Beberapa waktu lalu, internet dibuat ramai dengan video seorang pemuda di Riau yang ditarik oleh orangutan ketika ia melintasi pagar pembatas di salah satu kebun binatang untuk membuat konten video di salah satu media sosial.Â
Tidak lama sebelum itu pula, warganet dihebohkan kisah tragis seorang remaja di Tangerang yang meninggal akibat terlindas truk ketika ingin melaksanakan sebuah tantangan bernama "Malaikat Maut" untuk diunggah sebagai konten video.Â
Kedua kisah ini sungguh miris untuk didengar, namun tidak seberapa miris ketimbang fakta bahwa melakukan tindakan ekstrem yang membahayakan nyawa demi konten semata bukanlah hal yang baru.Â
Diketahui bahwa tantangan "Malaikat Maut" bukanlah tantangan yang baru di dunia maya, melainkan sebuah tantangan yang sudah beredar lumayan lama di salah satu media sosial. Tantangan ini menguji para pembuat konten---yang umumnya merupakan para remaja---untuk menghentikan sebuah truk yang sedang melaju dengan menjulurkan tangan. Nahas, pelaksanaan tantangan ini justru berakhir dengan tragedi.
Sudah banyak laporan mengenai pembuatan konten di dunia maya yang berakhir fatal, dan hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Pada tahun 2017, konten video nekat berakhir nahas ketika pemuda asal Minnesota, AS, Pedro Ruiz, meninggal ketika pasangannya, Monalisa Perez, menembakkan peluru fatal pada Ruiz.Â
Ruiz dan Perez merupakan kreator konten video di salah satu kanal YouTube yang sering membuat video lelucon atau prank. Saat itu, keduanya berniat untuk melakukan aksi berbahaya yang dapat menarik banyak audiens, dengan Perez menembakkan pistol ke Ruiz yang memegang sebuah ensiklopedia di depan dadanya untuk melihat apakah ensiklopedia tersebut dapat menghentikan pelurunya.Â
Selain itu, pada tahun 2020, seorang remaja di Oklahoma meninggal akibat serangan jantung setelah meminum obat alergi dalam jumlah besar sebagai tantangan video di media sosial. Dan pada tahun ini, maraklah tantangan "Malaikat Maut" yang juga sudah memakan korban jiwa. Nyawa sudah berjatuhan, namun tetap saja konten-konten maut ini tidak ada habisnya.
Dunia sudah modern. Seiring berkembangnya dunia, teknologi pun semakin maju. Dunia maya menjadi hal esensial yang sulit dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun, semakin hari, rasanya semakin sulit untuk membedakan prioritas dalam kehidupan; eksistensi maya menjadi sama signifikannya dengan eksistensi riil.Â
Setiap orang berlomba-lomba menciptakan sensasi yang menggemparkan dunia di belakang layar, bertarung untuk menjadi yang terbaru dan terbeda. Lantas, mengapa kemudian orang-orang nekat melakukan aksi yang membahayakan nyawa mereka semata karena ingin mencari perhatian di internet?
Merangkum bacaan dari berbagai jurnal, saya memuntal empat alasan utama yang menyebabkan perilaku nekat demi konten masih beredar dan subur di dunia maya. Yang pertama adalah tingginya penggunaan internet sebagai wadah penyaluran emosi. Jika ditelusuri, kita dapat melihat bahwa sebagian besar pembuat konten nekat ini merupakan para remaja.Â
Pada umumnya, pemuda dalam rentang usia 10-19 tahun tengah berada di fase ketidakstabilan emosi. Pergejolakan emosi remaja yang tidak stabil dapat mendorong mereka untuk melakukan hal-hal ekstrem dan berisiko demi menarik perhatian khayalak. Perlakuan ini juga merupakan dorongan alami manusia yang ingin terlihat sebagai yang terbaik dan superior.