Aku membaca, lalu menulis.
Membaca dan membaca, lalu menulis.
Aku membaca dan Aku menulis.
Membaca. Membaca. Menulis.
Aku membaca, lalu menulis.
Membaca. Menulis.
Pernah sekali dalam hidupku,
Aku tak membaca buku, dan tak menulis di kertas.
Namun, pada setiap pintu, dinding, trotoar, rumah, gedung.
Atau di setiap jidat manusia, kepalanya, tubuhnya, kakinya, rambutnya.
Atau pada setiap kerasnya vodka dan manisnya arak.
Atau pada para koruptor, penguasa pasar, dan pada setiap licinnya lubang pelacur.
Selalu saja muncul aksara yang tak kasat mata.
Muncul dalam benak, terpatri di hati.
Aku membaca dan menulis sepanjang hidupku.
Lalu mati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H