Arah Positif Subkultur Football Casuals Dalam Sepak Bola untuk Meningkatkan Pendapatan UMKM Di bidang Fashion
Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini mulai marak suporter sepak bola Indonesia yang mulai menerapkan budaya football casuals dalam cara mereka mendukung klub sepak bola kebanggaan. Hal tersebut terlihat dengan jelas melalui cara mereka mendukung, meneror, hingga cara berpakaian, dimana mereka mulai mengenakan pakaian bermerek tertentu demi menunjang penampilan dan dukungan. Merek seperti Adidas, Stone Island, hingga Lacoste sudah tak asing lagi terlihat di stadion sepak bola.Â
Subkultur tersebut berawal dari negara cikal bakal dari sepak bola modern yakni Inggris. Subkultur ini diyakini muncul pada akhir tahun 70an yang mana diawali oleh suporter liverpool setelah melakukan laga tandang melawan St Etienne dilaga perempat final liga champion 1977-1978. Pada saat itu para suporter liverpool yang didominasi oleh para kaum pekerjaan mulai mengenakan pakaian olahraga seperti tracktop, polo shirt hingga sepatu trainers yang terinspirasi dari atlit tennis disaat para kaum pekerjaan lainnya di Inggris masih berpakaian ala skinhead. Hal tersebut membuat banyak orang menyoroti cara mereka berpakaian dan mulai menirunya.Â
Hingga saat ini subkultur tersebut masih terus berkembang. Diawal kemunculannya, subkultur ini tercipta atas dasar kesadaran para suporter agar terlihat beda dan elegan dikarenakan menggunakan pakaian merek yang mahal. Bukan hanya dikenakan disaat pertandingan dan di stadion saja, budaya ini mulai memegang peran penting dalam dunia fashion, hingga menjadi alternatif cara berpakaian yang dipopulerkan oleh berbagai musisi ternama seperti the Stone Roses dan Oasis yang ikut berpakaian ala casuals, hal tersebutlah yang turut berkontribusi dalam menyebarnya subkultur football casuals ke berbagai belahan dunia. Subkultur ini pun juga mengalami akulturasi budaya dikarenakan perbedaan keadaan geografis hingga budaya yang menyebabkan mulai menjamur kemana-mana dengan keyakinan yang berbeda-beda pula, contohnya dengan cara berpakaian yang menggabungkan produk lokal dengan internasional seperti mengenakan Fred Perry, jaket prung, dan sepatu Adidas.Â
Dengan maraknya subkultur ini di Indonesia, para pelaku umkm di bidang fashion diharapkan mampu memaksimalkan produk-produk yang sekiranya mengarah pada Terrace gear dan olahraga dikarenakan pangsa pasar di Indonesia masih cukup besar. Olahraga yang paling diminati di Indonesia pun juga sepak bola yang mana akan memperkuat potensi bahwasanya pasar di Indonesia tentang dunia fashion olahraga masih cukup besar, ditambah suporter Indonesia yang dikenal fanatik dalam mendukung jika dikombinasikan dengan pakaian yang sesuai akan menambah nilai jual dari produk tersebut serta merubah cara pandang masyarakat luar akan suporter bola dengan dikenakannya pakaian bermerek. Bukan hanya untuk suporter saja, fashion yang dibawa oleh subkultur ini juga dapat diaplikasikan sebagai alternatif gaya berpakaian sehari-hari dengan begitu, orang di luar suporter pun akan tertarik untuk membeli produk tersebut.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H