Prolematika itu berhasil berada di permukaan, saat adanya gesekan sosial. Antara pelaku pembuat kebijakan dengan yang melaksanakannya. Jika tidak sesuai maka, terjadinya gejolak tidak bisa dihentikan. Sebaliknya, bila ada penyesuaian maka “adem ayem”, tidak ada gerakan masif untuk mempertahankan argumentasi mereka secara kolektif. Problematika kenaikan BBM begitu juga demikan, pembuat kebijakan yakni pemerintah bahwa kenaikan BBM dilaksanakan, yakni dari Rp. 6500 menjadi Rp. 8500, yang mana BBM ini termasuk golongan yang bersubsidi.
Dengan kenaikan tersebut, terjadilah pergolakan. Masing-masing kelompok melakukan agenda untuk menolak kenaikan BBM yang mencapai Rp. 2.000. ketika kenaikan BBM benar di berlakukan, maka harga bahan pokok juga ikut naik, dan lainnya juga ikut naik. Ini menyengsarakan rakyat, terus pemerintah sebaiknya melakukan penundaan untuk menaikkannya. Itu menjadi syarat yang harus dilaksanakan jika anda tidak ingin pergolakan terjadi, kenaikan harga bahan pokok tidak jadi naik, sedangkan harga minyak sedunia sedang turun, secara rasional kenaikan BBM ini tidak mendapat dukungan dari segi harga.
Rakyat butuh pencerahan terkait kenaikan BBM, mereka sudah tidak butuh pencerahan, karena dunia sekarang semua lebih mudah untuk mendapatkannya. Anda sedang ingin menghubungi teman anda, datang ke rumahnya butuh waktu lama, kalau tetap saja datang tidak tahu apa dia sedang ada di rumah. Ada telepon genggam, sekarang namanya smartphone, telepon pintar, tinggal tombol nomor telepon teman anda yang bisa di hubungi, sudah anda bisa tanya dia sekarang ada dimana. Masalah itu saja sudah tidak perlu pencerahan, karena ada hal lain yang bisa digunakan.
Seperti pencerahan untuk mengatasi kenaikan harga BBM. Terjadi polemik, karena kebutuhan pokok kita juga ikut naik. Angkutan umum jauh dekat juga ikut naik. Semuanya naik, anda bisa kuatkan tekad bahwa setiap masalah ada saja jalannya. Kalau BBM naik, anda bisa menggunakan kendaraan lain yang tidak membutuhkan bahan bakar yaitu sepeda onthel. Lumayan, di pakai buat berangkat kerja, selain hemat, anda juga sehat karena setiap hari harus kayuh sepeda untuk sampai tempat tujuan.
Kalau anda tetap ingin menggunakan BBM, yang menurut anda itu mahal sekali, karena mengalami kenaikan sampai Rp. 2.000, padahal di negara tetangga kita saja Rp. 11.000 tidak protes, dan status BBM mereka tidak bersubsidi. Sampai-sampai mereka ingin datang ke negeri kita, karena harga BBM disini lebih murah daripada di tempat mereka tinggal, lihat Rp. 11.000 sama Rp. 8.500, terpaut berapa rupiah, Rp. 2.500. Anda rela jika mereka datang kesini, subsidi itu sudah menjadi hak mereka yang menengah ke bawah.
Dengan anda membeli BBM, anda termasuk yang ikut serta membantu pemerintah untuk mengurangi jumlah angka kemiskian, anda memuliakan diri dengan perbuatan anda yang setiap hari anda lakukan, tangki motor habis, datang ke POM isi bensin, dapat harga murah, sisanya anda sedang ikut beramal, kepada mereka yang membutuhkan. Anda tidak perlu pencerahan, karena jalannya sudah anda ketahui sebelumnya.
Kalau anda merasa beban, dengan harga BBM sampai segitu. Anda bisa carai lagi sumber penghasilan sampingan yang notabene mendapatkan keuntungan untuk menutupi beban biaya bahan bakar minyak yang menurut anda sangat dibutuhkan. Untuk para pengguna sepeda onthel, itu bukan jadi kebutuhan pokok, BBM itu untuk menyalakan mesin irigasi untuk membantu pengairan sawah, biar kondisi tanah tetap basah tidak sampai kering, meskipun masuk musim panas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H