Mohon tunggu...
Yamato Kamikaze
Yamato Kamikaze Mohon Tunggu... -

To Know Me, and The other post just visit my private portal web on posuposu.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Drama Pilihan

Melihat Awan di Musim Penghujan

18 Februari 2016   00:30 Diperbarui: 18 Februari 2016   00:52 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa diantara kalian yang tidak melakukan hal tersebut. Seperti melihat awan apalagi di musim penghujan. Kalau kemarau, tidak perlu khawatir hujan akan turun. Sebab tidak perlu membawa peralatan seperti payung dengan ukuran diameter mencapai puluhan meter, tidak punya payung ada jas hujan dengan berbagai jenis. Ada bentuk pakaian satu set, baju dan celana. Tidak lupa penutup kepala. Asal tahu saja, yang membuat orang sakit bukan air hujan meresap pada kulit manusia, tetapi pada bagian kepala jika terlalu banyak tumpahan air, maka akan berakibat kepala pusing, dan dapat mengganggu fokus dalam berkendara.

Pernah lihat orang seperti itu, saat berkendara. Tidak lurus ke depan, waktu itu dia berkendara tepat di depan aku. Jadi tahu bagaimana cara dia berkendara. Kadang ke kanan, ke kiri, pokoknya tidak pernah lurus. Ternyata dia megikuti dimana payung itu berada, yang bawa payung temannya. Jadi tidak boleh keluar dari payung yang sudah terbuka sejak berangkat tadi mungkin. Sungguh, ini membuat pengendara lain yang ada di belakang jadi merasa terganggung. Untuk kalian, jangan sampai seperti itu, lebih baik seperti ini. Gunakan jas hujan ketika hujan, jangan ketika terik matahari panas terang, anda pakai jas hujan. Bukannya salah, tapi bukan tempatnya.

Pernah juga lihat yang menggunakan jas hujan, biasanya berhenti di pinggir jalan. Tapi dia, berhenti di tengah jalan. Tidak lupa memasang papan bertuliskan,” jika menabrak, anda kena denda”. Timbul berbagai spekulasi, atau pendapat yang memahami kalimat tersebut. Jika menabrak, ini menabrak siapa. Lalu anda kena denda, menabrak siapa belum terjawab sudah kena denda. Kalau demi keselamatan yang menabrak jangan menabrak pohon lebih baik menabrak dia, dendanya merawat dia sampai sembuh total, sampai dia bisa berkendara lagi. Lalu pakai jas hujan di tengah jalan lagi. Sungguh dia punya keberanian, bukan keahlian atau kehebatan. Karena waktu di tabrak, dia sakit parah, banyak luka, pokoknya sampai teman kerabat tidak mengenalinya, siapa anda?

Pernah juga ada yang melempar jas hujan, hebatnya lagi dia posisi di tengah jalan. Dan saya berada di pinggir jalan, tidak tahu apa maksud saya melakukan ini. Memang sedang hujan, kalau sudah pindah di pinggir, orang-orang pada sibuk memakai jas hujan. Tapi karena tidak membawa, saya jadi bingung cara memakai jas hujan yang benar sesuai dengan tingkat kemauan kita. Memang mau tapi tidak bawa jas hujan, apa yang dipakai. Tiba-tiba ada yang melempar jas hujan dari tengah, posisi dia di tengah. Dia sudah pakai jas hujan, dia seperti bilang sesuatu saat melemparnya. Tapi tenang, di jas hujan sudah tertulis,”pakai saja, jangan berfikir panjang. Tentu saja, aku berfikir panjang, jas hujan dari mana, dia sudah pakai. Ternyata, aku diperlihatkan sosok, bukan sosok lebih pada komunitas dengan jumlah anggota lebih dari satu, kalau di hitung ada 20 orang. Sedang dalam keadaan marah sekali, matanya hitam background putih, jadi masih normal. Wajahnya hitam tapi waktu kena sinar ultraviolet jadi putih, lalu aku matikan sinar itu karena ada saklarnya. Biarkan gelap, begini suasana jadi seru. Sebenarnya dia mau kemana, dengan sikap seperti itu. Ada yang tidak enak, sepertinya dari gerakan cepat dengan garis lurus yang mengarah kepada aku, aku jadi makin bertanya-tanya. Siapa yang mau menjawab pertanyaanku.

Begini pertanyaannya,” jika 20 orang mengejar 1 orang yang tidak tahu alasannya kenapa datang bukan dengan semangat, tapi dengan amarah seperti itu, berapa yang mengalami luka-luka? Ada orang di sebelah aku yang sedang memakai jas hujan, berbisik di telinga aku,” kalau kamu kuat hadapi, kalau tidak berikan saja”. Semakin bingung dengan perkataan dia. Setelah berbisik, dia pergi karena sudah selesai memakai jas hujan, tapi ada yang dia lupa. Motornya masih disini, terus kenapa sudah pergi. Sebentar, apakah 20 orang ini ingin mengambil motor dia, jas hujan aku yang tidak tahu darimana, atau apa? Oh awan, detik ini aku akan melihatmu berharap kau member jawabanku, apa maksud dari orang-orang ini datang ke tempatku. Heranya 20 orang ini makin cepat jalannya, apakah aku harus pergi, tapi aku ingin tahu apa maksudnya dia datang kemari/. Cerita selanjutnya akan bertemu di episode 2 judul Terkesan Juga.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun