[caption id="attachment_361174" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber: nyata.co.id"][/caption]
Menyimak ulasan berita baik di media online, media cetak, maupun televisi yang berisi tentang kasus terbunuhnya Deudeuh Alfi Syahrin sungguh menarik. Berbagai pendapat ikut mewarnai pemberitaan. Salah satu ulasan yang menarik perhatian saya adalah paparan dari ahli psikologi forensik Reza Inderagiri Amriel di salah satu televisi swasta semalam.
Reza menuturkan hal yang sedikit berbeda terkait dengan adanya beberapa benda seperti kabel yang melilit leher dan kaos kaki yang menyumpal mulut Deudeuh. Menurut Reza bisa jadi apa yang dianggap orang sebagai benda untuk menghabisi korban adalah sesuatu yang disepakati bersama antara pelaku dan korban. Artinya kabel yang terlilit di leher dan kaos kaki yang menyumpal mulut adalah sebuah variasi dalam hubungan seks antara pelaku dan korban.
Dalam istilah psikologi tindakan ini disebut dengan sadomasokisme. Sadomasokisme biasanya dikaitkan dengan tindakan seksual yaitu tindakan memberi dan menerima kenikmatan dengan cara menyebabkan atau menderita rasa sakit. Apabila seseorang bertindak sebagai pihak yang menyakiti, maka dia disebut sadis dan apabila seseorang bertindak di pihak yang disakiti, maka dia disebut dengan masokis. Sadomasokis atau yang juga dikenal dengan nama bondage domination sadism masochism (BSDM) merupakan salah satu jenis penyimpangan seksual yang membahayakan karena dapat menimbulkan cedera hingga kematian. Perilaku sadomasokis bisa terjadi pada pasangan yang memiliki ketidakseimbangan kekuatan psikologis, seperti majikan dan pembantu, atasan dan bawahan,  maupun penikmat jasa PSK dan PSK.
Menurut studi yang dilakukan oleh Johnson Masters dan rekannya dari APA, pria diketahui lebih cenderung berperilaku sadomasokis dibanding wanita. Bahkan pria berpendidikan dan memiliki status sosial atau jabatan tinggi justru memiliki perilaku seks tidak wajar tersebut. Rasio pria dan wanita yaitu 20 : 1.
Menurut ulasan di detik health, pria yang sering melakukan sadomasokis biasanya menikmati seks seperti itu sejak anak-anak, sementara wanita mulai menikmatinya setelah melakukan dengan pasangannya yang sadomasokis. Data yang didapatkan para psikiater di APA menunjukkan bahwa 5-10 persen populasi di Amerika dan Eropa melakukan sadomasokis dalam kategori ringan.
Kembali lagi ke kasus pembunuhan Deudeuh. Benarkah sadomasokis bener-bener ada saat pelaku dan korban melakukan hubungan seks ? Secara pasti hal itu belum dapat disimpulkan namun bukan sesuatu yang mustahil terjadi. Hasil visum berupa adanya luka di kemaluan korban dan luka bekas jeratan kabel perlu ditindaklanjuti dan diperiksa secara lebih detail..
Apa dan bagaimana hasil penyelidikan kasus ini? Kita tinggal tunggu saja hasil kerja keras dan keterangan dari pihak yang berwenang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H