Saat itu, semua kamera tertuju padaku. Beberapa menit setelah acara, si arit, garpu, luku, garuk hingga ani-ani biasanya mengerubutiku. Mereka dengan bangga menunjukkan foto-fotoku bersama pak Ganjar mejeng di beberapa media sosial hingga media massa terkenal. Maklum saja, mereka ini juga fans berat bapak yang selalu modis dan identik dengan dengan rambut putihnya itu.
Tapi kini arit, garpu, luku, garuk dan ani-ani membenciku. Kata mereka, aku sudah mempermalukan korps alat pertanian tradisional. Karena ulah manusia yang menggunakan namaku, salah satu manusia idola mereka jadi teraniaya.
Aku juga tak habis pikir, kenapa ini terjadi padaku. Orang yang aku banggakan karena menyematkanku pada namanya, telah melakukan hal yang sangat berlebihan. Ia menyerang pak Ganjar, yang aku tahu mereka adalah kader satu partai.
Sedihnya lagi, partai yang dinaungi pak Ganjar dan orang yang menggunakan namaku itu terkenal dengan partainya wong cilik. Banyak petani yang pejah gesang nderek partai itu. Tak sedikit pula diantara mereka yang mengidolakan pak Ganjar.
Setelah kejadian ini, tangan-tangan pak tani tak hangat lagi. Setiap melihatku, mereka langsung teringat orang yang menggunakan namaku itu. Rasa benci muncul, dan mereka kerap menyakitiku dengan cengkramannya yang keras dan kasar. Kadangkala, aku juga dilemparkan dan ditinggal kedinginan di ladang.
Aku tak tahu, harus berapa lama kepedihan ini akan terjadi. Yang aku inginkan hanya kembali jadi pacul yang bermanfaat dan selalu disayang semua orang.
Semoga, orang yang menggunakan namaku pada julukannya sadar diri. Bahwa akibat tindakannya, tidak hanya petani dan juga fans-fans pak Ganjar yang tersakiti. Tapi juga aku. Yang sejak kecil dikenal dengan nama Pacul!.