Mohon tunggu...
Franklin Towoliu
Franklin Towoliu Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pemerhati masalah kehidupan

Melayani Tuhan, menulis, melukis, perupa. Tak ada tempat seluas dan selebar hati kita.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Ekspedisi Ventira, Negeri yang Hilang (26)

31 Mei 2020   10:19 Diperbarui: 31 Mei 2020   13:04 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 "Taka apa-apa. Jangan terlalu takut. Kamu kan salah satu pewaris sah sebagai penjaga hak jaga pusaka amanah ini. Ngomong-ngomong, apa kalian memberitahu rencana kita ini ke salah satu teman broker kalian?" Tanya pak Hapri, tetap masih dengan suara pelan seperti halnya Irwan dan Febri kalau bebicara.

 "Kalau itu saya pastikan tak ada bos Hapri. Saya tahu kita saat ini tidak sekedar memburu barang saja. Saya mengerti itu. Hanya kalau menyangkut hak jaga yang bos Hapri bilang tadi, itu memang benar.  Tapi menurut bunda, kita harus tetap di mandikan sebelum masuk negeri Ventira, bos Hapri. Bunda sendiri yang akan memandikkan kita semua termasuk bos Hapri."

 "Apa!?" mendadak suara keras Pak Hapri terlontar karena ia begitu terkejut. Lalu setelah melihat dan menoleh keadaan kesana-kemari, ia akhirnya bisa mengusasai diri lagi. 

"Itu berarti kita masih akan menunggu bunda lagi?" tanyanya dengan kening terangkat dan suara ditekan rendah.

 "Iya, bos Hapri. Kalau tak melalui ritual itu saya tak berani berangkat."

 "Aduhhh Wan. Itu berarti kita kehilangan mereka. Bukankah bunda masih ada di Gorontalo?" kata Pak Hapri dengan wajah risau.

 "Benar sekali bos Hapri. Sejam lalu saya menerima pesan dari Bunda lewat sopir bus Manado-Palu. Orangnya bunda juga. Namanya pak Anto. Katanya bunda yang akan datang memandikan kita sore ini dekat jembatan Ventira. Dan memurutnya, kata Bunda siang ini akan bertemu kita. Ia juga tak menyuruh menunggu dimana. Hanya memesan kepada Pak Anto seperti itu dan akan membekali kita dengan syarat." Jelas Irwan panjang lebar.

 "Tapi waktu itu si pak anto itu bilang juga kalau bunda masih ada di Gorontalo, kan?" Tanya pak Hapri masih dengan wajah gusar meski ia percaya bukan hal yang mustahil bagi seorang bunda  yang dikenal memiliki kesaktian tinggi untuk tiba-tiba saja ada di Palu atau Jakarta meski setangah jam lalu dia masih ada di Gorontalo.

 "Jadi bagaimana ini sekarang?" kata Pak Hapri lagi.

 "Ya, kita tenang saja dulu pak. Saya percaya Bunda pasti muncul pada saat yang tepat," balas Irwan.

 "Kira-kira bagaimana caranya ya, Bunda ke sini?" tanpa sadar pertanyaan kecil itu terlontar dari mulut Pak Hapri. Sambil bergeser duduk karena pelayan tadi sudah muncul lagi dan mulai meletakkan gelas-gelas kopi di atas meja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun