Segala sesuatu pasti menimbulkan dampak. Hal itu adalah suatu kebenaran dalam hukum kausalitas. Meskipun satu nafas yang kita hembuskan pun menimbulkan 1 berbanding 8 ribu kemungkinan. Â Namun, pemaknaan yang ditimbulkan dari setiap dampak tergantung kepada pribadi masing-masing.
Seperti yang terjadi pada dunia hari ini, pandemi global akibat virus yang dinamakan Covid-19 menimbulkan bermiliyar kemungkinan yang akan terjadi di dunia. Hanya saja secara garis besar dampak tersebut dapat kita tarik dalam garis baik dan buruk.
Pemerintah Indonesia memberlakukan kebijakan kepada warganya untuk menjaga jarak, pegawai negeri bekerja di rumah, para siswa diliburkan. Tak ada aktifitas. Bagi sebagian orang, mungkin ini adalah hal yang menyenangkan. Namun, sebagian lagi merasa tersiksa dengan kebijakan ini.
Kehidupan yang normal, menuntut kita untuk berbahagia dengan keluarga. Quality Time, seharusnya bisa kita ciptakan saat ini. Namun, lagi-lagi apa yang terjadi dengan kehidupan nyata yang tengah dilanda bencana ini.
Semua tugas yang diberikan, ditumpukan dan harus dikerjakan di rumah membuat suasana sangat berjarak dengan yang namanya "rumah". Ayah tak ada waktu untuk bercerita dengan anaknya, Ibu sibuk melihat berita, Kakak dan adik sama-sama sibuk mengerjakan tugas sekolahnya. Kita seperti berada dalam ruang yang sama tetapi berbeda dunia.
Lantas apa bedanya dengan kita memindahkan sistem sekolah pada sebuah bangunan yang bernama rumah? Saat ini akan lebih bijak jika kita belajar dengan rumah, bukan "di rumah" atau "dari rumah".
Sangat berbeda jika kita menganggap rumah adalah makhluk hidup, bukan hanya sekedar benda mati. Ada sebuah kalimat menarik dalam bahasa inggris, untuk mengungkapkan "selamat datang di rumahku" yang lebih sopan adalah "welcome to my home" bukan "welcome to my house," hal itu dikarenakan home mengartikan suasana, sedangkan house adalah bangunannya.
Pernahkah kita membayangkan bagaimana  proses makanan yang tersaji di atas meja? Bahan dasarnya berasal dari petani dan peternak di desa, dengan macetnya distribusi dan perekonomian, lama kelamaan kita akan kekurangan bahan makanan. Sebelum terlambat, marilah kita belajar untuk bertahan hidup, tinggalkan sejenak kertas dan komputer, lalu pergilah ke halaman belakang untuk menanam apa saja untuk dijadikan cadangan.
Saat kita belajar "dengan rumah" makna hidup yang sebenarnya akan kita temukan. Temukanlah kunci untuk bertahan dalam badai kali ini. Ketahanan pangan adalah salah satu kuncinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H