Mohon tunggu...
Aryo Susilo
Aryo Susilo Mohon Tunggu... Pengacara - Mahasiswa Magister Hukum yang juga punya minat di luar bidang hukum

Mahasiswa Magister Ilmu Hukum Universitas Bhayangkara, Penulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tahun Politik 2019 Menuju Awal Tahun 2020

25 Desember 2019   16:33 Diperbarui: 25 Desember 2019   16:43 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: getwallpapers.com

Akhir tahun 2019 banyak banget peristiwa yang membuat kita ngerasain yang namanya berbagai emosi mulai dari ketawa, sedih, bahkan mulai dari marah. Di tahun 2019 kita sudah memasuki tahun politik yang dimulai awal 2019 sampai pelantikan Presiden pada tanggal 18 Oktober 2019, tahun tahun politik tahun kemarin hamper sama nilainya dengan 1 tahun ini, muncul ketawa, sedih, dan marah, serta munculnya kedua kubu seperti supporter sepakbola yang saling mengklaim bahwa pilihan mereka adalah pahlawan dan lawan mereka adalah semacam arc enemy (musuh utama) seorang pahlawan yang kalo ga dikalahin akan membuat kacau dan timbulnya banyak kerusakan di bumi Indonesia ini, kedua manusia sakti yang bertarung di pemilihan Presiden pun punya kekuatan mulai dari kekuatan media, organisasi masyarakat sampai pendukung fanatic dari tingkat akar rumput.

Serta karena banyaknya generasi milienial yang sudah punya hak suara maka kedua tokoh sakti yang bertarung untuk memperebutkan tahta bumi nusantara ini menggunakan jasa influencer untuk mempengaruhi masyarakat agar memilih masing-masing dari mereka.

Kalimat-kalimat/narasi-narasi yang disebarin pada tahun politik ini pada intinya harus sebarkan masing-masing kekurangan capres lawan ditambah lagi narasi yang membuat orang merasa ketakutan pada kekurangan capres lawan seakan-akan capres lawan dan pendukung-pendukungnya adalah orang yang ingin memperbudak rakyat Indonesia demi memenuhi kepentingan mereka, padahal bisa jadi tim capres lawan bisa berteman kadang bermusuhan, karena untuk mencapai kekuasaan tidak bisa dilakukan sendirian karena manusia ga ada yang sempurna, bisa jadi tim lawan punya orang yang bisa bawa si capres mencapai tahta bumi nusantara ini, sedangkan tim kawan dari omongannya malah membuat sang capres kehilangan elektabilitasnya, itu yang terkadang belum disadari oleh kita semua ini sebagai orang Indonesia, kalau orang itu ga terlalu baik ga terlalu jahat juga, atau besok baik, besok jahat tergantung keadaan yang lagi/sedang dihadapi oleh orang yang demikian.

Selain-selain saling serang dengan verbal, seperti bikin julukan yang buruk contoh "cebong", "kampret", "babi" dan bahasa kebun binatang lainnya, tokoh tokoh pendukung calon presiden yang berada di tingkat tengah juga ikut saling serang menyerang, contoh kalo ada tokoh yang omongannya yang dinilai melanggar hukum yang berlaku Indonesia maka tokoh lawan melaporkannya pada aparat penegak hukum, pada polisi dengan pasal pidana mulai dari pencemaran nama baik, penyebaran informasi palsu sampai penistaan agama.

Kalau disimpulkan sih saling lapor itu merupakan solusi untuk menarik simpati publik bahwa kalau tokoh yang didukung masing-masing yang dilaporkan ke "polkis" ga pantas untuk dipilih, contoh pendukung capres X bilang"tokoh ini didudukung kelompok teroris",  pendukung capres Z bilang "tokoh ini didukung oleh cukong".

Kalau melihat keadaan diatas politik untuk dapetin kekuasaan itu dinamis, kalau untuk yang mencalonkan diri dan berada di ring 1, contoh Jokowi mengangkat rivalnya Prabowo Subianto untuk menjadi menteri pertahanan gantiin menteri pertahannan sebelumnya Ryamizard Ryacudu, padahal pendukung akar rumput sampai pendukung tingkat menengah saling bermusuhan seakan-akan yang mereka dukung tersebut adalah pahlawan dan lawan yang mereka dukung adalah iblis.

Hari ini tanggal 25 Desember 2019 adalah akhir tahun, dimana pada hari ini jatuhnya hari natal dan libur panjang sampai pada awal tahun baru, tensi politik sedang dalam keadaan reda walaupun masih ada sedikit orang-orang yang saling ejek jika ada berita tokoh politik dukungan mereka diberitakan jelek dan saling mencari-mencari kesalahan, namun tidak memberikan keuntungan apapun bagi bangsa dan dunia ini, malah membuang-buang waktu dan kuota handphone, moreover (apalagi) kalau lagi di tempat liburan lihat handphone marah-marah gara-gara saling ejek di sosmed. 

Jadi sudah seharusnya kita bisa memanage diri mana yang harus dipikirkan mana yang ga perlu dipikirkan atau direnungkan sama sekali, serta harus mengingat kalau tidak selamanya tokoh poltik yang diberitain itu adalah malaikat, itu malaikat, juga sebaliknya tidak selamanya/sebenarnya tokoh politik yang diberitain di internet/televise itu setan, karena yang dipilih itu manusia, manusia bisa jadi karena keadaan bisa berubah jadi malaikat bisa juga berubah jadi setan, bisa juga pahlawan bisa juga penjajah, kalau keadaan/waktu membuat mereka menjadi demikian. 

Oleh karena itu di akhir tahun ini we should have discard our anger, and be critize and stay positive when you get a negative news that you don't understand, and discard the ego and understand each other although you think they your enemy, 'kesampingkan amarah dan tetap kritis dan tetap positif kalau dapet berita negatif yang gak kamu mengerti sama sekali dan kesampingkan ego utamain saling pengertian dahulu', agar tahun depannya tidak ada masyarakat yang terpecah belah karena perbedaan pilihan politik dan banyaknya berita buruk yang belum mereka dan/atau kita semua pahami sama sekali.

Akhir kata selamat Hari Natal 2019 buat yang ngerayain dan tahun baru 2020.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun