Mohon tunggu...
Fredy Arianto Arianto
Fredy Arianto Arianto Mohon Tunggu... -

pejalar yang kebetulan belajar tentang kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Surat dari Malaysia: "Perlukan Kita Marah terhadap Malaysia?"

1 September 2010   19:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:32 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Perkembangan berita terakhir di tanah air membuat saya selalu berada di depan komputer untuk mendapatkan kabar terkini, terlebih lagi mengenai hubungan Indonesia-Malaysia yang katanya sangat panas (berdasarkan media massa di Indonesia)

Dengan porsi berita di Indonesia, saya sangat memaklumi kalau masyarakat kita marah...tapi, apakah benar-benar kita perlu semarah itu sampai menantang untuk perang?
Kalau boleh saya ceritakan sedikit keadaan di Malaysia (khususnya di KL) , rasanya tidak ada ketegangan seperti di Indonesia.

Saya sudah hampir tiga tahun menuntut ilmu di Malaysia, sama sekali tidak pernah mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan karena status saya sebagai orang Indonesia. Saya tidak pernah di lecehkan , apalagi di hina-hina!
Saya sangat prihatin dengan tindakan sebagian LSM yang mengatakan mereka sangat patriotis dan nasionalisme yang tinggi.
Apakah kita bener-benar di lecehkan Malaysia sedemikian rupa??

Saya coba membuat daftar lagi beberapa masalah yang membuat masyarakat kita marah :
1. Masalah kebudayaan Batik,Reog,Lagu Rasa Sayange, dan beberapa klaim kebudayaan lainnya.
Apakah mereka benar-benar salah? Dari pertemanan saya dengan masyarakat disini, boleh saya simpulkan, hampir 50% lebih orang melayu, mempunyai garis keturunan dari Minang, Jawa, serta Bugis. Jadi, akan sangat wajar, kalo mereka mempunyai kebudayaan yang hampir atau bahkan sama seperti kita. Hanya masalah siapa saja yang lebih dulu mengklaimnya. Apakah pemerintah kita pernah perduli untuk menjaga kelestarian kebudayaan kita? atau berusaha membuat itu semua menjadi ciri dari budaya Indonesia ke dunia Internasional??
Pendapat saya : TIDAK

2. Masalah perbatasan laut negara yang masih belum jelas
Ini merupakan salah satu bentuk kegagalan diplomasi kita terhadap Malaysia, atau dunia pada umumnya. Saya coba mengambil satu contoh kegagalan diplomasi yang sudah terjadi, kita kehilangan Pulau Sipadan dan Ligitan yang sangat cantik alamnya. Bagaimana saya tahu kalau pulau itu sangat cantik? Karena Malaysia mempromosikan pulau itu ke dunia internasional melalui promosi pariwisata mereka.
Kalau saya menjadi warga pulau itu, maka saya sangat senang dimiliki oleh Malaysia.
Kalau masih menjadi milik Indonesia, apakah pemerintah akan memajukan pariwisata disana?
Pendapat saya : TIDAK

3. Masalah paling terkini, tentang tertangkapnya 3 pejabat kelautan kita
Apakah kita benar-benar tidak bersalah, sedangkan dari berita yang saya dengar, petugas itu juga tidak yakin dengan alat GPS mereka. Tentang bagaimana mereka diperlakukan oleh petugas Malaysia, itu menjadi tanggung jawab pemerintah untuk bereaksi keras. Tapi apa reaksi mereka? kita sudah tahu bersama-sama. Saya justru ingin melihat lebih jelas bagaimana reaksi petugas Malaysia yang begitu tahu ada masyarakatnya tertangkap di negara lain langsung berusaha membela dan membawa kembali (walau mungkin dengan cara yang salah), tapi mereka membela.
Ribuan TKI bermasalah, dianiaya, ratusan terancam hukuman mati...Apakah pemerinta mengambil perduli? berusaha membela mereka??
Pendapat saya : TIDAK

Saya sangat prihatin oleh sebagian orang yang sangat berapi-api membenci Malaysia, tetapi sebenernya, masalah utama kita ada di tubuh kita sendiri. Apakah kita menghargai kebudayaan daerah kita sendiri? apakah kita memelihara daerah tujuan wisata kita? (jangankan mempromosikannya)
Janganlah mencari kesalahan orang lain, kalau kita sendiri masih memiliki banyak kesalahan, mari kita bersama-sama berjuang (PERANG!!!!) buat rakyat kita sendiri dari MUSUH DALAH SELIMUT yang katanya mewakili rakyat, memimpin rakyat ini, tetapi justru hanya memperkaya diri sendiri.

Kalau tulisan saya ada yang salah, tolong di koreksi, ini hanyalah pendapat pribadi saya yang sudah sangat muak dan marah dengan tingkah laku para pemegang kekuasaan di negara kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun