknya untuk bekal pulang (mudik) ke daerah. Mumpung lagi obral, mumpung yang di obral itu di tambahi diskon, mumpung yang di diskon itu dapat tambahan potongan diskon lagi kalau beli dua item yang sama, plus tambahan diskon kalau ada kartu member, juga tambah poin kalau pakai kartu kredit. Ayo manfaatkan momen Ramadhan midnight sale mumpung cuma bayar sepersepuluh dari harga normal di luar ramadhan.
18.Sebegitu hebatnya strategi jualan telivisi dan mall-mall itu, begitu menarik programnya, begitu luas jangkauan pasarnya, begitu mudah dan murah aksesnya, sehingga sebegitu masif efek destruktifnya atau minimal disturbing / annoyingnya buat kekhusukan puasa dan ibadah lainnya di bulan Ramadhan.
19.Beredar gambar lewat fasilitas BBM yang cukup menggelitik. Selain berlindung dari godaan syaitan yang terkutuk, yang pada bulan ini Ramadhan ini sedang di belenggu, berlindunglah juga dari godaan sale dan great sale yang juga lebih terkutuk.
Mungkin bisa dicoba (berandai-andai):
Ramadhan tahun depan selain tempat-tempat yang sudah terbiasa tutup, sebaiknya di tambah dengan: seluruh siaran telivisi di tiadakan dan mall-mall juga ditutup sebulan penuh selama Ramadhan.
Mudah-mudahan Ramadhan tahun depan bisa lebih khusyuk, rahmat, ampunan dan terhindar dari adzab neraka dunia dan akhirat bisa teraih secara individu dan juga secara kolektif bernegara.
Selamat berlebaran dengan kemenangan yang sebenarnya, setelah berpuasa dan beribadah Ramadhan yang sesungguh-sungguhnya dan tanpa gangguan dari telivisi dan mall.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H