Mohon tunggu...
Firsty Relia Renata ST
Firsty Relia Renata ST Mohon Tunggu... Relawan - Belajar Bersyukur

Head of the social communication section - PPC ~ St Paulus Pku Periode 2017-2020 Periode 2021-2024 Housewife

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kecewa pada SD Tumbuh Yogyakarta

25 Maret 2011   09:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:27 15462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sedikit berbagi pengalaman bagi para orang tua yang hendak menyekolahkan putra/putrinya.. Setiap orang tua, tentu mengharapkan yang terbaik bagi anak-anak mereka, semampu yang mereka bisa, demi kemajuan dan perkembangan anak-anak. Begitun pun dengan kami. Selama 6 tahun, kami tinggal di Pekanbaru, dan berencana akan pindah ke Jogja pada Juni 2011, bertepatan dengan tahun ajaran baru yang mana anak kami akan masuk SD. Maka kami mulai hunting sekolah via internet, dan kami menemukan SD yang kami anggap cocok untuk putrid kami, yaitu SD Tumbuh I, Jl AM Sangaji Jogjakarta.

Menurut pandangan kami, SD tersebut cocok bagi putri kami. SD yang didirikan oleh KPH H. Wironegoro, M.Sc, putra mantu Sri Sultan HB X tersebut merupakan SD Inklusif, yang mana menerima siswa/I kemampuan khusus yang digabung dengan siswa/I regular. Kepala sekolahnya seorang ibu muda, Ibu Elga Andriana, S.Psi yang merupakan aktifis LSM. Dalam pandangan kami waktu itu, SD Tumbuh merupakan sekolah yang sangat manusiawi (menurut artikel-artikel), memberlakukan perbedaan-perbedaan dalam cara penanganan anak sesuai dengan memampuan anak-anak tersebut. Sd Tumbuh mendedikasikan tujuannya bagi anak-anak, bahkan dalam formulir terdapat pilihan nominal pembayaran yang kelebihannya akan disumbangkan bagi kepentingan pendidikan anak-anak berkemampuan khusus. Singkat kata, pada Desember 2010 kami memutuskan untuk mendaftarakan anak kami di SD Tumbuh I dan menjalin komunikasi jarak jaun melalui email. Anak kami diterima pada bulan mid Februari 2011 melalui kiriman dokumen dan sedikit wawancara via email, maka kami mulai melakukan administrasi. Begini yang dipersyaratkan oleh SD Tumbuh. Dear Ibu Renata Adapun rincian biaya untuk Aurea sesuai dengan pilihan/komitmen adalah sebagai berikut: Uang Pangkal : Rp 7.500.000 SPP              : Rp    450.000 Uang Tahunan: Rp    725.000 Uang Seragam: Rp   400.000 Pembayaran mohon dilakukan via transfer ke rekening SD Tumbuh, Bank Mandiri no rek. 1370006513788.  Mohon mencantumkan nama siswa dan keperluan pembayaran. Bukti pembayaran bisa diimel ke sd_tumbuhadm@xxxxx.co.id atau fax 0274-xxx970. Mulai saat ini masalah administrasi langsung dihandle oleh bagian administrasi SDT1 yaitu Bu Dian. Imel terkait administrasi juga ditujukan kepada Bu Dian di sd_tumbuhadm@xxxxx.co.id. Demikian, terimakasih atas kerjasama Bu Renata. Salam, Elga Andriana, M.Ed Kepala Sekolah ============= Maka kami segera melakukan kewajiban kami sesuai yang disyaratkan, yaitu pembayaran pertama, 1 Maret 2011 malam hari, sebesar Rp.3.750.000,- Kami membayarnya melalui mesin sst CIMB Niaga menuju rekening Mandiri SD Tumbuh. Beberapa hari kemudian, kami menerima konfirmasi (setelah menanyakannya) bahwa transfer sudah diterima.

13010439731961663993
13010439731961663993

Namun rencana berubah. Kami baru mengetahui bahwa kami tidak jadi pindah ke Jogja dan akan berada di Pekanbaru sampai Juni 2013. Maka saya segera mengirim email ke SD Tumbuh untuk menanyakan bagaimana kebijakan pengembalian dana yang sudah kami setorkan,, tentu dengan asumsi telah dipotong untuk biaya administrasi (mungkin biaya email, atau apapan yang dianggap perlu, yang perkiraan kami sekitara beberapa ratus ribu rupiah). Begini jawaban Ibu Elga: From: sd tumbuh (sd_tumbuh@xxxxx.co.id) Sent: Wednesday, March 23, 2011 11: 09 AM To: Firsty Relia Renata (firsty@xxxx.com) Dear Bu Renata,Kami mohon maaf sekali tidak bisa mengembalikan  meski hanya sebagian. Peraturan tersebut sudah ditetapkan dan berlaku bagi semua pihak. Sekali mohon maaf tidak bisa mengabulkan permintaan ibu. Have a great day! Kind regards, Elga Andriana ============= Wah.. kami merasa dana itu besar sekali, dana sekolah, yang mana kami harus segera mencari gantinya untuk memasukan anak kami ke sekolah di Pekanbaru yang berbiaya kurang lebih sama. Maka saya mengirim email kembali dan menanyakan apakah bisa switch dana untuk keperluan putri kami masuk kelas 3 SD di tahun 2013 di SD Tumbuh. Dan sampai saat ini belum dibalas. (**Telah dibalas oleh Ibu Elga melalui email per tanggal 29 Maret 2011, jawabannya di bagian akhir dari notulen ini) Dengan rasa menyesal karena terlalu cepat melunasi kewajiban, maka berbagai pertanyaan timbul dalam benak kami. 1. SD Tumbuh, yang mengklaim dirinya sebagai sekolah yang memperhatikan anak-anak, membantu biaya anak-anak kemampuan khusus, dalam hal ini memiliki kebijakan yang bijaksana untuk tidak mengembalikan dana apapun yang telah masuk ke SD Tumbuh, dengan alasan apapun. Pantaskah? 2. SD Tumbuh, merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai fungsi mendidik, namun pada prakteknya seperti dealer mobil yang tetap mencari konsumen, pada saat kredit batal, maka DP tidak kembali. 3. Apakah ada kebijakan pemerintah secara tertulis bahwa dana yang sudah masuk ke dalam suatu lembaga pendidikan yang mana sama sekali belum digunakan oleh penyetornya (calon pembeli) adalah menjadi hak sepenuhnya penerima dana (dalam hal ini SD Tumbuh)? 4. Jadi seandainya dianggap SD Tumbuh sebagai suatu produk (yang berarti profit adalah terutama yang dibayangbayangi pemanis (Jenis Produk) "Sebagai pendidikan berkualitas" bagi anak-anak (yang mana sebagai konsumen mereka), maka selalu dan sekali lagi konsumen selalu dirugikan untuk mempertahankan cash flow perusahaan (SD Tumbuh)? (Sebagai catatan, perlu diingat bahwa SD Tumbuh ini lembaga pendidikan yang mengklaim sebagai "mendidik anak-anak sesuai kemampuan anak-anak tersebut" telah menempatkan anak-anak sebagai konsumen. Apa kasalahan kami? Kesalahan kami adalah berusaha dan berniat untuk menepati komitmen kami dalam melakukan penyelesaian Administrasiu sesuai dengan yang disyaratkan. L Fakta yang harus diterima: Mungkin dulu ada (tapi sekarang tidak ada) lembaga pendidikan, dinas ini atau itu yang benar-benar sesuai dengan apa yang dikatakannya atau di-iklankannya. Konsumen atau para orang tua harus menyadari hal tersebut, dan menerima sampai batas mana kita (konsumen / orang tua) bisa mentoleransi keadaan demikian. Semuanya adalah bisnis, bisnis yang tidak pandang bulu dimana para generasi muda, anak-anak kita menjadi sasaran empuk. Iklan Susu, Susu Ibu hamil, makanan, bahkan sampai sekolah, semuanya dibeli konsumen dengan peran "emosi" yang dimainkan oleh pada penjual. Saya bertanya pada dokter kandungan saya (untuk mengetes saja), susu ibu hamil apa yang harus saya minum untuk calon bayi di rahim saya. Jawaban dokter tersbut adalah, susu apa saja, yang penting susu dikonsumsi secara cukup. Bahkan susu UHT pun boleh, kalau ibu tidak mual, begitu katanya. Sementara ibu-ibu lain berlomba membeli susu merek a, b, c, yang harganya makin hari makin tidak masuk akal. Asumsinya adalah, semakin mahal susu, semakin pandai si anak. Begitu pula nasib pendidikan bagi anak-anak kita, semua dijejali dengan pemanis yang mana kita harus membayar mahal untuk kelancaran cash flow dan usaha para pengusaha sekolah. Jika kita mau kembali ke jaman dulu, jaman dimana kita sendiri masih sekolah, sekolah masih terjangkau. Dan kenyataannya, orangorang jaman dulupun bisa menjadi "orang". Mungkin sebaiknya dikembalikan lagi pada fungsinya masing-masing, guru untuk mengajar, petani untuk bertani, pedagang untuk berdagang, dan yang terpenting, orang tua mulai mengembalikan fungsinya bagi pendidikan anak-anak. Beri yang terbaik bagi anak, beri perhatian, ajari mereka. Kesimpulan: Sekolah (yang mengaku) terbaikpun tetap menjadi "ganas" jika berurusan dengan rupiah. Itulah fakta yang harus kita terima di jaman ini. Tidak pandang bulu sekolah itu didirikan oleh jendral, mentri atau sultan.. sama saja. Kami adalah orang-orang biasa yang berusaha memberikan apa yang terbaik pada anak-anak kami, yang ternyata harus menunggangi mobil-mobil yang disediakan orang-orang besar. Seperti biasa..., suara kecil mudah diredam. Makanya wajar kalau banyak Golput di negeri ini di segala sisi. Moto toko: Barang yang sudah dibeli tidak bisa dikembalikan.. (Tapi dalam prakteknya, Dept Store Ma****** menerima penukaran sepatu yang sudah dibeli jika ternyata sepatu tersebut kurang pas ukurannya. Sama kayak beli asuransi, beli sesuatu yang nggak ada barangnya, bedanya, kalo asuransi ditolak, premi dikembalikan. Untuk sekolah, rupiah yang sudah masuk "dianggap" sah menjadi milik walaupun tidak jadi digunakan. Hmmm.. pendidikankah itu? Silahkan bikin kesimpulan sendiri, saran or whatever.. Semoga berkenan... J Catatan: Mungkin catatan ini menimbulkan perasaan pro dan kontra, but nggak masalah. Tidak ada yang bisa membatasi pikiran. Pikiran jaman sekarang tidak terlalu dominan jika disandingkan dengan rupiah J Betul? :D Diharapkan bahasa yang baik, bahasa yang "berpendidikan". Mulai belajar dari sekarang.. Bagi keluarga kami, rupiah didapat dengan kerja keras dan lebih dari separuh yang kami dapatkan sampai saat ini adalah untuk keperluan anak kami yang disesuaikan dengan perkembangan jaman yang tiada berampun. Mungkin agi sebagian orang, dana sedemikian bisa lewat sehari di mal-mal besar, tapi bagi kami adalah pendidikan bagi anak kami. Maaf untuk bahasa yang mungkin kurang rapi susunannya, sedang belajar mengungkapkan sesuatu melalui tulisan J YANG ABADI DALAM KEHIDUPAN ADALAH PROSES BELAJAR DAN PERUBAHAN Pinjam dari istilah saudara saya: Mana yang lebih kuat, setoran atau pentungan? Saya rubah sedikit menjadi: Mana yang lebih penting, setoran atau pendidikan anak? Salam Hangat semuanyaa.. ============= **Balasan dari Ibu Elga mewakili SD Tumbuh utnuk permohonan switch penggunaan dana pada saat anak kami masuk kelas 3 SD: 1. dana tersebut diijinkan untuk dipakai di Tahun Ajaran saat anak kami kelas 3 nanti dengan menyesuaikan rate biaya yang berlaku di Tahun Ajaran tersebut (2013-2014). 2. namun demikian, SD Tumbuh tidak bisa save satu seat untuk anak kami hingga kelas 3 nanti. Artinya semua kelas 1 yangSd Tumbuh I punya saat ini dibuka bagi calon siswa yang ingin mendaftar. Jadi, kondisinya sangat tergantung pada ada tidaknya tempat/kursi bagi anak kami di Tahun Ajaran 2013-2014 nanti. ==============

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun