Mohon tunggu...
Ezra Soleman
Ezra Soleman Mohon Tunggu... profesional -

Seorang Psikiater dengan visi mendestigmatisasi pandangan masyarakat terhadap gangguan jiwa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Tidak Usah Revolusi Mental, Mari Hidup Seenaknya?"

6 November 2014   17:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:29 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara normatif hampir semua orang akan menjelaskan hal yang ideal tentang kehidupan bermasyarakat, misalnya tidak boleh buang sampah sembarangan dan sebagainya. Faktanya, banyak  manusia Indonesia yang tidak menaati aturan yang telah disepakati bersama secara normatif tersebut. Anda tidak setuju dengan pernyataan ini?, lihat saja di jalan raya. Anda akan menemukan tidak sampai satu menit, ada banyak pelanggaran norma ataupun aturan, misalnya kendaraan yang berhenti melebihi garis batas di lampu merah, bahkan merambat pelan-pelan menyebrang saat sedang lampu merah. Anda juga akan mudah mendapati orang yang berkendara secara tidak aman, entah itu pengendara motor yang tak berhelm, atau pengemudi mobil yang tak memakai sabuk pengaman, atau pengemudi kendaraan yang asyik main telepon genggam, sampai yang buang sampah atau puntung rokok di jalanan. Tidak asing ya dengan keadaan tersebut?. Saya bingung belakangan hal-hal ini makin sering kita temui, bahkan hampir selalu terjadi khususnya di pusat kemacetan di Jakarta.

Belum lagi masalah lainnya, para pejalan kaki atau pedestrian sudah tak aman berjalan kaki. Trotoar sudah jadi tempat bisnis murah meriah bagi penjual makanan bahkan penjual baju murah, contohnya yang terjadi di Jalan Pemuda di Jakarta Timur. Akhirnya para pejalan kaki terpaksa memilih berjalan di pinggir jalanan dan bukan di trotoar, karena sudah padat. Ada juga trotoar yang sempit ataupun rusak bahkan becek tergenang air saat hujan, lalu dimana pejalan kaki harus meletakkan kakinya?. Asal Anda pernah jadi pejalan kaki, ketika anda berjalan di pinggir jalanan yang sedang padat, Anda akan dengan mudah mendapat hadiah klakson dari motor atau mobil yang tak berempati pada Anda dan justru mungkin memaki Anda karena dianggap tak tahu aturan.

Hal-hal tersebut barulah sebagian kecil masalah yang ada di jalanan, dan belum masalah kehidupan bermasyarakat keseluruhan. Apakah Anda bisa melihat ada urgensi sehingga kita harus berubah, karena banyak yang menuntut hidup nyaman tapi tak pernah sadar bahwa masalah utamanya adalah ketidakpedulian untuk berubah. Saya sangat mendukung usaha pemerintah saat ini untuk revolusi mental. Menurut saya, kedisiplinan itu bukan hanya wacana indah ketika berpidato, itu harus jadi bagian dari diri sendiri. Bagaimana mungkin kita minta pemerintah mengubah semuanya sehingga kita hidup nyaman, tapi kita sendiri tidak mau berubah, bahkan mungkin tidak sadar kalau banyak hal yang salah dari diri kita. Sudah saatnya buang kesombongan diri, lihat ke sekeliling kita penuh sampah di jalan, di kali. Lihat masalah kita bukan hanya soal harga barang, memang itu penting dan pemerintah perlu menstabilkan itu dengan kebijakannya, namun mental kita juga harus berubah. Kita mudah sekali mengkritik orang lain, tapi banyak di antara Kita yang tak bisa menerima kritik. Lalu bagaimana kita bisa hidup dengan tentram? Apakah bisa jiwa kita disebut sehat?.

Bagaimana dengan korupsi, kolusi nepotisme?. Ini masalah yang klasik dan membuat malas dibicarakan karena entahlah kapan bisa berakhir. Lalu, Siapa yang peduli kepribadian anak dan cucu kita nanti ketika mereka dewasa?. Apakah mereka akan jadi orang yang melanggar aturan tanpa rasa bersalah karena dari kecil melihat contoh yang salah?. Siapa yang akan bertanggung jawab bila Bangsa ini punya mental yang seperti ini?, namun menuntut hal-hal ideal yang tidak sesuai dengan modal yang dimiliki?. Kalau ini negara kita?, ini bangsa kita?, bukankah kita yang harus berubah?.

Salam damai, semangat perubahan untuk kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun