Mohon tunggu...
Evy Sofia
Evy Sofia Mohon Tunggu...

seorang manusia biasa yang masih butuh banyak belajar dan ingin dapat berbagi ilmu bagi sesama... \r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ketika Aktivitas, Prestasi, dan Kecantikan Bersinergi Indah

29 April 2015   11:19 Diperbarui: 4 April 2017   17:12 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_363410" align="aligncenter" width="300" caption="Pancaran Kecerdasan Seorang Rahmi Khamsita (Foto Koleksi Pribadi)"][/caption]

Rahmi Khamsita. Demikian nama lengkap perempuan berparas manis yang biasa disapa dengan sebutan Rahmi atau Ami. Dara asli Minang berusia 25 tahun ini adalah salah satu perempuan yang mampu menjungkirbalikkan anggapan bahwa prestasi dan aktivitas adalah dua hal yang tidak mungkin menyatu. Anak kelima dari enam bersaudara dari Bapak Herman Luthain  ini sejak SMA sudah dikenal sebagai aktifis sekaligus berprestasi gemilang.

Saat duduk di bangku SMAN 8 Jakarta, Rahmi aktif sebagai wakil pemimpin redaksi majalah sekolahnya. Kecintaannya pada aktivitas di luar bangku sekolah semakin menjadi saat dia melanjutkan kuliahnya di Fakultas Farmasi UGM Yogyakarta. Tak kurang dari delapan aktivitas dia tekuni sejak tahun 2008 hingga saat lulus pendidikan Profesi Apoteker di tahun 2014. Rekam jejak Rahmi sebagai aktifis terbingkai indah dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) MPO Komisariat Fakultas Farmasi UGM, Redaksi Majalah Farsigama UGM, Forum Komunikasi Mahasiswa Minang Indonesia UGM, Redaksi Berkala Ilmiah Mahasiswa Farmasi Indonesia, Badan Eksekutif Mahasiswa Farmasi UGM, dan Cancer Chemoprevention ResearchCenter.

[caption id="attachment_363424" align="aligncenter" width="300" caption="Aktivitas Rahmi di HMI MPO Komisariat Farmasi UGM (Foto Koleksi Pribadi)"]

14302794111124050032
14302794111124050032
[/caption]

Rahmi Khamsita memang tak bisa dipisahkan dengan segudang aktivitas. Pun demikian prestasi yang dia torehkan semasa kuliah tetaplah cemerlang. Tercatat gelar Mahasiswa Berprestasi Fakultas Farmasi UGM dan grand finalis 4 Mahasiswa Berprestasi UGM berhasil dia sabet pada tahun 2012. Tidak cukup hanya level universitas, penggemar tetralogi Laskar Pelangi dan komik Detektif Conan ini beberapa kali menjadi peraih grant Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian DIKTI. Di level nasional perempuan yang memiliki motto hari ini harus lebih baik dari kemarin ini berhasil membuktikan dirinya menjadi finalis Inovasi Pengembangan Iptek Nasional Kemenpora dan meraih National Youth Innovation Award Kemenpora. Kedua gelar bergengsi itu berhasil diraih oleh perempuan mandiri ini pada tahun 2011.

[caption id="attachment_363420" align="aligncenter" width="300" caption="Saat Memenangkan Penghargaan Apresiasi Inovasi Indonesia 2011 (Foto Koleksi Pribadi)"]

1430278733412800322
1430278733412800322
[/caption]

Segala gelimang prestasi dan aktivitas itu tidak diraih Rahmi dengan mudah. Pada awal kuliah dulu dirinya sempat mengalami kesulitan membagi waktu antara kuliah dan aktivitas. Akibatnya indeks prestasi yang pada awalnya 3,7 pun menukik jatuh di kisaran angka 2,1. “Sempat stres juga melihat nilai yang hancur. Aku sadar bagaimana pun tugas utamaku adalah belajar. Kalau dulu aku bisa mendapatkan beasiswa prestasi, sekarang aku harus mencari cara lain untuk mendapatkan beasiswa,” tutur Rahmi.

Bagi perempuan yang hobi jalan-jalan ini mendapatkan beasiswa adalah salah satu cara yang ditempuhnya karena Allah menguji keluarganya dengan kondisi ekonomi keluarganya yang sempat jatuh ketika sang ayah pensiun sebagai pejabat. “Dulu papa pernah menjadi pejabat, namun setelah papa pensiun keluarga kami mengalami sebuah cobaan yang menyebabkan ekonomi keluarga jatuh. Dari situ aku berpikir untuk tidak banyak tergantung secara finansial pada orang tua. Itulah sebabnya selepas SMA aku harus mencari cara agar tetap bisa kuliah dengan beasiswa. Untungnya ada tawaran beasiswa yang tidak hanya mengandalkan prestasi akademik sebagai syaratnya, namun juga memperhitungkan aktivitas dan prestasi dalam riset selama menjadi mahasiswa. Alhamdulillah selama kuliah aku berhasil mendapatkan beasiswa dari PPA, Supersemar, Gudang Garam, dan Karya Salemba Empat. Aku juga bersyukur indeks prestasiku berangsur membaik bahkan mendapatkan gelar cum laude saat lulus dari Pendidikan Profesi Apoteker,” ujar lajang manis ini.

Ekonomi keluarga yang  jatuh bukan satu-satunya cobaan yang Rahmi hadapi di masa remajanya. Di saat yang bersamaan sang ibu meninggal dunia. “Saat aku masih butuh figur mama, beliau malah pergi untuk selamanya. Sudah sedih karena ekonomi keluarga menurun, mama meninggal pula. Hancur sekali rasanya.” Kesedihan boleh datang menghampiri, namun ketegaran sang ayah membuat Rahmi dan kelima saudaranya menjadi kuat. “Papaku adalah pahlawanku. Perjuangannya untuk membuat kami tetap melanjutkan sekolah itu yang sangat aku kagumi. Tidak hanya papa, adikku pun harus berkorban untuk sekolah di Padang agar lebih murah.”

Pengorbanan sang adik untuk ikut hijrah sang ayah ke tanah kelahirannya di Padang mengobarkan semangat Rahmi untuk membiayai kuliah adiknya kelak. ”Aku bertekad untuk tetap sekolah SMA di Jakarta dan melanjutkan kuliah di Yogyakarta karena lebih murah. Aku berjanji untuk belajar dengan baik agar aku bisa membalas pengorbanan adikku yang harus pindah sekolah. Kini janjiku lunas sudah. Bulan Mei 2015 ini adikku wisuda,” tuturnya bangga.

Tidak hanya kepedulian kepada keluarga yang menjadi sifat perempuan yang menetap di kawasan Pondok Gede ini, kepedulian terhadap sesama juga dia tunjukkan sejak masih duduk di bangku kuliah. Berbagai riwayat pengabdian sosial mewarnai hari-harinya hingga kini. Saat musibah meletusnya Merapi tahun 2010 lalu, Rahmi berangkat sebagai relawan di posko bencana di daerah Sleman Yogyakarta. Tidak cukup hanya itu saja, peran sebagai relawan pengajar di desa mitra Fakultas Farmasi UGM pun pernah dia jalani bersamaan dengan perannya sebagai relawan pembuatan kebun herbal. Dalam hal berbagi pengetahuan terhadap sesama, Rahmi memiliki pandangan yang menarik. “Ilmu itu ibarat air di sumur. Semakin sering diambil, maka semakin bening airnya. Jika tidak pernah diambil, maka keruh lah airnya. Analogi yang sama juga berlaku untuk ilmu. Semakin sering ilmu dibagikan, semakin berkah ilmu tersebut. Itu yang aku yakini dalam peranku sebagai pengajar.”

Keinginan untuk terus dapat berbagi ilmu membuat Rahmi bersemangat untuk mengeksplorasi alam yang hasilnya berguna untuk masyarakat. Penelitian Rahmi kebanyakan memang menggunakan bahan herbal yang alami dan murah harganya. Tanaman secang yang selama ini belum banyak dimanfaatkan, namun di tangan perempuan berkacamata ini berhasil diolah menjadi bedak antibakteri dan bahan spa alami. Bukan itu saja, tangan dingin Rahmi juga berhasil meneliti manfaat daun pepaya sebagai bahan herbal anti kolesterol. Meskipun demikian Rahmi tidak lekas berbangga hati dengan berbagai karyanya. Dia tetap menghargai pendapat orang lain yang ingin memberikan masukan atau bahkan kritikan padanya.

Kebiasaan mendengarkan pendapat orang lain dari berbagai sisi membuat perempuan murah senyum ini memiliki banyak teman, baik di Ikatan Apoteker Indonesia maupun di grup alumni UGM, seperti Keluarga Alumni Gadjah Mada (KAGAMA) dan Kampung UGM. Saat ini secara aktif Rahmi pun tergabung dalam forum Focused Group Discussion (FGD) Kampung UGM. “Bertemu dengan banyak orang dan melakukan hal-hal yang baru rasanya menyenangkan sekali. Aku suka berdiskusi dengan banyak orang yang aku temui untuk melihat sebuah permasalahan dari berbagai sudut pandang. Tidak hanya terpaku pada pendapatku sendiri. Dari situ aku belajar untuk tidak menjadi egois.”

[caption id="attachment_363433" align="aligncenter" width="300" caption="Aktif Berperan Dalam Focused Group Discussion Kampung UGM (Foto Koleksi Pribadi)"]

1430280208966855006
1430280208966855006
[/caption]

Ketika aktivitas dan prestasi bersinergi indah, bagi Rahmi itu belum lah cukup bila tidak didukung dengan kecantikan budi pekerti. “Buatku kecantikan seorang perempuan tidak terletak pada fisik, kekayaan, atau kepintaran semata. Kecantikan sejati terletak pada keindahan pekerti. Attitude yang baik dan pas membuat inner beauty perempuan terpancar jelas. Itulah citra cantik perempuan Indonesia yang sesungguhnya.” ucap perempuan yang sekarang bekerja sebagai Regulatory Affairs di Glaxo Smith Kline ini saat menutup pembicaraan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun