Mohon tunggu...
Eyok Elabrorii
Eyok Elabrorii Mohon Tunggu... Penulis - penulis fiksi

Penulis yang mencintai blues dan air mineral.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Melarikan Pengantin

22 November 2020   18:42 Diperbarui: 22 November 2020   19:00 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melarikan Pengantin

kesaksian harus diberikan di hadapan tuan

yang menyimpan anak perawan.

demi pengantin!

demi yang berulang secara rutin!

dulang akan menyajikan tulang

sebelum tetamu pulang

ada gadis yang ibunya menangis

: pada magrib bergerimis

Lombok Timur, 2020

---

Menasihati Pengunjung di Parkiran Rumah Sakit

apa yang kau cari.

di parkiran itu hanya ada plastik dan besi.

baiknya kau ke perempatan kota

kau bisa memilih apa saja: gula. cuka.

tuba. arwana. bejana. vodca.

atau kau lebih suka celana serta buah dada.

terserah. di perkiran ini kau hanya akan

menemukan orang-orang payah

yang beberapa waktu akan pasrah.

pergilah ke perempatan kota.

kau bisa memilih banyak hal

: bantal. sandal. binal. banal.

Selong, 2020

---

Hari yang Kau

tapi hari akan layu. seperti juga kau yang sudah paham bahwa masa depan adalah tempat paling ralat. lagi-lagi masa depan datangnya telat dan tetap sia-sia jika di sana ada kau dan aku: sebab bukan hanya kau, tapi juga aku paham bahwa hari-harinya pasti layu.

kau mencintai hari ini. sementara aku lebih yakin hari ini seperti kau yang berkat aku telah jadi masa lalu.

---

Mengunjungi Kos di Musim Corona

di jalan paling separuh

pada pukul tujuh

tidak lagi terdengar kuda melenguh

atau mobil-mobil lumpuh

sepanjang jalan tidak ada

anak sekolah mengeluh

atau motor rubuh

hanya kutemukan aku

dalam bentuk gang sempit

menuju kos berdebu

di dalamnya ada tv

yang telah terinfeksi

Selong, 2020

---

Ular yang Masuk ke Kamar

: liza

semalam ada ular lapar menjalar di tikar

ia menelan makanan di dipan

aku hanya menyaksikan. tidak

hendak ikut merangkak. sebab,

ular itu bukan apa-apa. tidak

hendak melilit kepalaku

yang di dalamnya ada kamu.

Selong, 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun