Jika anda membuka tulisan ini karena melihat judul dan ilustrasi, maka anda akan tertipu. Karena judul serta ilustrasi tidak mewakili isi tulisan. Seperti sudah seringkali penulis lakukan. Namun anda akan lebih tertipu bila hanya membaca sebagian saja, lalu menutupnya tanpa menyimaknya sampai akhir. Tulisan kali ini bukan tentang Mystique yang merupakan salah satu karakter dalam komik Marvel. Melainkan mengenai mistisisme, konsekuensi bagi si pelaku serta dampaknya bagi orang lain.
Mistisisme tidak hanya menyangkut interaksi yang secara sengaja ditujukan kepada roh-roh dan kepercayaan kepada benda-benda keramat (klenik), akan tetapi mencakup semua hubungan dengan sosok-sosok yang gaib, termasuk mengagungkan leluhur, pemujaan kepada para dewa, serta peribadatan pada tuhan.
Tentu, orang-orang yang mengangungkan leluhur, memuja dewa, serta beribadah kepada tuhan tidak mau terima dibilang mistis. Mereka akan menunjuk, suku-suku pedalaman yang tertinggal yang suka memanggil dan memuja roh-roh serta orang-orang yang mempercayai benda-benda sakral dan sejenisnyalah para pelaku mistis. Namun dalam kenyataanya, semuanya sama saja. Sebab, ada beberapa kesamaan diantara mereka.
Pertama, baik penyembah tuhan, dewa, dan leluhur, maupun pemuja roh dan kolektor benda pusaka, sama-sama mempercayai sosok yang gaib atau tak terlihat.
Kedua, sama-sama melakukan tindakan yang irasional untuk tujuan tertentu. Masing-masing golongan tidak hanya mempercayai keberadaan sosok-sosok gaib, tapi juga meyakini bahwa sosok-sosok yang tak terlihat itu mempengaruhi bahkan menentukan kehidupan manusia. Oleh karenanya, tiap-tiap kelompok punya tatacara atau ritual, sebagai bentuk penghormatan, dengan tujuan agar sosok yang dipercayanya mendatangkan kehidupan yang lebih baik serta menghindarkan dari hal-hal yang buruk.
Ketiga, tatacara atau ritual dari tiap-tiap kelompok pada dasarnya sama saja, yakni berupa gerakan anggota tubuh yang diiringi ucapaan atau kata-kata khusus. Ketika orang beribadah kepada tuhan, memuja dewa, atau mengagungkan leluhur, sama saja dengan orang yang memanggil roh, pasti melakukan gerakan serta mengucapkan kata-kata yang baku.
Keempat, sebagaimana telah dibahas pada tulisan sebelumnya, dalam faktanya hanya ada satu entitas yang gaib (tak terlihat) yaitu jiwa/ pikiran orang yang telah mati. Melakukan peribadatan pada tuhan, pemujaan dewa, pengagungan leluhur, pada hakikatnya tidak berbeda dengan ritual klenik: sama-sama menyembah roh. Begitu pula manakala memohon kepada leluhur, dewa, dan tuhan, dalam kenyataannya ialah meminta kepada atau jiwa orang yang telah mati. Saat permohonannya dikabulkan, jiwa-jiwa orang matilah yang telah bekerja memenuhinya.
Penting untuk diketahui bahwa do'a, permohonan, atau permintaan yang dikabulkan tidaklah cuma-cuma alias gratis. Melainkan dihitung sebagai utang yang harus dibayar kelak setelah mati. Sederhananya, saat hidup hari ini anda minta kepada yang tak terlihat (Tuhan, dewa, dan leluhur), maka setelah kelak mati anda harus memberi kepada yang hidup.
Meskipun, misalkan agama islam mengajarkan kepada umatnya untuk memohon agar dimudahkan segala urusan (seperti tertuang dalam QS.20:25-28), akan tetapi prinsip yang sebenar-benarnya termaktub dalam surah Al-Insyirah ayat 5 dan 6: "sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan".
Kata "kesulitan" disebutkan lebih awal, lalu disusul dengan "kemudahan". Maknanya, untuk menjadi orang yang benar harus berani mengahdapi kesulitan, harus mampu menyelesaikan masalah. Maka dikemudian hari akan ada kemudahan.