Mohon tunggu...
Esti Wuryani
Esti Wuryani Mohon Tunggu... karyawati -

sedang belajar mengeluarkan pendapat

Selanjutnya

Tutup

Money featured

Pertanian Kita (Untuk Renungan)

10 November 2015   20:20 Diperbarui: 21 Juni 2016   14:08 2261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pertanian Indonesia. Floresa.com

Apa yang terlintas dibenak anda kalau saya menyebut profesi "Petani" pasti sebagian besar orang berfikir petani itu : 'miskin, orang yang usianya tua, tinggal di desa, jauh dari teknologi informasi' tetapi kurang lebih gambaran itu yang benar-benar terjadi dengan petani di Indonesia. Dengan luas wilayah dan kondisi tanah Indonesia yang subur harusnya itu tidak terjadi tetapi dalam kenyataanya :

  • Beras, kedelai, jagung kita Impor
  • Gula, Gadum kita Impor
  • Buah-buahan, sayur-sayuran dan hampir semua hasil pertanian kita Impor.

Bagaimana ini bisa terjadi jika kita sendiri tahu potensi pertanian Indonesia sangatlah besar, kurang lebih menurut data BPS luas sawah Indonesia 8,1 juta terus apa yang salah dengan pertanian kita, kalau saya jawab dengan satu kata mungkin bisa kita katakan "salah kelola". 

Masyarakat terbiasa dengan pola hidup konsumtif dan pemerintah sendiri tidak menganggap bahwa pertanian / agrobisnis akan menjadi kekuatan ekonomi Indonesia sehingga tidak mendapatkan perhatian dari penguasa (pemimpin pemerintahan). 

Pada akhirnya pelaku "petani" itu sendiri menjadi pilihan profesi yang paling tidak diminati oleh penduduk Indonesia, jika saya coba jabarkan kenapa rata-rata anak muda tidak berminat untuk memilih profesi sebagaian petani dikarenakan :

1. Menjadi petani tidak menjajikan pendapatan yang besar (kalau kata orang dengan jadi petani kamu tidak bisa kaya).

2. Kalau kamu jadi petani kamu tidak akan mendapatkan penghasilan bulanan seperti PNS, Pegawai Swasta, TNI/POLRI dan Karyawan Pabrik, karena petani hanya akan mendapatkan penghasilan jika sudah panen (jika menanam pasi kurang lebih 4 bulan sekali) dan juga terkadang harus menerima kenyataan disaat musim panen supplay barang melimpah menyebabkan harga-harga hasil penen turun drastis (ini terjadi karena ada permanian tengkulak dan pemerintah sendiri kurang maksimal memproteksi petani dan terkesan tunduk dengan pasar yang menyebabkan petani kian pasrah).

3. Dalam proses masa tanam dari mulai benih sampai menghasilkan, petani harus mengusahakan sendiri biaya tanam meliputi : penyediaan lahan, pupuk, pestisida dll, belum ada skema yang pasti dalam memback-up pembiayaan petani, seperti Bank Pertani yang selalu diwacanakan dan sampai kini setahu saya belum ada realisasinya. Pada kesimpulannya kalau Petani akan bertani / menanami padi mengajukan pinjaman ke Bank itu masih susah sekali jadi Petani harus mencari modal sendiri sangat susah mengharapkan pembiayaan dari pihak ketiga (Bank).

4. Biaya distribusi yang sangat mahal, ini sangat mempengaruhi hampir semua sistem distribusi barang di Indonesia dan khususnya pertanian, terkadang petani  tidak bisa menikmati surplus harga barang karena hampir semua sudah habis dalam proses distribusi yang menyebakan harga barang ditingkat petani sangatlah rendah tetapi ditingkat pembeli sangat mahal.

5. Pertanian kurang atau bahkan tidak mendapatkan pengetahuan teknologi baik teknologi informasi maupun teknologi pangan, secara lebih detail bisa sampaikan sbb :

  • Pertanian tidak mendapatkan sentuhan teknologi informasi sehingga mengakibatkan petani tidak dapat mengikuti up-date informasi harga barang, yang menyebabkan para petani mudah dibohongi oleh tengkulak, selain itu petani  di Indonesia rata-rata hanya bertani secara konvensional atau turun temurun mereka akan menanam sesuai yang telah diajarkan orang tua mereka secara turun menurun, kita tahu teknologi pertanian terus berkembang bibit unggul terus diuji cobakan dan hama juga berevolusi dari waktu-kewatu. Bagaimana bisa petani Indonesia bisa survive jika cara bertaninya masih sangat konvensional disinilah peran Pemerintah sangat diharapkan untuk membuat regulasi dan menyediakan sarana teknologi bagi kemajuan pertanian di Indonesia.
  • Pertanian tidak mendapatkan sentuhan teknolologi pangan kita tahu kualitas hasil pertanian Indonesia dari segi nilai gizi dan keragaman tidak kalah dengan negara lain, tetapi sekali lagi hasil pertanian itu adalah produk yang nantinya akan dilepas kepasar dan harus bersaing dengan priduk pertanian lainnya, disinilah petani kita belum mendapatkan dukungan pemerintah baik pengetahuan dalam pengolahan dan pembiayaan, sehingga produk pertanian kita susah bersaing dipasar.

Hal-hal diatas mungkin baru sebagian kecil yang bisa saya ungkapkan dari sekian banyak kesulitan yang saat ini dialami oleh mayoritas petani di Indonesia, saya sangat berharap pemerintah sebagai penyedia regulasi dan pemangku kekuasaan dan segera satu persatu mengurai dan mengatasi masalah pertanian di Indonesia. Sudah sangat lama potensi pertanian kurang mendapatkan perhatian.

Saya tumbuh besar dikeluarga petani Ibu saya seorang petani yang gigi dan ulet mejalankan profesinya, sebagian dari tulisan saya diatas adalah gambaran kesulitan yang selama ini saya lihat sebagai masalah pertanian yang harus segera diselesiakan dan kelak suatu saat kita semua dapat melihat bahwa "Petani" Indoensia adalah profesi yang menjanjikan dan dapat menjadi sumber penghidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun