di tanah telah tumpah daun-daun basah sisa percintaan dahan dengan hujan semalam. Na. jika sulit membayangkan, kejadiannya seperti kau yang muncul tiba-tiba di tengah puisi ini.Â
daun-daun itu akan kering sebagai makan cacing setelah berbulan-bulan terurai perlahan-lahan. bulan-bulan, Na. begitulah jadinya setelah afiks tidak lagi lekat lalu kita sama tidak bisa bayangkan bagaimana langit jika yang jamak adalah bulan.Â
dan cacing akan kenyang lalu ekskresi tanpa mengubah apa-apa sebelum menciptakan anak atau saudara atau duplikat semata dari tubuhnya. ekskresi, Na. menyenangkan membayangkan aku, kau, dan semua manusia akan sarapan tanpa memikirkan besok makan apa jika ekskresi seperti cacing.Â
lalu duplikat daun-daun akan hijau oleh pohon oleh akar oleh urai bangkai setelah perkawinan silang antara hujan dengan batang. perkawinan, Na. adalah ajaran dari nabi, turun ke rabi, resi, kiyai; satu-satunya jalan paling benar untuk bertukar percintaan, perasaan, pertengkaran, perumahan, perceraian.Â
tapi aku lengang saja di hadapan pohon yang daunnya basah itu; seperti dingin pukul dua pagi. dingin, Na. sekarang sudah tidak bisa aku bayangkan bagaimana rasanya setelah kamu meletakkan aku dalam-dalam di jantungmu.
***
2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H