Pernah denger kata-kata diatas?
Mungkin jarang anak sekolah, atau lulusan SMU yang berkata demikian. Pada umumnya mereka pingin dong jadi anak kuliahan. Apalagi bisa masuk di Perguruan Tinggi terkemuka. Udah gitu anak kuliahan keliatan keren dimata mereka. Sekolah gak perlu pake baju seragam, relatif lebih bebas, rambut boleh gondrong? Â Bisa jadi aktivis & ikut merancang demo...hehe....hal-hal yang membuat jiwa muda mereka bergelora..
Perkataan ini lebih mungkin diucapkan para orangtua, yang udah megap-megap kehabisan nafas untuk membiayai anaknya sekolah. Seringkali diucapkan hanya didalam hati, karena sesusah-susahnya orang tua, mereka siap berkorban agar anak bisa terus sekolah...Kebayang uang masuk Perguruan Tinggi baik Negri maupun swasta udah bisa bikin jantungan. Belum biaya perkuliahan sekarang yang semakin tinggi.
Berlawanan dengan semangat para pendiri negeri ini, pendidikan mulai jadi barang mewah. Untuk masuk satu jurusan di PTN terkemuka, uang muka agar dipertimbangkan "lulus tes" bisa mencapai ratusan juta rupiah...weis..weis....pertanyaannya, dengan uang segitu apa hasilnya?
Seringkali hasilnya adalah Pengangguran!
Ya begitulah fenomena sekarang. Lulusan Perguruan Tinggi banyak yang masih menganggur karena harus bersaing, memperebutkan pekerjaan yang tersedia. Seringkali kerjanya gak sesuai keahlian, bahkan seringkali pekerjaan yang diperebutkan sebenarnya dimasa lalu bisa dikerjakan oleh lulusan SMU atau SMP!
Fenomena ini sebenarnya banyak terjadi dinegara "sedang berkembang" lain. Bedanya, mereka mulai berburu lowongan pekerjaan yang tersedia di Luar Negri. Contohnya India dan Filipina . Sedang di Negri ini, yang rajin berburu pekerjaan diluar negri justru mereka yang tingkat pendidikannya rendah, justru merekalah pejuang-pejuang devisa, yang membantu memutar roda ekonomi bangsa....
Banyak juga ulasan mengenai "kreatifitas" dan "softskill" yang kurang dari para lulusan Perguruan Tinggi kita, tidak bisa berkompetisi secara global, dan tidak mampu menciptakan "pekerjaan". Tapi siapa sebetulnya yang bertanggung-jawab menciptakan pekerjaan? Who's responsible for creating jobs"? Presiden-presiden negara lain sering diukur keberhasilannya dari parameter ini. Samakah di Indonesia?
Ada yang salah gak sih dengan mutu lulusan perguruan tinggi kita?
Mungkin Bapak2, Ibu2..Bro & Sis yang lebih tahu..
Salam Indonesia,