Mohon tunggu...
Evy Sofiawati
Evy Sofiawati Mohon Tunggu... Aktor - Petani dan pengajar

Pendidik, Penyuluh, Petani dan Peduli

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Taman Pendidikan Al Qur'an Al Mu'minun

19 September 2021   20:29 Diperbarui: 19 September 2021   20:35 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" bu....tolong liatin dong anak-anak di musolla, mereka mau ngaji sama mas Lisin...", permintaan yg tidak mungkin saya tolak yang akhirnya menjadi kegiatan rutin saya setelah waktu ashar tiba. Hanya berselang seminggu akhirnya mas Lisin mengundurkan diri karena beliau sibuk katanya dan mau tak mau tanggungjawab mengajar saya ambil alih.

Pada minggu ketiga, makin banyak anak-anak yg ingin ikut mengaji , sesuatu yg sangat membanggakan memang tapi saya kewalahan dan akhirnya saya mengajak guru ngaji lokal untuk bergabung. Anak-anak yg banyak membuat kami akhirnya membuat kelompok yang disesuaikan dengan umur dan kemampuan mengaji mereka dan juga menyusun pelajaran yg akan diberikan. Maka pada taun 2005 berdirilah                    Taman Pendidikan Al Qur'an Al Mu'minun disesuaikan dengan nama musolla yang kami tempati.

Banyak hal yang kami alami untuk mengasuh anak-anak ini, mereka sering dibentak 0leh bapak-bapak yg shalat karena bising dan para guru kewalahan karena tempatnya terbatas sedangkan anak-anak banyak. Kami mengatur strategi agar anak-anak datang setelah para bapak selesai shalat berjamaah tapi hal ini jarang berhasil karena anak-anak malah lebih suka hadir sebelum adzan ashar tiba.

Pada suatu hari saya melihat anak-anak berkerumun diluar musolla , mereka berlari kearah saya sambil berteriak " ibuuu.....kami tidak boleh masuk...." dan saya melihat marbot musolla berdiri di pintu musolla dengan sapu lidi ditangannya , pemandangan yg sangat langka dan saya berusaha menahan tawa..,

Musolla kami berada dilingkungan pemakaman warga jadi setelah selesai mengaji atau tatkala menunggu guru yg belum hadir , anak-anak bermain disekitar pemakaman yg cukup lebar, jadi kami membuat peraturan bahwa mengaji diliburkan tatkala hujan datang pas waktu mengaji tiba, tapi ternyata hal ini tak menyurutkan langkah mereka, berlari-lari kecil sambil berpayung ria dan bernyanyi dengan indahnya dihalaman rumah..." bu Eviiiii.....ngaji enggaak..? "dan akhirnya pengajian pindah keteras rumah.

Pada saat pembagian rapot kami baru mengetahui banyak anak-anak yg datang mengaji tanpa sepengetahuan orangtuanya, karena kebanyakan orangtuanya bekerja dan anak-anak bersama neneknya atau mandiri di rumahnya, hal ini membuat kami akhirnya mengharuskan para wali untuk mengisi formulir pendaftaran tanpa berbayar.

Pada bulan Ramadhan kami mewajibkan anak-anak kelas Al Qur'an untuk bertadarus setelah shalat dzuhur,ada beberapa diantara mereka terlhat lemas hingga kami meledeki mereka " Kayak orang puasa aja..." , tapi jawaban mereka mengejutkan kami," gak saur bu...gak ada makanan.." , hal ini membuat kami akhirnya berdiskusi dengan pengurus komplek perumahan agar menyediakan makanan kecil untuk mereka berbuka setelah mengaji di musolla.

Setelah didirikannya Bank Sampah , kami mengajarkan mereka untuk perduli kepada lingkungannya dengan belajar tidak membuang sampah sembarangan dan memilah sampah yg ada dirumah, yang pada akhirnya para walimurid mengeluh karena anak mereka selalu membawa sampah sepulang mengaji hasil dari memulung dari jalan tatkala mereka pulang mengaji. Dan juga ternyata sepulang sekolah para ibu seringkali menemukan sampah disaku seragam mereka dengan alasan mereka tidak menemukan tempat sampah di jalan.

Bekerjasama dengan pengurus Bank Sampah kami mengajari anak-anak mendaur ulang sampah dengan membuat kerajinan tangan ,mengannyam bungkus kopi menjadi tikar , melinting kertas koran dan mengannyamnya menjadi piring, membuat bunga dari sabun juga membuat boneka dari kain bekas , keterampilan yg akhirnya bisa mereka praktekkan di sekolahnya.

Bekerjasama pula dengan Kelompok Wanita Tani, anak-anak diajarkan untuk membuat pupuk dari limbah dapur dan juga cara bertanam sayur mayur, karena bila mereka tidak mengenal dunia pertanian maka mereka tidak akan tau bagaimana sayuran yg mereka makan dihasilkan hingga mereka akan memandang remeh makanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun