Mohon tunggu...
Edy Yurizal
Edy Yurizal Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Tinggal di Depok, Karyawan, Senang Belajar dan Berusaha Bermanfaat Bagi Sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Jalan Raya Lenteng Agung

18 Agustus 2014   18:34 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:14 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai warga Depok yang bekerja di Jakarta, tentulah setiap hari sudah merasakan 'nikmatnya' berkendara di jalan raya Lenteng Agung (LA). Saya ingat saat baru pindah ke kawasan Kelapa Dua- Depok tahun 2009 silam, biasanya setiap pagi, saya sudah merasakan kemacetan lalu lintas dimulai dari stasiun Universitas Pancasila, bahkan kadang-kadang lebih parah lagi yaitu dari halte UI.

Adapun puncak kemacetan disepanjang jalan LA ini sejak dahulu kala (kata tetangga saya) adalah di stasiun LA itu sendiri dan di stasiun Tanjung Barat (TB). Pada masing-masing stasiun itu, biasanya diperlukan waktu tempuh sekitar 10 hingga 20 menit. Itu kalau rutenya pagi hari dari Depok menuju Pasar Minggu.  Apalagi saat itu saya masih pegawai salah satu BUMN di kawasan Pancoran, 'tantangan' lebih berat berada tepat didepan Pasar Minggu  yaitu sepanjang jalan raya Pasar Minggu, dan 'puncaknya' ada di lampu merah Kalibata. Untuk rute pulang kerja, biasanya kondisi di stasiun TB cenderung ramai lancar, kemacetan terjadi hanya di U-turn sebelum stasiun LA dan di stasiun LA saja.

Tapi kondisi miris tersebut mulai dirasakan 'berkurang' pada tahun 2013 silam. Saya menyaksikan Pemda DKI membangun Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) sebanyak 2 (dua) buah sekaligus, tepat dipusat titik macetnya yaitu di stasiun LA dan stasiun TB. Untuk JPO di stasiun LA, alhamdulillah sudah bisa dinikmati pada akhir tahun 2013 kemarin dan dampaknya terhadap lalu lintas cukup memuaskan. Saat ini, rata-rata waktu tempuh di lokasi ini hanya berkisar  5-7 menit saja (saya biasa berangkat dari rumah sekitar jam 06.30 hingga 07.30 wib, demikian juga pada waktu pulang kerja di sore hari). Apresiasi buat Pemda DKI atau siapapun yang ikut berjasa merealisasikan fasilitas ini. Hanya saja, tetap diperlukan semacam sosialisasi yang lebih intens kepada masyarakat yang menjadi penumpang KRL di stasiun LA tersebut agar lebih banyak lagi yang menggunakan JPO ketimbang menyeberang jalan secara langsung. Hal lainnya mungkin Dishub DKI dapat melarang angkot berhenti dan 'ngetem' tepat diseberang jalan stasiun KRL.

Namun, cerita yang 'cukup indah' di stasiun LA tersebut, belumlah ditularkan ke stasiun TB. Hingga saat ini, kondisi macet masih seperti sedia kala. Dan anehnya, JPO yang dibangun sejak awal/pertengahan tahun 2013 itu hingga kini tampaknya masih terbengkalai alias 'mangkrak' dan belum bisa digunakan. Ada apakah gerangan??? Melalui tulisan ini, saya dan tentunya pengguna jalan LA sangat berharap agar Pemda DKI dapat segera menyelesaikan masalah JPO di stasiun TB ini.....semoga saja.

1408336218108148685
1408336218108148685

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun