Mohon tunggu...
Eko Raharjo
Eko Raharjo Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar menulis

Bismillah ...Semoga menjadi jejak dan berbagi bersama

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Bankir Tobat, Melarikan Diri atau Mencari Solusi?

25 Juli 2018   04:13 Diperbarui: 25 Juli 2018   04:53 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bankir(pict source : detikfinance)

Beberapa hari lalu, seseorang teman mengatakan bahwa dirinya baru saja keluar dari pekerjaannya yakni seorang bankir bank ternama di indonesia. Seperti yang sudah saya duga sebelumnya hal ini disebabkan karena teman saya ini sedang berusaha menghindari riba seperti yang semakin marak belakangan ini.

Rupanya sudah menjadi semacam trademark di beberapa kalangan bahwa bank dan lembaga keuangan semacam nya merupakan lembaga riba. Stigma ini cukup beralasan karena skema transaksi yang dipasarkan oleh bank merupakan transaksi yang mendukung riba.

Namun mencermati beberapa bankir yang semakin banyak yang keluar dari pekerjaan nya untuk mengindari pertanyaan bahwa kenapa para bankir ini cenderung menghindari tanpa berusaha merubah atau mencoba mengurangi dampak keribaan dari bank dan lembaga keuangan semacamnya.

Memang jelas jawabnya , ketidakmampuan dalam mnghadapi sebuah industri kapitalisme besar yang berada di balik hal itu. Tetapi apakah tidak terbersit untuk merubah atau setidaknya para kumpulan para bankir ini mencoba berbuat sesuatu untuk merubah pola diperbankan atau yang selama ino dikenal dengan istilah distrupsi model bisnis.

Seakan-akan menghindari lebih baik. Atau kabur menjauh lebih baik daripada berurusan dengan riba. Biarkan riba tetap ada yang penting diri pribadi selamat. Atau dengan kata lain menyelamatkan diri masing masing.

Padahal jika di telaah lebih jauh. Para bankir ini jika di kumpulkan memiliki kemampuan yang jauh lebih hebat daripada para bankir kelas dunia. Dimana kemampuan dan kapanilitasnya mumpuni sekali. Dari sini ada semacam dua sisi yang berbeda ada tantangan yang mnghadang berupa skema riba disisi lainnya ada kekuatan untuk mampu merubah skema riba ini.

Pola distrupsi seperti yang banyak dibahas diberbagai industri bisa jadi menjadi salah satu kekuatan lain yang mungkin jadi jalan untuk mengatasi riba atau mengurangi riba.

Secara pribadi, yakin jika para bankir termasuk teman saya tadi berkumpul dan memikirkan solusi alternatif mengurangi riba dengan mendirikan pola perbankan baru bisa jadi hal ini akan membuat perubahan besar dalam industri perbankan.

Pola perbankan yang ada saat ini masih menggunakan pola "old fashion" perbankan yang berkiblat pada eropa dan amerika. Pendekatan "thinking out of the box" dari para bankit ini setidaknya memberikan harapan baru bahwa riba perlahan mendapatkan perlawanan /distrupsi sehingga laju nya bisa perlahan dikurangi atau mungkin dihilangkan.

Menurut teman saya tadi, beberapa analisanya memang ada beberapa hal yang dapat mengurangi atau menghindari riba beberapa diantaranya yakni : pertama, adanya bunga yang tinggi, sehingga menyebabkan seseorang yang meminjam uang di bank menjadi harus berusaha membayar bunga tersebut dimana seharusnya bisa digunaka. Untuk keperluan pribadi.

Kedua bertransaksi secara halal dan saling membantu. Solusi kedua dari teman saya ini agaknya sulit dilakukan di masa saat ini, karena memang tidak ada iklim tersebut di industri di indonesia. Iklim untung rugi mendominasi, ada pihak yang diuntungkan dan ada pihak yang dirugikan lebih mendominasi di masa kapitalisme yamg dikedapankan dewasa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun