Sepertinya perubahan terus menuntut manusia kearah yang lebih cepat. Dulu kereta api terutama KRL mungkin menjadi transportasi yang kumuh dan kotor. Namun saat ini semua sudah berubah. Sejak Pak Jonan masuk, perubahan radikal dilakukan di sana sini termasuk pada pola manajemen waktu dan kinerja. Semua sepertinya terukur dan terekam dengan data atau monitoring.
Mulai pelayanan pelanggan sampai pemeliharaan armada menjadi terkontrol dan termonitor. Muai dari pelanggan kereta sampai pegawai outsource semua memiliki semangat melayani. Perubahan budaya perusahaan setidaknya dapat dikatakan berhasil. Namun tantangan tidak berhenti disini, harapan pelanggan yang semaikin hari berubah dan menuntut yang lebih baik, bisa jadi batu sandungan bagi manajemen KRL itu sendiri.
Perbaikan memang telah dilakukan baik dari sarana mupun prasarana. Kembali kepada esensi layanan transportasi yakni mengantarkan orang dari satu tempat ke tempat lain dengan perhitungan waktu yang baik dan layak. Esensi layanan transportasi ini seharusnya membuat manajemen KRL lebih fokus kepada hal ini, capaian penumpang yang signifikan dari waktu ke waktu menunjukkan bahwa KRL menjadi salah satu pilihan masyarakat.
Fokus kepada intensitas armada KRL, ketepatan waktu dan kenyamanan pada saat berada di KRL adalah hal yang seharusnya menjadi perhatian. Bagaiamana KRL setiap mungkin 3-5 menit sekali hadir, dengan jadwal yang tepat dan nyaman pada saat didalam KRL adalah fokus yang harus dituju. Kenyataan yang terjadi saat ini, intensitas armada KRL masih belum dapat dipastikan, ketepatan waktu juga masih sering menjadi kendala apalagi berbicara kenyamanan penumpang didalam kereta terutama pada jam sibuk seolah --olah menjadi pilihan keterpaksaan seseorang untuk naik KRL.
Bukan berarti perbaikan prasarana tidak penting namun alangkah baiknya apabila semua energi dan pikiran diarahkan kepada bagaimana esensi arti layanan transportasi diatas dapat terjawab disamping tentunya pasti ada kendala yang dihadapi.
Untuk 5-10 tahun mendatang mungkin KRL masih menjadi pilihan namun lihat perkembangan teknologi begitu pesatnya, KRL mungkin tidak akan bersaing dengan perusahaan KRL swasta ( karena memang tidak ada) namun harus bersaing dengan moda transportasi lain yang saat ini sedang memikirkan bagaimana mengalihkan pilihan orang dari KRL menuju moda transportasi lain atau dengan kata lain merebut pilihan penumpang tersebut.
Setidaknya bagi perusahaan yang telah matang kadang terlena dengan hal mungkin diluar bidang bisnisnya namun cenderung lalai terhadap layanan utama perusahaan itu ada, atau terlalu fokus pada nilai tambah namun melupakan manfaat/esensi keberadaan produk itu sendiri. Semoga bermanafaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H