Saya mungkin termasuk salah satu orang yang hobi memperhatikan perilaku orang lain. Hobi memperhatikan itu ternyata banyak banget manfaatnya. Salah satunya saya bisa mendapatkan ide-ide segar untuk menulis. Lumayanlah…
Salah satu hal yang menarik perhatian saya adalah ternyata manusia itu suka sekali bermain. Gak percaya? Tengok saja di game center atau di play station center, pasti penuh dengan orang-orang yang sedang asyik bermain game di depan komputer atau pesawat televisi. Perhatikan juga gayanya! Wah, alangkah khusuknya mereka memantengi aneka piranti-piranti permainan itu. Sungguh sebuah kekhusyukan yang bikin iri berat. Bandingkan saja kalau mereka dituntut berkonsentrasi belajar. Duh, susahnya minta ampun. Harus jungkir balik dulu baru bisa mencapai tingkat konsentrasi yang bagus. Pas giliran main game gampang banget, ya, benda abstrak bernama konsentrasi itu muncul. Ajaib…
Kalau dicermati sebenarnya game tidak melulu harus dikaitkan dengan dunia anak-anak. Wong yang tua-tua juga banyak yang ikut nimbrung, kok. Malahan merekalah yang punya probabilitas bermain lebih lama. Ada duitnya,je! Ada fasilitasnya, bo! Kurang apa lagi, coba? Lha kalau anak-anak paling-paling duitnya berapa?Terbatas juga kalau dibandingkan yang tua. “Besok dilanjut lagi ya, Bang!” paling juga gitu yang diteriakkan saat pamitan sama abang penjaga game center-nya. Sementara itu yang tua-tua masih asyik-asyik saja, tuh! Genjot sana, tembak sini, tarik lagi, teriak dikit! Aduh, game over! Wah, jagoannya mati! Ulangi lagi, ah! Dan begitulah yang terjadi untuk sekian jam ke depan…Belum lagi jika rumah dilengkapi dengan laptop dan sambungan internet... Wuih, makin lama dan mengasyikkan itu main game-nya... Bisa semalam suntuk di depan layar komputer.
Rupanya game memang marak berat di dunia beberapa tahun terakhir ini. Para game lovers tidak hanya dimanjakan dengan fasilitas game center yang sedang mewabah tapi juga oleh membanjirnya CD games yang bisa dimainkan setelah diintsall via PC atau laptop. Tabloid atau majalah komputer yang beredar di Indonesia (semacam Chip, Komputer Aktif, Komputek, PC Plus, Info Komputer, Mikro Data, de el el) jarang sekali alpha menyajikan info tentang game keluaran terbaru. Fresh from the factory, lengkap dengan deskripsi game, cara mainnya, scoring, plus harga jualnya tentu saja. Bahkan terakhir saya tahu kalau ternyata ada satu majalah yang mempersembahkandirinya secara total pada game dan aneka tetek bengeknya. It’s all about game, Man! Bagi yang tidak mampu membeli CD game yang harganya cukup menguras kantong itu pun, tidak ada waktu untuk berkecil hati. Toh, saat ini banyak rental CD games program yang dengan suka relanya selalu menyediakan CD game terbaru untuk disewakan bagi para game lovers. Kalau gak mampu juga? Cukup datang ke game center untuk bermain di sana. Harga sewa per jam tiap game center yang bervariasi pun cukup memudahkan para game lovers untuk mengira-ira seberapa kemampuan mereka untuk membayar sewanya. Mengunduh berbagai game dari internet juga makin gampang dilakukan saat ini. Pilihannya pun sangat beragam. Murah meriah, bahkan kadang ada yang gratisan. Gampang, to?
Bermain memang termasuk salah satu kebutuhan dasar manusia. Bukankah manusia punya predikat sebagai homo ludens alias makhluk bermain? Jadi wajar dan sah-sah saja kalau orang suka pada yang namanya permainan. Apa pun jenisnya! Bahkan Sigmund Freud, si bapak psikoanalisa itu, mengatakan kalau permainan dan humor merupakan cara yang sehat bagi manusia untuk melindungi egonya dari kerusakan. Coba bayangin aja kalau manusia itu serius terus bawaannya, wah pasti bakal berjibun tuh penyakit menggerogoti tubuhnya. Taruhanlah paling enteng dia hampir pasti kena stress dengan berbagai macam gejalanya seperti sakit kepala, gampang marah, berkeringat dingin, tekanan darah tinggi, de es be. Apa gak ngeri tuh? Bermain itu sarana untuk katarsis yang sehat. Dari situ manusia akan mendapat rasa lega dan nyaman untuk melakukan aktivitas lainnya. Ditambah lagi rasa senang yang ditimbulkan bisa diolah menjadi sebuah energi positif yang secara tidak langsung juga akan mempengaruhi orang lain di sekitarnya.
Harus diakui dengan jujur bahwa bermain itu menyenangkan sekali. Masalahnya adalah bagaimana kalau menjadi ketagihan? Buat anak-anak bahaya juga bila sudah kecanduan game. Tiap hari maunya main terus, gak siang pulang sekolah, gak sore hari, atau malemnya. Lupa deh yang namanya bikin PR atau belajar. Abis itu bisa ditebak kelanjutannya. Ortunya pasti ngomel terus karena anaknya jadi bodo, males, dan boros. Gimana gak bodo kalau aneka gama mulai dari Tomb Rider, Virtual Cop, Clash of Clan, Let’s Get Rich, atau Daytona Rally lebih diapalin daripada siapa penemu bola lampu? Gimana juga gak males belajar kalau badan dan mata sudah demikian lelahnya memantengi layar komputer atau TV? Juga bagaimana anak gak jadi boros kalau tiap hari dia ‘wajib’ menyediakan dana tambahan untuk game?
Lantas efek untuk orang dewasa, ada gak? Jelas ada! Game bisa diartikan sebagaipemborosan waktu. Buang-buang waktu. Minim manfaat. Wah, serem banget tuduhannya! Mau tidak mau harus diakui kalau game memang membuat orang lupa waktu, lupa makan, lupa tidur, lupa kerja. Eh? Rasa asyik dan penasaran yang ditimbulkan oleh game terbukti dahsyat efeknya. Pinginnya terus main, terus, dan terus. Gak bosan-bosannya. Skala prioritas pekerjaan yang tersusun rapi bisa jadi kocar-kacir setelah orang mulai menyalakan tombol on pada sebuah komputer. Selain itu kecanduan game juga berarti ‘memperkosa’ kantong dalam rentang waktu yang tak bisa ditentukan. Tergantung kapan rasa bosan itu datang. Bayangkan berapa banyak rupiah yang mengucur untuk membeli CD program, untuk download game terbaru, untuk bayar listrik yang membengkak karena komputer menyala terus, atau untuk bayar sewa game center?
Terus gimana, dong? Lagi-lagi intinya memang pengendalian diri. Toh kita yang berkuasa atas teknologi, bukan teknologi yang menguasai kita. Teknologi haruslah dimanfaatkan untuk mempermudah urusan bukannya mempersulit kita. Jangan sampai juga membuat segala yang terorganisir rapi jadi berantakan. Boleh-boleh saja bersenang-senang tapi harus selalu ingat waktu. Waktu yang terbuang tak pernah bisa kembali lagi. Waktu yang juga berarti uang. Waktu yang memiliki kekuatan membunuh kalau kita tak pandai memanfaatkannya. Daripada menyesal kemudian mendingan membatasi diri.
Tanpa aneka virtual game itupun, kita toh telah dan selalu bermain dalam panggung sandiwara kehidupan ini. Permainan peran yang panjang dan lama. Permainan abadiyangselalu adadi sepanjang keberadaan manusia di bumi fana ini. An unpredictable game. Game yang jauh lebih menantang nyali dan semangat kita.
So, let’s play, Guys! Mainkan saja...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI