Mohon tunggu...
Mamuth
Mamuth Mohon Tunggu... Full Time Blogger - teman bagi jiwa-jiwa yang bersahabat

kali, pagi, dan mentari

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mistik

21 Agustus 2024   17:58 Diperbarui: 10 Desember 2024   16:35 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Demikian pula dengan agama Hindu. Sekalipun menekankan pentingnya melakukan persembahyangan kepada leluhur, dengan salah satu tujuannya agar dimurahkan rejeki, namun ajaran sejatinya terdapat di dalam prinsip Karmaphala. Gabungan dari dua kata: karma-perbuatan dan phala-buah. Dalam pengetahuan umum umat Hindu, perbuatan itu menentukan buah atau hasil. perbuatan baik membuahkan hasil baik, perbuatan buruk membuahkan hasil yang buruk. Dibalik penjelasan itu masih terdapat makna yang lain. Bahwasanya harus melakukan perbuatan (yang baik dahulu) baru boleh menikmati buah (hasil yang baik). Orang harus bekerja dahulu baru boleh menikmati upahnya. 

Setali tiga uang dengan pepatah, 

berakit-rakit ke hulu

berenang-renang ke tepian 

bersakit-sakit dahulu 

bersenang-senang kemudian

Nah, manakala umat islam sewaktu hidupnya memohon kemudahan, lalu dikabulkan, maka setelah nanti mati ia harus menghadapi kesulitan. Bekerja untuk memudahkan orang yang hidup berikutnya. Umat Hindu yang meminta rejeki saat hidupnya, setelah mati ia bekerja memberi rejeki pada orang yang hidup selanjutnya. 

Karena, berdo'a atau memohon artinya mengambil kemudahan. Sama saja dengan orang yang memanen atau memetik buah sebelum menanam. Maka, dikemudian hari ia harus menghadapi kesulitan, bekerja, atau menanam. Semakin sering orang berdo'a, memohon ataupun berharap kepada yang tak terlihat, maka utang yang harus diabayar setelah ia mati pun semakin menumpuk.

Permasalahanya, berutang kepada yang gaib artinya membuat kesepakatan dengan pihak yang tidak dikenal. Mistis itu berkabut. Tidak jelas.  Mirip dengan orang berjudi, yang mengandalkan harapan tanpa kepastian. Dan bersepakat dengan yang tak dikenal itu urusannya sangat rumit.  Lebih ruwet daripada rentenir. Selain harus bayar utang pokok, juga musti bayar bunga yang besar, berupa kesulitan di waktu masih hidup. Hari ini menikmati, esok lusa akan dtimpakan masalah. Bahkan masalah yang akan dihadapi kelak jadi berlipat ganda  dari fasilitas digunakan. Sederhananya konsekuensi dari perilaku mistis ialah berakit-rakit ke hilir, berenang-renang ke hulu. Tidak mau sakit hari ini, tidak akan senang kemudian. Bisa saja anda bersenang-senang kini sampai mati. Punya jabatan yang tinggi, bergelimang harta, hidup serba mudah sampai akhir hayat. Lalu keturunan yang kemudian akan menanggung sakit. Anak cucu hidup sebra sulit, menanggung beban membayar kemudahanmu.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun