Mohon tunggu...
Eko Raharjo
Eko Raharjo Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar menulis

Bismillah ...Semoga menjadi jejak dan berbagi bersama

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Memahami Arti Kebhinnekaan melalui Seni

21 Agustus 2017   13:29 Diperbarui: 21 Agustus 2017   13:42 1045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guung, Sawah dan Jalan (mengenang masa lalu) (dok.pribadi)

Begitu mengetahui adanya tagar art4All, sontak teringat kembali mengenai kenangan masa lalu. Masa dimana bagi yang saat sekolah dasar  sekitar tahun 70-80an. Dimana masa itu (baru tahu begtu sudah besar) jika cara kita menggambar kita terseragamkan secara tidak langsung pada orde pada saat itu. Definisi menggambar pemandangan langsung terasosiasi pada Gunung, sawah dan jalan.

Banyak pro dan kontra yang mengatakan bahwa menggambar dengan asosiasi pemandangan  kurang kreatif, feodal dan mengekang kebebasan dan sebagainya. Namun, secara pribadi  kenangan mengambar gunung, sawah dan jalan adalah kenangan masa lalu yang mungkin tidak pernah terulang kembali dan membekas bagi kita semua. Entah dari mana asalnya gambar gunung, sawah dan jalan itu bisa sama hampir di seluruh pendidikan indonesia. Entah apa jadinya kalau dulu kita tidak melalui masa menggambar yang seragam itu (Gunung, sawah dan jalan ). Mungkin kita tidak bisa merasakan mana masa ketika kebebasan berkesenian diatur dan masa ketika kebebasan berkesenian diberikan ruang.

Menggambar yang terkekang

Mencoba mengulang kembali kenangan itu dan  entah sudah berapa lama kita tidak menggambar gambar gunung, sawah dan jalan, namun kenangan itu coba kembali saya tuangkan dengan menggambar kembali gunung, sawah dan jalan. Meminjam pensil warna Faber Caste anak saya yang minimalis itu, kembali saya mengingat gambar --gambar semasa kecil saya

 Ya..gambar gunung , sawah dan jalan. Gambar itulah yang saya gambar hampir 30 tahun yang lalu. Namun kembali saya mengenag masa itu. Setelah menarik garis, sedikit menghapus dan mewarnai. Saya kok ketawa sendiri....indahnya masa kecil saya waktu itu.

Mewarnai adalah kebhinekaan yang murni (dok.pribadi)
Mewarnai adalah kebhinekaan yang murni (dok.pribadi)
Dalam Ruang Kebebasan.

Rasa yang dialami pada saat mengambar ya ..mengalir saja tanpa perlu kuatir  baik dan buruk karena dalam menggambar tidak ada salah dan benar. Menarik  garis, lengkung, lingkaran untuk disatukan menjadi objek tertentu. Cara seperti itu secara tidak kita sadari kita telah menyatukan perbedaan (garis, tebal tipis, sapuan warna) menjadi harmoni yang indah.

Mewarnai pun tidak jauh seperti itu, warna merah adalah warna yang paling mencolok dalam deretan warna lainnya namun kedudukan semua warna adalah sama dimata yang menggambar. Mungkin psikolog memliki makna lain. Namun tautan perasaan pada saat mengambar mungkin lain , orang yang menggambar bahkan pelukis seolah --olah memliki kuasa untuk menentukan ke arah mana sapuan warna akan kita baurkan dan satukan. Deretan warna yang tadinya berdiri sendiri begitu ditangan yang mengambar  adalah kombinasi yang menyusun harmoni  menjadi suatu gabungan warna yang memberi arti.

Berkesenian adalah kebudayaan luhur

Kegiatan menggambar menurut sejarah sudah dimulai sejak awal  peradaban manusia dengan berbagai macam tujuan. Sebagai alat komunikasi, sebagai curahan hati atau sebagai sarana pengetahunan. Beberapa survey menunjukkan, bahwa seni memegang pernanan dalam perkembangan otak manusia, lihat saya beberapa negara eropa yang tingkat keseniannya cukup tinggi terlihat dari karya-karya seni yang dihasilkan dan tercermin bentuk dari bentuk bangunan yang indah. Secara tidak langsung menunjukkan pola keteraturan pola pikir seni yang baik. Tingkat toleransi yang lebih baik, perhargaan terdapat perbedaan yang baik. Atau mungkin hal humanis yang harmonis lainnya.

Menggambar adalah pendidikan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun