: kepada Dewi RA
aku siapkan sebuah kado. paling megah. paling jengah. agar jika kau saksikan isinya adalah gurun sepi paling luas.
aku tidak mau hanya gurun. mengapa bukan sepetak oase? aku bisa tebak kau akan protes begitu. karenanya aku kerat sepetak oase. dari sebuah kartun masa kanak tempat seorang dewi melepas selendang dan mandi dan menjadi abadi.
aku juga ambilkan beberapa benih kelapa. nanti bisa kau tanam di setiap tanggal kelahiran agar akulah tunas paling pertama yang mengingatkan bahwa kau musti hidup satu tahun lagi.
aku tidak mau hanya benih. mengapa tidak berbatang-batang pohon? aku bisa tebak kau akan protes begitu. karenanya aku cabutkan juga sembilan belas pohon kelapa. setiap duduk di bawahnya, sebiji buahnya akan jatuh. Â minumlah airnya,nanti kau akan awet muda dan tiba-tiba kemayu.
gurun beroase ini aku masukkan pada kotak yang aku kutip dari gugusan aquila: tempat paling aman bagi segala kemungkinan.
aku menutupnya dengan bungkus kado warna putih milik seseorang yang meninggalkannya di masa laluku hanya karena ia mengatakan bahwa bungkus kado itu bisa menutupi apa saja, bahkan semesta.
pada akhirnya. kepadamu kado ini aku kirimkan, melalui sebuah ekspedisi dengan semboyan "tidak ada paket yang tak tersampaikan." tanpa harapan. tanpa bualan. sambil memastikan tahun-tahunmu tidak akan mati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H