Papeda dan Ikan Kuah Kuning: Kuliner Kaki Lima Lezat dari Papua
Cita rasa papeda yang tawar dipadu dengan ikan kuah kuning yang segar, sungguh lezat!
Menjadi salah satu kuliner kaki lima favorit, siapa sangka papeda yang berbahan dasar sagu ini ternyata merupakan warisan kuliner tanah Papua? Melansir dari laman Indonesia.go.id, papeda (dalam Bahasa Inanwatan atau Bahasa Papua yang disebut dengan dao) memiliki sejarah panjang, karena telah dikenal secara luas dalam tradisi masyarakat adat Sentani dan Arab di Danau Sentani dan Arso, serta Manokwari.
Papeda adalah makanan khas masyarakat Papua, Maluku, dan beberapa daerah di Sulawesi. Berbentuk pasta atau gel dan berbahan dasar sagu yang rendah gula dan kolesterol, papeda juga kaya akan serat dan bernutrisi tinggi.
"Berbentuk pasta atau gel dan berbahan dasar sagu yang rendah gula dan kolesterol, papeda juga kaya akan serat dan bernutrisi tinggi.
Mengutip Sagu Sebagai Makanan Rakyat dan Sumber Informasi Budaya Masyarakat Inanwatan: Kajian Folklor Non-Lisan yang ditulis oleh Quin D.Tulalessy, papeda dibuat dengan cara memanaskan aci sagu hingga terbentuk menjadi olahan sagu bening. Lalu, aci sagu diaduk dengan menambahkan sedikit air dingin hingga kental tapi masih tetap dapat diaduk dengan mudah.Â
Kemudian, hasil adukan tersebut disiram dengan air mendidih sambil terus diaduk hingga warnanya yang semula putih menjadi bening. Pergerakan saat mengaduk aci sagu ini juga harus searah hingga warna olahan sagu merata.
Ciri-ciri papeda yang siap untuk disantap adalah jika tampilannya terlihat transparan serta berbentuk batali (seperti tali dan tidak mudah putus). Jika papeda diangkat dengan cara khusus, maka bagian dari olahan sagunya juga tidak mudah putus.Â
Bentuk olahan sagu papeda yang mudah putus biasanya disebabkan karena pengolahan sagu yang terlalu bersih, yang menyebabkan bagian-bagian sagu yang halus juga ikut terbawa air.
Membuat papeda terdengar tak sulit, namun dalam membuat papeda, dibutuhkan takaran dan suhu air yang tepat. Penggunaan air yang berlebihan dapat memicu tekstur papeda menjadi cair. Sebaliknya, jika air terlalu sedikit, maka papeda yang dihasilkan juga akan menjadi lebih keras.