Banyak yang pada akhirnya harus memutar cashflow untuk membeli stok barang dengan uang usaha yang masih belum dibayar oleh pembeli. Ujung-ujungnya ngutang lagi. Tipe tutup lobang gali lobang ini terjadi di usaha ini sehingga banyak usaha ini yang akhirnya tutup ( tidak survive)
3. Mencari Barang murah untuk tipisnya keuntungan
Persaingan dengan swalayan ritel tadi membuat pemilik usaha toko pinggir jalan harus memutar otak bagaimana mendapatkan barang murah untuk sedikit mendapatkan keuntungan.
Tidak jarang mereka ikut berburu barang diskon dari swalayan ritel untuk ditimbun atau dijual kembali saat harga kembali normal. Karena keterbatasan informasi bagi pedagang ikut menentukan laba yang diperoleh, contohnya harga beras naik namun karena informasi terbatas pedagang ini tidak menaikkan barang sehingga seharusnya keuntungan yang diperoleh menjadi menipis dan susah untuk mendapat barang lagi dengan harga rendah.
Belum lagi masalah kadaluarsa barang, berapa banyak barang stok dagangan yang rusak atau kadaluarsa karena terlalu lama belum terjual, hal ini menimbulkan permasalahan sendiri, ada pedagang yang jujur membuang barang kadaluarsa namun ada pedagang yang curang akan tetap menjual barang kadaluarsa ini yang dampaknya bisa sangat fatal bagi pembeli.
Untuk Membina dari risiko tersebut sudah selayaknya memerankan optimalisasi peran - peran bersama. Jika melihat strata organisasi terkecil yakni RT/RW/Kelurahan/Kecamatan dsb maka sekiranya perlu untuk ditekankan masuk ke tingga RT akan lebih baik, misalnya beberapa hal dibawah ini:
1. Bantuan akses Modal
Kebanyakan mereka memulai usaha dengan modal yang minim bahkan tidak jarang melakukan pinjaman sana sini untuk mebeli stok barang atau asset. Di beberapa toko bahkan menggunakan modal dari pinjaman rentenir sehingga bisa dibayangkan berapa bungan pinjaman yang harus dibayarkan disamping harus memulai usaha.
Belum ada pemaksimalan fungsi RT/RW sebagai media penggerak ekonomi ini, fungsi RT/RW hanya sebatas adminstrasi dan perijinan saja dan belum menyentuh aspek pengembangan usaha wilayah sekitarnya.
Lihat berapa BUMN atau departemen yang mengurusi masalah UMKM dengan banyaknya SDM yang mereka miliki, mungkin perhatian masih dikerahkan kepada pelaku UMKM berskala yang lebih tinggi namun melihat besaran pelaku usaha perdagangan kecil pinggir jalan ini sudah sewajarnya mendapatkan perhatian mengenai kemudahan akses modal.
Kekhawatiran pihak pemilik modal ini diantaranya apakah benar modal yang dikeluarkan akan dapat kembali atau benarkah usaha yang digelontori modal mampu bertahan sampai modal yang diberikan terbayar. Belum ada yang menjamin karena pemerintah juga enggan bersentuhan dengan usaha-usaha semacam ini.