Mohon tunggu...
Muhammad Farhan Hamami
Muhammad Farhan Hamami Mohon Tunggu... -

Sedang mencoba untuk belajar menulis, menemukan kembali gairah menulis yang pernah hilang..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Membunuh "F"

10 Februari 2011   00:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:44 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_89284" align="alignleft" width="250" caption=" * ilustrasi *"][/caption] :Teruntuk Perempuan Pemilik Awan Mungkin, dialah lelaki yang membuatmu terbangun kala subuh, jauh sebelum ayam jantan berkokok, dengan hangat nafasnya yang berhembus di telingamu. "Selamat Pagi" bisik lelaki itu dalam suara serak karena reak masih menggantung di tenggorokannya. Kau tersenyum lebar. Awan yang kau simpan lebur sudah sebagai embun pagi di rumput-rumput basah, sebasah tubuh kau dan lelaki itu yang berpeluh dan berpejuh dalam sakralnya senggama yang gaduh, semalam. Kau tersenyum, lagi dan lagi, dari pagi ke pagi, karena bisa jadi hanya dia lelaki yang pernah berbagi hati, dalam masa hidupmu yang tak muda lagi. Mungkin. Tentu hari tak selalu pagi, dan hangat lelaki itu pergi setelah senggama ke empat puluh yang tanpa henti, meninggalkan kau perempuan suci yang tak perawan lagi. Tak ada lagi lelaki yang setiap pagi hangatnya mampu melebur awan yang kau simpan. Yang ada hanya mentari yang dengan panasnya menjemur awan putihmu hingga gosong ia dan menjelma sebagai awan hitam yang  kemudian pecah dalam hujan yang menetes dari sela-sela matamu, basah. Dalam lelah semua mudah dipecah. Dalam gundah semua mudah dipisah.  Sebilah keris terpisah dari sarungnya yang berada di genggaman tangan kirimu, menancap di dada lelaki itu dan memisahkan raganya dari jiwanya yang telah lebih dahulu pergi meninggalkan dirimu dan lelakimu. "Kenal dengan foto lelaki yang ada di depanmu?" tanya jaksa penuntut dalam sidang perdana kasus pembunuhan tadi siang. "F." Perempuan itu menjawab. Jeda. "Lelaki yang tak mengerti bagaimana mencintai aku." Lanjutnya. --- Farhan, 10 Februari 2011 Disyairkan dan difiksikan dari kisah nyata seorang perempuan yang memanggil lelakinya "F". Semoga aku bukan satu-satunya lelaki yang dipanggil "F". Sumber gambar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun