KISAH NYATA DAN SEBUAH RENUNGAN
Hujan agak ngamuk diluar. Â Angin juga turut ikut campur kecil-kecilan. Aku agak ciut. Padahal harus segera pulang karena istri menunggu. Ditambah lagi datang ke ibadah natal ini (di gereja ku) aku memboyong putri kecil ku yang baru berusia 2 tahun lebih. Sister Lusia salah seorang pelayan (sebutan kalangan kami untuk hamba Tuhan di gereja) yang terlalu ramah dan baik sudah memesankan aku layanan Go Car dan sedang On The Road di tengah hujan yang masih deras. Inilah untungnya tinggal di era teknologi digital, semua tinggal dilakukan dari sebuah benda kecil bernama handphone - yang seolah punya roh. Dan hanya berapa menit berselang, jemputan go car ini tiba. Puji Tuhan hujannya mereda banyak hingga hanya menyisakan setetes dua tetes yang mendarat di bahu ku.Â
"Silahkan pak pendeta," ujar Brian, seorang  pemuda tanggung juga pelayan. Aku segera masuk ke mobil dan menghadiahi Brian sebuah senyum  lebar yang tentu saja tulus.
"Merry Christmas ya...." ujar ku sembari merangkul si kecil Rainybless, putri kecil ku yang suka meniru perkataan ku. "Sama sama pak. Merry Christmass juga untuk bapak dan keluarga." Balas Brian.
Mobil lalu melaju di atas jalanan basah. "Baru selesai ibadah ya pak pendeta?"  Sapa driver ini sambil mengawasi jalanan di depan. "Iya bu.." aku memperhatikan warna pink  hijab atau jilbab yang dikenakan ibu ini. "Wah ibu luar biasa ya... jarang ada kaum perempuan yang berani mengambil pekerjaan sebagai driver bu," sambungku.
"Ada koq pak pendeta. Banyak," katanya. Aku tak membalas pernyataan  ibu berhijab ini hanya memang ada rasa apresiasi karena senang melihat kenyataan bahwa kaum wanita sekarang luar biasa pekerjaannya dalam menopang keluarga. "Jemaat di greja tadi baik dan ramah ya pak? Sampai membukakan pintu mobil dan tak beranjak sebelum mobil jalan." komennya..
"Puji Tuhan seperti itu bu. Tak beda seperti ustadz kalau dalam agama ibu. Jamaah pasti rela dan dengan senang hati melayani, kan? Â Namanya pelayan Tuhan dan umat pasti hidup dari jalan Allah." Sahutku agak panjang. Ibu ini tak menyahut hanya senyum dan mengangguk berapa kali.
Setengah perjalanan aku dapat mendengar driver ibu ini beberapa kali berkomunikasi dengan putriku yang juga komunikatif dengan bahasa bayinya yang aku sendiri kadang mengerti kadang tidak, hingga mobil tiba di depan rumahku. Aku segera membuka pintu dan merogoh saku celana ku sebelum mengangkat putri ku turun. "Berapa bu..." tanyaku. "tak  usah bayar pak," potong ibu ini cekatan, sambil meraih selembar uang puluhan ribu lalu memberikan ke putri ku.. Ini hadiah natal mu adik kecil... karena kamu imut dan lucu," katanya lagi. Aku terkesima dan hampir tak dapat berkata apapun. "wah... bu. Terima kasih. Tuhan memberkati ibu dan pekerjaan ibu." Lalu ia berlalu dengan mobilnya sambil mengucapkan salam dan melambai ke putri kecil ku.... Aku tersenyum lebar. Hatiku berbunga... bukan berbunga karena kecantikan ibu driver itu dan kebaikannya. Tetapi berbunga dan terkesima terhadap realisasi kasih persaudaraan dan kebersamaan yang barusan ku alami.... aku berbunga dan terkesima kepada Tuhan ku dan dan karya KasihNya yang luar biasa... lalu sanubari ku bergetar hebat. Aku merinding.... andai saja semua umat beragama boleh dirasuki dan teresensikan oleh roh kasih yang sebenarnya... alangkah indah dan berbunganya dunia ini. Bukankah kenyataannya bahkan antar pemeluk dan kaum yang samapun sering saling memanfaatkan, menyakiti dan membunuh oleh kepentingan. Kapan kepentingan boleh mati oleh kasih?  Ataukah zaman ini akan tenggelam oleh kepentingan 'manusia satu makan manusia' lainnya, kata George Garaudy dalam bukunya Promises De La Islamic.... entah itu hanya Tuhan dan waktu saja yang tahu. Tapi tentu saja kita manusia adalah yang mengarahkan kemana kapal hidup bernama peradaban ini menuju. Yang jelas... apa yang baru ku alami bersama putri ku adalah sebuah cerita luar biasa yang dapat di wariskan sebagai hadiah natal paling indah dan bermakna lewat realisasi kasih ibu berhijab pink ini.  Sebelum masuk halaman rumah aku menoleh ke langit lepas. Langit telah biru karena hujan telah reda. (Manado, 25 Desember 2019/ 13.15 WIT)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H