Mohon tunggu...
Ezra Osara Harefa
Ezra Osara Harefa Mohon Tunggu... Freelancer - berperilakulah sesuai dengan domisili anda, bukan sesuai dengan daerah asal anda!

Mahasiswa di Universitas Negeri Medan, Jurusan Pend. Antropologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Suprastruktur dan Infrastruktur, Manakah yang Utama dalam Kemajuan Indonesia?

7 Maret 2020   11:39 Diperbarui: 7 Maret 2020   11:36 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebuah berita yang muncul di media massa  membuat kita sedikit tercengang. Website berita liputan6.com mengabarkan bahwa Amerika Serikat melalui Kantor Perwakilan Dagang atau USTR di WTO mengeluarkan Indonesia dari daftar negara berkembang. Sejak 10 Februari 2020, Indonesia dianggap negara maju terkait perdagangan global. Tentu saja, dalam hati terdapat rasa bangga, bahwa negara kita yang tecinta telah dilabeli sebagai negara yang maju, meskpun hanya dalam bidang perdagangan global. Namun, dengan kesenjangan sosial ekonomi yang masih bisa kita lihat, layakkah kita dilabeli negara maju?

Kebijakan yang di keluarkan pemerintah turut mengundang perhatian seluruh elemen masyarakat indonesia. Presiden kita saat ini, Bapak Joko Widodo, masih mengutamakan infrastruktur untuk membangun negeri ini. Jalan tol, pelabuhan, bandara, MRT, tol laut, merupakan beberapa "buah" dari kebijakan pemerintah di bidang infrakstruktur. Dalam sebuah berita yang dimuat dalam web kompas.com, jokowi mengatakan bahwa infrastruktur adalah fondasi negara ini untuk maju. Lalu, apa yang menjadi tolak ukur Presiden jokowi mengutamakan infrastruktur untuk membangun indonesia menjadi negara yang maju?

Dalam beberapa teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli, bahwa untuk membangun suatu negara menjadi maju, perlu lah melihat perilaku masyarakat terlebih dahulu. Contohnya, Teori Daya Psikokultural menurut Arthur Lewis. Ia menyatakan bahwa agama bisa membawa pengaruh baik terhadap kemajuan ekonomi, namun tetap tergantung pada kepercayaan agama itu apakah memiliki daya untuk mendorong orang bertindak jujur, menabung, berani mengambil resiko dan berpikir lebih rasional. Lalu ada teori dari Max Webber yang secara garis besar menyatakan bahwa akar pencapaian kemajuan ekonomi eropa adalah seperangkat nilai dan sikap yang terkandung dalam etika protestan, yaitu kerja keras, hemat, jujur, rasionalitas dan sederhana. Ini membuktikan bahwa para ahli lebih "mendukung" suprastruktur sebagai langkah pertama untuk membangun suatu negara.

Lalu, jika ahli berpendapat bahwa suprastruktur adalah yang utama, bagaimanakah dengan indonesia? Mengapa indonesia lebih dominan dalam membangun infrastruktur? Mengapa indonesia tidak membangun suprastruktur terlebih dahulu? Dan apakah membangun suprastruktur terlebih dahulu merupakan langkah yang tepat?

Kita harus tahu terlebih dahulu, bahwa Indonesia dulu termasuk dalam golongan "negara dunia ketiga", yang pastinya kita mempunya banyak ketertinggalan pada saat itu sejak kita merdeka. Disaat amerika dan negara negara eropa berkembang pesat, indonesia masih jauh tertinggal.

Jadi, apakah dengan kondisi yang tertinggal sangat jauh, memungkinkan kita membangun suprastruktur terlebih dahulu untuk bersaing dengan negara yang maju? Saya rasa tidak, karena sampai kapanpun, jika seperti itu maka indonesia akan tetap berada di bawah negara maju. Oleh karena itu, asumsi saya, dengan membawa infrastruktur di indonesia, secara tidak langsung masyarakat mulai beradaptasi dan mengubah cara pandang mereka. Saya mengakui, bahwa kita cukup "terengah-engah" dalam beradaptasi dengan infrastruktur yang dibangun di indonesia, namun bukan berarti kita tidak bisa merubah cara pandang kita. Saya yakin, bahwa masyarakat dapat mengubah prilaku dan cara pandang atas infrastruktur yang telah dibuat oleh pemerintah.

Jadi, kesimpulannya adalah, bahwa infrastruktur lah yang diutamakan dalam memajukan indonesia, karena kita sudah sangat tertinggal dalam segala hal sejak dulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun