Mohon tunggu...
Eko Raharjo
Eko Raharjo Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar menulis

Bismillah ...Semoga menjadi jejak dan berbagi bersama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tren Berdagang di Sekitar Stasiun KRL

14 Desember 2017   09:26 Diperbarui: 14 Desember 2017   09:39 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
mencari untung di sekitar stasiun KRL (sumber : tempo.ridewind)

Jumlah Stasiun KRL di jabotabek saja sekitar 80 stasiun dengan jumlah penumpang hampir 1 juta orang setiap hari. Peluang ini coba ditangkap oleh pedagang kaki lima yang memang sampai saat ini memerlukan tempat untuk menjajakan dagangannya.

Salah satu tempat incaran dimana orang berkumpul yakni stasiun KRL, berbagai macam tujuan orang menyambangi stasiun, namun bagi beberapa orang. Menggunakan KRL merupakan suatu aktivitas rutin harian.

Berangkat dan pulang kantor menggunakan KRL, maka bisa dipastikan jumlah orang yang hampir 1 juta orang tersebut memerlukan kebutuhan kecil salah satunya makanan, minuman atau kebutuhan kecil seperti masker, peniti, tissue dan sebagaimanya.

Coba perhatikan hampir disemua stasiun KRL menjamur pedagang kaki lima. Jika di sampling statistika maka harga barang yang ditawarkan sekitar 5.000 rupiah sampai 20.000 rupiah. Maka dengan jumlah penumpang sekitar 1 juta probalitas dagangan laku terbeli bisa sekitar 35%-80% bergantung jenis barang yang ditawarkan oleh pedagang.

Beberapa pedagang yang jeli akan menjual barang atau makanan yang memang diminati oleh orang-orang yang menggunakan KRL tersebut.

Pajak dan Aturan.

yang membuat banyaknya pedagang kaki lima yang berjualan di stasiun ini yakni belum ada aturan dan pajak yang dikenakan, mungkin biaya "pajak" yang mereka bayar mengalir sebagai "uang keamanan" saja dan juga aturan besaran lapak yang dibuka juga tidak ada aturan.

Fleksibilitas biaya yang dikeluarkan oleh pedagang dan bebasnya aturan yang ada dibandingkan probalitas barang laku dibeli oleh para penumpang KRL di stasiun tersebut masih memberikan keuntungan sehingga masih ada margin (jika meminjam istilah perusahaan besar).

Prinsip saling menguntungkan antara pedagang kaki lima di stasiun dan para "pemungut pajak" ini ikut mendorong perekonomian di daerah sekitar tentunya tidak semua stasiun memiliki tingkat keramaian yang sama.

Beberapa perusahaan besar yang sedang bergelut dengan tipisnya margin dan beratnya aturan pajak serta biaya operasional sudah mulai melirik potensi ini, melalui anak usaha atau koperasi -- koperasi memberikan akses pendanaan bagi pedagang kaki lima. Perusahaan besar mulai masuk secara ritel mencari margin keuntungan di level ekonomi "grass root". Mungkin kecil jika dilihat dari satu pedagang namun secara bilangan besar akan memberikan keuntungan yang lumayan.

Selagi tidak ada aturan dan masih sulitnya pendeteksian pungli simbiosis mutualisme ini maka ada peluang keuntungan yang layak untuk di raup serta pengembangan ekonomi rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun