Tidak terasa pemilihan umum sebentar lagi. Tahun 2014, tahun dimana kita sebagai rakyat memilih pemimpin kita. Berbicara tentang pemilu (bukan hanya pilpres), pasti tidak lepas dengan kampanye. Nampaknya para calon sekarang semakin pandai mencari cara untuk mendapatkan perhatian rakyat.
Misalnya saja satu cara yang baru saja saya alami. Ada seorang calon DPRD yang berkampanye di pengajian yang saya datangi. Saya tidak tau itu bisa di bilang kampanye atau bukan karena saya memang tidak tau kapan masa untuk berkampanye para calon DPRD tersebut.
Apa itu dilarang? Tentu jawabannya tidak. Toh konstitusi tidak melarang untuk berkampanye di pengajian. Bahkan saya sudah sering dengar bahwa banyak calon-calon pemimpin atau wakil rakyat yang kampanye di forum pengajian. Hanya saja, mendengar dan mengalami sendiri terasa beda sekali. Saat hanya mendengar, perasasaan saya biasa saja. Tapi saat mengalami sendiri, ada rasa tidak terima atau lebih tepatnya jengkel.
Bagaimana perasaan anda jika saat perhatian anda tertuju pada sang ustad tiba-tiba diganggu dengan edaran sebuah kartu yang meminta anda untuk memilihnya? Mungkin hanya perasaan saya saja yang jengkel. Mungkin yang lain biasa saja atau malah senang. Silahkan saja memiliki perasaan dan pendapat yang berbeda.
Bisa dilihat kartu yang diedarkan pada gambar di atas. Maaf saya tutup beberapa tulisannya. Takutnya ada yang tersinggung lalu member saya somasi. Sekarang kan sedang trend membuat polisi sibuk dengan laporan pencemaran nama baik.
Atau anda bisa menyebutkan cara kampanye lain yang lebih kreatif? Membuat kuis di televisi mungkin? Dengan hadiah peralatan rumah tangga? Nah kalau itu mungkin akan banyak kaum ibu yang tertarik ikut.
Jadi jika anda seorang calon pemimpin atau wakil rakyat, silahkan mencari cara kampanya untuk memperkenalkan diri anda. Dan untuk anda para pemilih, jadilah pemilih pintar yang tidak terbuai oleh janji-janji manis para calon.
Bukannya saya ingin menyuarakan hal yang negative tentang apapun itu. Sekali lagi saya hanya berbagi pengalaman dan tidak bermaksud menyinggung siapapun. Jadi maaf jika ada yang tersinggung.
Salam kampanye…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H