Desa Petungsewu telah merintis sebagai desa wisata berbasis pada lingkungan alam dan pertanian. Desa ini berada di lereng timur gunung kawi dengan lingkungan alam yang sejuk dan berbukit-bukit. Lahan pertanian ladang banyak di budidayakan masyarakatnya melalui kegiatan tanam sayur dan perkebunan jeruk.
Sejak dirintisnya sebagai desa wisata yang dipelopori oleh BUMDES setempat telah menunjukkan dampak yang positif terhadap perekonomian masyarakatnya. BUMDES bersama pemerintahan desa telah melakukan pembenahan terhadap rintisan desa wisata tersebut dengan membangun fasilitas yang menunjang rintisan desa wisata tersebut, yakni berupa pembangunan rest area pada lahan tanah desa di tepi jalan raya menuju Kota Malang dan Kota Batu.
Rest area yang dibangun difasilitasi dengan warung makan, restoran, cafe, lahan parkir, gasebo, mushola, dll. Hasil analisis Prof. Dr. Ponimin ,M.Hum., bersama tim Kedaireka UM telah melakukan kerjasama dengan BUMDES yang diketuai oleh Bapak Ageng. Hasil analisis tersebut selanjutnya ditindaklanjuti dengan melakukan kerjasama dalam menciptakan lingkungan rest area agar lebih artistik dan dapat memperkuat daya tarik pengunjung wisata.
Prof Ponimin telah melakukan perancangan patung dengan tema figuratif kegiatan agribisnis petik jeruk. Karya tersebut dibuat dari terakota dan disajikan pada taman rest area. Produk-produk artistik tersebut dihasilkan melalui kegiatan Kedaireka UM. Prof. Dr. Ponimin, M.Hum., bersama tim Kedaireka berharap agar kegiatan kolaboratif kreatif ini mampu menumbuhkan rasa cinta masyarakat desa Petungsewu terhadap lingkunganya agar terus dibangun guna menguatkan citra desa wisata tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H