Mohon tunggu...
Eyrine Tanjung
Eyrine Tanjung Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMA

Menulis dengan hati, menyelidiki dengan akal, dan melaporkan dengan keberanian itu adalah esensi jurnalisme. - Saya suka membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

"The Freak" karya Luisa C. (on Wattpad): Prolog & Bab 1

28 September 2024   22:17 Diperbarui: 28 September 2024   22:28 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prolog

1 Juli 2022
Hari pertama di bulan Juli, hari di mana aku memulai lembar hidup baru di sini, di Jakarta. 

Aku pikir, mungkin aku tak akan bertahan lama di sini. Bisa dibilang, proyek baru Papa yang membawa kami ke sini. Ini kali ketiganya kami berpindah rumah. Mungkin, jika proyek Papa selesai dalam waktu 2 tahun ke depan, aku ingin sekali kembali lagi ke sana, ke Kota Bandung.

6 Juli 2022
Hari keenam di bulan Juli, hari di mana aku bertemu seorang lelaki konyol yang menjengkelkan. Juga, hari pertama aku menjadi siswa resmi di SMA Bina Karya.
***

Kringg.. kringg... kringg... (suara bel sekolah yang menandakan masuk).
Suasana kelas sedang ribut, apalagi kaum Adam yang gampang akrab satu sama lain. Mereka pastinya membahas game online yang mereka mainkan. Tak berselang waktu lama, pembina kelompok kami datang dan menyapa kami.

"Halo, adik-adik semuanya, perkenalkan nama Kakak Rosi Puspita," sapa Kak Rosi.

Dilanjutkan dengan perkenalan yang lain, "Nah, kalau saya namanya Angelika Widya Wiratna, ini teman saya, Jesika Zefanya, Lukas Alfredo, dan yang terakhir namanya, Andrew Revalino," lanjut Kak Angel memperkenalkan sekaligus memperkenalkan teman pembina yang lain.

"Nah, karena kita semua sudah memperkenalkan diri, sekarang giliran kalian yang perkenalan, mulai dari nama, asal sekolah, umur, alamat, dan cita-cita! Yuk, dimulai dari sini!" timpal Kak Jesika sambil menunjuk ke arah meja depan paling kanan untuk memulai perkenalan duluan.

Gadis itu heran dengan kakak pembinanya, mereka cuma kasih tahu nama, tapi menyuruh mereka untuk kasih tahu semua yang mereka sebut. Rasanya ingin membantah, tapi gak berani.

Tapi jujur saja, gadis itu kira kelompoknya cukup beruntung. Karena pembina kelompoknya yang modelan Kak Angel yang cantik dan Kak Andrew yang, lumayanlah. Dijamin pasti tertarik, karena lihat mereka langsung betah, walau gak berselang lama. Tapi secara kebetulan juga, di kelompoknya ini ada adik sepupunya Kak Angel yang kalau gak salah namanya Aksa atau Wira, gitu. Yah, pokoknya itulah, gak terlalu penting juga untuk Liz.

Tibalah giliran Liz setelah May memperkenalkan diri, gadis itu pun bangun dari kursinya, lalu mulai berkata, "Halo, nama saya Elena Elizabeth Sastrowijoyo, panggil aja Elena, asal sekolah dari SMP Mahakarya, umurku 14 tahun, alamatku di Jalan Merdeka, komplek perumahan Flower Field Residence, blok Lavender No. 14, cita-cita saya menjadi penulis."

"Wah, berarti bisa nulis kisah kita dong! Eh, maksudnya...," kata seorang laki-laki dari arah pojok belakang yang diduga adik sepupunya Kak Angel. Elena atau gadis yang kerap disapa Liz itu tidak menoleh, untuk apa juga, gak penting.

"Wira! Gak boleh gitu! Maksudnya apa?! Dari dulu gak pernah berubah, masih bandel aja," kata Kak Angel dengan nada marah yang membuat orang itu pasrah, disusul tawa seluruh teman sekelompokku yang ada di kelas ini.

"Udah! Diam semuanya! Oke, selanjutnya!" tegas Kak Andrew yang dari tadi diam dan baru buka suara, membuat semuanya patuh.

"Jujur, suaranya khas banget! Bariton tapi tegas, orangnya berkarisma banget. Gak seperti anak siapa lah tadi itu, gak jelas banget, semoga aja nanti gak sekelas. Awas aja kalau dia ganggu lagi, bakal 'ku tonjok dia! " batin Liz.

Wira adalah anak seorang pengusaha tambang batu bara yang bergelimang harta. Anak ketiga dari pasangan Soedibjo Baskara Wijaya dan Monich Laurent Putri ini, bernama lengkap, Aksara Wira Wijaya. Ia memiliki beberapa saudara kandung lainnya, di antaranya adalah kakak kembar laki-lakinya bernama Warrent Lucky Wijaya dan Darrent Liam Wijaya yang berkuliah di Belanda. Juga kedua adik perempuan kembarnya, Wiana Michele Wijaya dan Niana Miracle Wijaya yang masih kelas 3 sekolah dasar di SD Bina Karya. Uniknya, ibunya memiliki saudara kembar laki-laki bernama Michael Laurent Putra. Hanya dia dan ayahnya yang tak punya kembaran. Sementara itu, kakak sepupunya yang bernama Angelika Widya Wiratna adalah anak dari adik perempuan Ayahnya Wira.
***

Bab 1 "Hari Pertama"

6 Juli 2022
Hari keenam di bulan Juli, hari di mana aku bertemu seorang lelaki konyol yang menjengkelkan. Hari ini, hari pertama aku menginjakkan kaki di SMA Bina Karya. Hari pertama Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di mulai. Tak bisa aku bayangkan bagaimana nanti ke depannya. Semoga aku tak satu kelas dengannya. Manusia aneh, freak.

***

"Selamat pagi semuanya...," sapa seorang ketua OSIS SMA Bina Karya periode 2022/2023 itu dengan lantang menyambut dan menyampaikan kata sambutan. Ketua OSIS itu bernama Edward dan wakilnya Dicky akan membina kami selama MPLS berlangsung. Di sebelah mereka ada Monica selaku sekretaris OSIS memimpin alur acara penyambutan peserta didik baru yang akan segera melakukan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS). Dengan dibantu seluruh anggota OSIS yang lain juga, mereka akan segera membagi tugas setelah kepala sekolah menyampaikan kata sambutan.

"Acara selanjutnya, yaitu kata sambutan dari Bapak Jordan Nasution, S.Pd. M.M., selaku Kepala SMA Bina Karya" lanjut Kak Monica membacakan alur acara setelah kata sambutan dari sang ketua OSIS selesai.

Gadis itu tak begitu tertarik mendengar kata sambutan itu, dia merasa bosan. "Aku harap acara ini cepat berakhir. Tak ada temanku untuk berbicara, hanya ada orang-orang asing yang duduk di sekelilingku. Itu semua karena aku murid pindahan dari Bandung, jadi tak ada yang aku kenal di antara mereka. Aku rindu sekolah lamaku, dan juga satu-satunya teman dekatku, Clara Anastasha," batin gadis itu.

"Demikian kata sambutan yang dapat saya sampaikan. Jika ada kesalahan dalam tutur kata, mohon dimaafkan. Sekali lagi saya ucapkan bagi peserta didik kami sekalian SELAMAT DATANG di SMA Bina Karya. Sekian dan terima kasih." tutup pidato kepala sekolah itu diiringi tepuk tangan seluruh hadirin.

"Akhirnya kelar juga, dari tadi kek!" batinnya memprotes.

"Baik adik-adik kami sekalian, saatnya pembagian kelompok dan pembina MPLS untuk setiap kelompok. Dikarenakan kalian semua berjumlah 180 orang, maka masing-masing kelompok terdiri dari 30 orang yang akan setiap pembinanya berjumlah 5 orang per kelompok. Dapat disimpulkan kita terdiri dari 6 kelompok, yah...! Nah, sekarang kita akan membagi kelompok secara acak menurut daftar absen yang ada disini dimulai dari Abigail Suretno, ada yang namanya Abigail?" kata ketua OSIS itu sembari membagi kelompok.

Setelah beberapa lama menunggu, namanya pun terpanggil masuk ke kelompok 2. "Elena Elizabeth" panggil panitia yang membagi kelompok itu. Gadis itu bernama Elena Elizabeth Sastrowijoyo yang kerap dipanggil El, Elen, atau Elena di sekolah dan dipanggil 'Liz' di rumah. Gadis itu pun mengangkat tangannya lalu menghampiri kelompok itu. "Silakan masuk ke kelompok 2!" kata ketua OSIS itu, menunjuk ke arah kelompok 2.

Setelah pembagian 6 kelompok itu selesai, saatnya pembagian pembina OSIS. Sang ketua, wakil, dan pengurus inti sebagai koordinator seluruh kelompok, jadi mereka tidak perlu mengurus kelompok itu, tapi boleh saja mereka ikut membantu. Kelompoknya dibina oleh Angelika, Lukas, Andrew, Rosi, dan Jesika. Mereka akan memakai kelas X B untuk sementara waktu, sebelum pembagian kelas di akhir MPLS nanti.

Gadis itu gak tertarik dengan kelompoknya, tapi dia akui kelompoknya ini unik, sangat unik. Tinggi badan mereka gak sinkron, ada yang tinggi banget, ada yang pendek banget. Ada yang kurus ramping. Ada yang paling gemuk. Ada yang hitam keriting, ada yang putih dan sipit, pokoknya semuanya ada. Bukannya Liz mengjudge mereka, tapi memang kenyataannya. Ini kebetulan yang gak bisa diperhitungkan, teman sekelompok Liz diluar prediksi. Walau Liz gak bisa memprediksi, tapi Liz punya ekspektasi, dijamin kalau masuk kelompok ini atau sekelas dengan orang-orang ini pasti langsung overthinking. Entah apa yang Liz pikirkan tentang situasi ini sampai seseorang melambaikan tangannya memecah lamunannya.

Dia Mayang Permata Suryaningrat, panggilannya May, katanya lahir bulan Mei. Dia bertanya pada Liz, "Hai, bangkunya kosong, gak? Boleh duduk di sini?" Liz menoleh sebentar lalu menganggukan kepala sekali menandakan iya, kemudian berbalik kembali untuk melanjutkan pemikirannya. Tapi pikirannya sekarang telah ganti topik, yang pastinya sekarang topiknya adalah orang disamping Liz ini. Liz perhatikan, memang mereka berdua saling gak ada teman di kelompok ini. Jadi memang sudah takdir untuk duduk bersama.

Suasana kelas sedang ribut, apalagi kaum Adam yang gampang akrab satu sama lain. Mereka pastinya membahas game online yang mereka mainkan. Tak berselang waktu lama, pembina kelompok kami datang dan menyapa kami.

"Halo, adik-adik semuanya, perkenalkan nama Kakak Rosi Puspita." sapa Kak Rosi.

Dilanjutkan dengan perkenalan yang lain, "Nah, kalau saya namanya Angelika Widya Wiratna, ini teman saya, Jesika Zefanya, Lukas Alfredo, dan yang terakhir namanya, Andrew Revalino." lanjut Kak Angel memperkenalkan sekaligus memperkenalkan teman pembina yang lain.

"Nah, karena kita semua sudah memperkenalkan diri, sekarang giliran kalian yang perkenalan, mulai dari nama, asal sekolah, umur, alamat, dan cita-cita! Yuk, dimulai dari sini!" timpal Kak Jesika sambil menunjuk ke arah meja depan paling kanan untuk memulai perkenalan duluan. Gadis itu heran dengan kakak pembinanya, mereka cuma kasih tahu nama, tapi menyuruh mereka untuk kasih tahu semua yang mereka sebut. Rasanya ingin membantah, tapi gak berani.

Tapi jujur saja, gadis itu kira kelompoknya cukup beruntung. Karena pembina kelompoknya yang modelan Kak Angel yang cantik dan Kak Andrew yang, lumayanlah. Dijamin pasti tertarik, karena lihat mereka langsung betah, walau gak berselang lama. Tapi secara kebetulan juga, di kelompoknya ini ada adik sepupunya Kak Angel yang kalau gak salah namanya Aksa atau Wira, gitu. Yah, pokoknya itulah, gak terlalu penting juga untuk Liz.

Tibalah giliran Liz setelah May memperkenalkan diri, gadis itu pun bangun dari kursinya, lalu mulai berkata, "Halo, nama saya Elena Elizabeth Sastrowijoyo, panggil aja Elena, asal sekolah dari SMP Mahakarya, saya lahir di Bandung, 15 Januari 2008, umurku 14 tahun, alamatku di Jalan Merdeka, komplek perumahan Flower Field Residence, blok Lavender No. 14, cita-cita saya menjadi penulis."

"Wah, berarti bisa nulis kisah kita dong! Eh, maksudnya..." kata seorang laki-laki dari arah pojok belakang yang diduga adik sepupunya Kak Angel. Aku tidak menoleh, untuk apa juga, gak penting.

"Wira! Gak boleh gitu! Lupa ada apa maksudnya? Ada aku? Dari dulu gak pernah berubah, masih playboy aja." kata Kak Angel dengan nada marah yang membuat orang itu pasrah, disusul tawa seluruh teman sekelompokku yang ada di kelas ini.

"Udah! Diam semuanya! Oke, selanjutnya!" kata Kak Andrew yang dari tadi diam dan baru buka suara yang membuat semuanya patuh. "Jujur, suaranya khas banget! Berat tapi tegas, orangnya berkarisma banget. Gak seperti anak siapalah tadi itu, gak jelas banget, semoga aja nanti gak sekelas. Awas aja kalau dia ganggu lagi, bakal aku banting! " batin Liz.

Baru kerasa sekarang gak betahnya, karena adiknya Kak Angel bilang kalau Kak Angel itu galak, padahal dilihat-lihat mukanya sopan-sopan aja, gak ada kesan buruknya gitu, mungkin ketutup wajah cantiknya kali yah. Hari pertama masuk ke sekolah ini, menurut Liz udah ribet banget. Pembina OSISnya belum apa-apa sudah diminta ini-itu, kasih tugas ini-itu. Besok harus bawa entah biskuit 3 cara, susu bantal, buah permisi, buah malam minggu, buah avatar damai, entah apalah namanya itu, ribet banget pokoknya. Katanya sih bakal mereka makan bareng-bareng, padahal minta-minta dengan cara elegan. Belinya pun harus sendiri, paling-paling bawa uang Papi, ditemani bayangan diri, nasib anak tunggal memang begini. Perasaan, program keluarga berencana slogannya 2 anak cukup, masa Liz sendiri, yang benar aja, rugi dong, tapi gak rugi-rugi banget deh. Kok malah bahas PKB sih, beginilah nasib Liz yang berteman dengan diri sendiri.

Untungnya mereka berbagi tugas dengan teman sebangku, Liz akan bawa 2 biskuit 3 cara, 2 susu bantal, dan 3 buah avatar damai. Sedangkan, May membawa 2 buah permisi dan 4 buah malam minggu. Semoga saja besok tugasnya gak seberat hari ini. Hari pertamanya saja udah merasakan pulang sekolah harus mengerjakan tugas, padahal tugas rumah juga ada. Sudahlah, Liz overthinking terus, kayak gak pikiran positif aja, dari tadi mengeluh.

(Kringg.. Kringg.. Kriingg..) Suara bel pulang sekolah berbunyi, membuat mereka bergegas untuk pulang. Hari ini cukup melelahkan bagi Liz. Jadi, Liz putuskan sepulang sekolah aku akan pulang dan mengganti pakaian kemudian mencari bahan-bahan tugas yang akan dibawa besok ke sekolah.
***

Sesampainya di rumah, Liz mengganti pakaiannya kemudian menyempatkan diri untuk makan siang sejenak sebelum dia pergi ke pasar ataupun minimarket untuk membeli keperluan tugas MPLS itu. Liz tak bisa berhenti memikirkan tugas itu, selalu terngiang-ngiang di kepala. Benar-benar harus segera pergi untuk membelinya.

Setelah makan siang, ia bersiap, kemudian melangkahkan kakinya keluar rumah untuk menuju minimarket menggunakan sepeda. "List belanjanya tadi, 3 buah pisang, 2 bantal susu, dan 2 bungkus biskuit OREO 'kan. Kalau gak salah seharusnya tebakanku benar, 'kan searching by Google"

Gadis itu mengayuh sepeda hingga sampai ke minimarket itu, kemudian memarkirkannya. Setelah itu, berjalan sebentar memasuki minimarket itu. Setelah dibukanya pintu minimarket itu, tak disangka disana ramai anak-anak seusianya mencari hal yang sama bahkan beberapa dari mereka masih pakai seragam sekolah. Itu artinya, Liz harus segera mendapatkan barang-barang itu agar tidak kehabisan stok.

Liz telah mendapat semua barangnya kecuali yang satu itu. Ia mencarinya perlahan-lahan hingga menemukan sesuatu, "susu bantal," stoknya benar-benar tinggal 2 saja. Kemudian tangannya berusaha meraihnya. Namun... sial, barangnya diambil orang lain. Liz menarik tangannya kembali, sedikit menunduk karena kesal. Liz menggerutu dalam hati tanpa memikirkan siapa yang telah mengambilnya. Tapi anehnya, orang itu malah memberikan itu kembali padanya, "Nih, buat kamu aja!" suara orang yang sepertinya Liz kenal. Kemudian gadis itu menoleh ke arahnya, dan ya, benar saja orang itu adiknya Kak Angel yang tadi menyahut-nyahut gak jelas saat Liz memperkenalkan diri. Dia masih pakai seragam sekolah juga, tapi kali ini kemejanya dikeluarkan dan tanpa dasi dengan kerah sedikit terbuka yang membuatnya tampak lusuh dengan rambut agak berantakan menambah aura badboynya keluar, tapi bukan badboy keren yang Liz maksud. Ia sendiri masih gak yakin ini benar adiknya Kak Angel atau bukan. Setelah ia lihat namanya di kemeja, ternyata memang benar tertera "Aksara Wira W."

"Gak usah, ambil aja. Aku bisa cari sendiri" katanya dengan nada datar, kemudian meranjak meninggalakannya. Sewaktu gadis itu beranjak, tangan laki-laki itu meraih tangannya lalu berkata, "Eh, gak apa-apa kok buat kamu aja" katanya sambil menaruh barang itu di keranjang belanjaan Liz dengan tangan sebelahnya masih memegang tangan Liz. Liz pun memberi kode peringatan untuk melepas genggamannya, kemudian dia sadar lalu melepas tangannya, "Eh, sorry-sorry gak sengaja, tadi reflek, udah santai aja."

"Oke, kalau lo gak keberatan. Thanks" ucap Liz menutup dialog singkat.

"Eh. tunggu dulu, kita belum kenalan." katanya melanjutkan perbincangan.

"Emang harus?"

"Yah, enggak sih. Tapi aku mau kenal kamu. Oh iya, namaku Aksara Wira Wijaya, panggil aja Wira." katanya sambil mengulurkan tangan.

"Udah tau!" potong Liz.

"Eh, tau dari mana kamu ngestalk aku yah? Ayo ngaku!" tanya Aksa sambil menunjuk-nunjukku.

"Sok tau! Tuh!" balas Liz dilanjut dengan memberi kode menunjuk lewat mata ke arah nama yang ada di kemejanya.

"Hah? Oh iya, yah! Nama kamu siapa?" tanya Aksa.

"Elena." jawab Liz singkat kemudian meninggalkannya menuju kasir yang kebetulan sedang tidak antre. Dia tetap mengikuti Liz dari arah belakang dan tetap bicara tanpa kehabisan topik. Sementara gadis itu sibuk dengan pembayaran belanjaannya tak mendengar ucapannya yang tak terputus sambil menaruh belanjaannya juga ke meja kasir sebelah. Liz lebih dulu selesai, kemudian pergi meninggalkannya yang masih membayar belanjaannya.

Gadis itu buru-buru menghampiri sepedanya, kemudian melesat kencang meninggalkan minimarket itu. Ia kesal karena laki-laki itu bawel dan ingin tahu urusan orang. Setelah urusannya selesai dengan kasir, laki-laki itu memang ingin mengejar Liz. Namun terlambat, Liz telah pergi jauh dan tak terlihat.

Laki-laki itu agak kesal dan heran, karena baru kali ini ada perempuan yang mengacuhkannya. Menurutnya, biasanya perempuan itu selalu mudah untuk didekati. Namun, Liz berbeda, gadis itu nampaknya keras kepala dan seorang perempuan tangguh dan mandiri yang tak memerlukan bantuan dari para lelaki. Sifat itu membuat Aksa sangat ingin meluluhkannya. Ia menjuluki gadis itu dengan nama "Cewek Kaku".
***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun