Ada tantangan menulis dari seorang yang sukses dalam menulis ribuan artikel, ribuan iklan, ribuan konten dan ribuan photo keren. Yaitu Hariadhi. Dan beliau pun sukses membuat saya kebingungan :
"Jalan karir menulis seperti apa yang teman-teman bayangkan dari menulis masa kini. Apakah akan bergabung dengan digital agency, atau jadi lepasan, atau penulis SEO, atau mau masuk situs dengan konten berbayar?"
Dulu pernah saya tanya khusus kepada Asep Herna, salah satu Mentor kawakan pada kelas menulis melalui WAG yang diinisiasi oleh Mbak Devina dan Budiman Hakim. Mereka Mentor-mentor hebat dengan segudang pengalaman.
Pertanyaan saya secara spesifik adalah
"Bagaimana caranya menghilangkan rasa malas atau kehilangan mood menulis? Yang kenyataannya seluruh rencana tulisan saya hanya menggantung diantara 20-30% saja. Selama bertahun-tahun teronggok begitu saja"
Saya mungkin membutuhkan mood booster yang cukup keras. Itulah kenapa saya ikut sesi pelatihan menulis. Walaupun saya tidak pernah aktif masuk melalui ketikan jari-jari saya. Tapi saya terus mengikuti dan membaca pelan-pelan semua ilmu dan sharing teman-teman WAG. Saya hadir sebagai silent reader. Nama saya hadir dalam list group, tapi saya bagai bayangan.Â
Tiba-tiba Om Budiman Hakim memperkenalkan Hariadhi di dalam group. Beliau mengisi sesi pelatihan dan lebih fokus pada bagaimana menggali keahlian menulis agar bisa memberikan pundi-pundi rupiah untuk dompet kita.Â
Kembali pada tantangan diatas, jujur kebingungan saya bukan karena saya tidak tahu bahwa banyak jalan yang bisa ditempuh untuk berkarir sebagai penulis. Tapi kebingungan saya adalah dari mana saya harus memulai?
Bagaimana caranya saya punya semangat untuk menulis yang ternyata masih lebih enak lelap dalam tidur ketimbang buka laptop?Â
"Jangan menulis untuk menyenangkan orang lain, tapi menuliskan untuk kesenangan diri sendiri". Begitulah kira-kira Om Bud memberikan pencerahan pada kami. Sesuatu yang dulunya tak terbayangkan, kini bisa jadi pijakan. Tapi tetap saja belum saya lakukan.
"Buatlah satu buku sebelum mati". Itu menjadi slogan dalam sesi pelatihan kami. Slogan tersebut terlalu jauh buat saya yang super duper pemalas.
"Ciptakan creatif attitude setiap saat". Yang ini sangat saya sukai. Meskipun tiap kali ingin menulis kolom komentar sebuah status di media sosial, kembali saya kebingungan.
"Mau menulis apa ya?"
"Apa sih yang belum orang pikirkan?"
Hasilnya saya tidak jadi menulis!
Jujur sejujur-jujurnya, tantangan dari Hariadhi ini begitu sulit untuk saya.
Kalau begitu, saya harus terus menjadi murid dulu sebelum memutuskan mau mengambil jalan karir seperti apa dalam menulis.Â