Mohon tunggu...
Ezzra Rauwda Pervilian
Ezzra Rauwda Pervilian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai saya Ezzra seorang mahasiswa tingkat akhir dari yang senang mendengarkan musik di kala senggang, mari berkenalan dan berbagi banyak cerita bersama

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Social Engineering, Kasus Penipuan Digital Terbanyak di Indonesia!

3 Oktober 2024   17:30 Diperbarui: 3 Oktober 2024   17:31 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam era digital yang semakin maju, penipuan melalui social engineering telah menjadi fenomena yang marak di Indonesia. Bayangkan, Anda menerima pesan dari "bank" yang meminta informasi penting, dan tanpa sadar, Anda mengungkapkan data pribadi yang berharga. Menurut data, sekitar 97% bisnis di Indonesia menjadi sasaran serangan social engineering. 

Kasus-kasus penipuan ini tidak hanya terbatas pada individu, tetapi juga melibatkan perusahaan dan institusi keuangan. Namun, apa yang membuat kasus penipuan ini berbeda dari kasus kejahatan lainnya adalah korban sering kali disalahkan dan mendapatkan tekanan. Hal ini karena masyarakat sering kali tidak memahami bahwa penipuan social engineering memanfaatkan kesalahan manusia dan tidak ada hubungannya dengan kesalahan korban.

Social Engineering adalah praktik manipulasi psikologis yang dilakukan untuk mendapatkan informasi sensitif atau akses ke sistem atau sumber daya. Pelaku yang berhasil melakukan social engineering kemudian dapat memanfatkan akses atau informasi sensitif pada sumber daya, misalnya jika pelaku social engineering berlagak sebagai seorang perwakilan bank yang meminta pin atm dari korbannya, maka mereka akan dengan mudah melakukan transfer dari rekening korban ke nomor rekening miliknya.

  • Kerugian yang Tidak Hanya Material

Korban penipuan dari social engineering sering kali mengalami kerugian yang tidak hanya material, tetapi juga non-material. Bayangkan jika Anda kehilangan uang dalam jumlah ratusan juta rupiah; bukan hanya kehilangan uang, tetapi juga kehilangan kepercayaan diri dan rasa aman. Korban penipuan sering kali merasa bersalah dan tidak berdaya, yang dapat mempengaruhi kesehatan mental mereka secara signifikan. Stres, depresi, dan kecemasan menjadi teman akrab bagi mereka yang terjebak dalam jaring penipuan ini.

Kerugian non-material ini sering kali diabaikan, namun memiliki dampak yang sangat besar pada kualitas hidup korban. Mereka mungkin merasa tidak aman lagi dalam melakukan transaksi online atau bahkan ragu untuk mempercayai orang lain. Ini adalah contoh bagaimana penipuan social engineering dapat merusak kehidupan seseorang secara menyeluruh.

Alasan utama korban penipuan disalahkan adalah karena kurangnya literasi digital. Banyak orang tidak memahami cara kerja teknologi dan tidak tahu bagaimana cara mengenali modus penipuan. Selain itu, masyarakat juga cenderung percaya pada informasi yang diterima melalui media sosial tanpa melakukan verifikasi yang cukup. Dengan meningkatkan literasi digital, kita dapat mengurangi kasus penipuan social engineering dan menjaga keamanan digital kita.

Literasi digital bukan hanya tentang memahami teknologi, tetapi juga tentang memahami bagaimana teknologi dapat digunakan untuk tujuan yang tidak baik. Dengan memahami ini, kita dapat lebih waspada dan siap menghadapi ancaman penipuan di dunia digital.

Kasus penipuan social engineering di Indonesia sangat marak. Salah satu modus yang paling umum adalah dengan mengatasnamakan bank atau institusi keuangan. Pelaku akan menyampaikan informasi palsu tentang perubahan tarif transfer bank atau tunggakan kartu kredit, kemudian meminta korban untuk mengisi formulir yang berisi data pribadi seperti PIN, OTP, dan password. Pelaku sering kali merupakan sindikat yang terorganisir, memiliki alur yang jelas dalam melakukan penipuan. Mereka mengumpulkan data pribadi korban melalui modus yang berbeda-beda, kemudian menggunakan data tersebut untuk mengakses rekening korban dan menguras uangnya.

Modus penipuan ini sering kali sangat cerdas dan sulit dikenali. Pelaku dapat menggunakan teknik phishing, vishing (penipuan melalui telepon), atau smishing (penipuan melalui SMS) untuk mendapatkan data pribadi korban. Oleh karena itu, penting untuk selalu waspada dan tidak terlalu percaya pada informasi yang diterima.

  • Cara Mencegah Penipuan

Untuk melindungi diri dari penipuan social engineering, berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun