Mohon tunggu...
Rezha Nata Suhandi
Rezha Nata Suhandi Mohon Tunggu... Penulis - Rezha

Mencintai senja kala biru, kegaduhan imajinasi lambang superioritas intelektual.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Menunggu

3 Juni 2017   00:33 Diperbarui: 3 Juni 2017   00:54 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku Menunggu.

Kala waktu beradu pilu.
Kala lagu mengalun syahdu.
Kala ragu menghantam sendu.

Malam ini rembulan tampak membiru. Menerka langit pada titik bintang yang rancu.
Bahkan semolek cengkrama berdua itu tabu.

Bagaimana menanti, jika hati tak kunjung berlalu dan mati.
Jawabannya serupa lilin dalam gelas kaca.
Cahayanya membekas, mengepul asap di penghujung sumbu.

Daun gugur tumbuh musim berganti. Dua cabang merambah ranggas kehidupan. Api menyala tetap membakar. Kering, daun gugur, menjadi hangat dan dekat.

Kita yang menginginkan, mesra, lantas berdua. Jatuh pada pesona, bukan pada cinta.

Aku merayu, aku menunggu. Hingga sampai pagi tiba, sapa baik itu kelak merdekakan gundah nan gulana.

Dekati aku, kala sembilu dalam tunggu. Dekap aku, jika kamu satu dalam mau. Aku untukmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun