Mohon tunggu...
Evy Sofia
Evy Sofia Mohon Tunggu... -

seorang manusia biasa yang masih butuh banyak belajar dan ingin dapat berbagi ilmu bagi sesama... \r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jogja, Kota Seribu Cinta

23 Mei 2016   13:26 Diperbarui: 23 Mei 2016   16:43 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untungya kegalakan ibu kos sedikit tereliminasi dengan kehadiran teman-teman kos yang gokil-gokil. Kami sering menghabiskan waktu mulai dari diskusi bareng, hang out bareng ke Jalan Solo, ngadem di Galeria Mal saat bulan puasa, sampai dengan ngumpul di balkon lantai dua sambil ngerumpiin tetangga depan kos yang wajahnya mirip Chrisye.

Jatuh Cinta pada Dunia Organisasi

Berawal dari atribut OSPEK saya jadi kenal dengan mas-mas yang kos di komplek Mushola Al Huda. Mereka begitu berbaik hati membantu membikinkan aneka tugas yang diminta oleh raka dan rakanita OSPEK. Dalam sehari atribut plus tugas yang dibikin bisa mencapai 18 item. Manalah mampu beta ini menyelesaikannya sendirian sementara keesokan harinya sebelum pukul 06.00 sudah harus sampai di kampus? Untung ada beberapa mas-mas yang berbaik hati membantu saya membuat aneka tugas mulai dari yang masuk akal sampai yang aneh-aneh.

Nah, mas-mas yang baik hati ini seperti saya singgung di atas kos di Mushala Al Huda Sagan. Dari seringnya kami berdiskusi akhirnya saya tahu rupanya di mushala itu ada sebuah organisasi mahasiswa yang sudah lama malang-melintang berbakti untuk negeri. Mereka yang tergabung dalam organisasi ini terdiri dari para mahasiswa dari berbagai kampus di Jogja. Jadi saya melihat organisasi ini lebih menantang daripada organisasi kampus yang homogen terdiri dari mahasiswa satu universitas saja.

Melihat kiprah oranisasi yang saya lihat sangat positif bagi masyarakat sekitar, mulailah saya tertarik untuk bergabung dan aktif berpartisipasi. Sejak saat itu saya mulai belajar berkomunikasi, berbicara di muka umum, mengadministrasi organisasi, belajar menyampaikan pendapat di muka forum, melobi pihak ketiga yang hendak diajak kerjasama, dan berbagai ketrampilan mengelola organisasi yang lain. Tercatat hampir 4 tahun saya menikmati waktu dan menggembleng diri agar kelak tidak terkaget-kaget ketika masuk ke dunia kerja.

Kota Sejuta Buku

Bisa dikatakan tiada hari tanpa pameran di Jogja. Yang paling menarik minat saya tentu saja pameran buku. Biasanya pameran digelar di auditorium kampus, Gedung Wanita, atau JEC. Tawaran harga murah dan diskon tentunya sangat menggoda bagi mahasiswa. Dengan rupiah yang sama, ada lebih banyak buku yang bisa dibawa pulang ke kos. Siapa yang tahan godaannya, coba?

Sebenarnya sih tanpa harus ke pameran pun, Jogja memang surganya buku murah. Banyak toko buku yang menawarkan diskon sepanjang hayat dikandung badan, misalnya Shopping Center, Toga Mas, dan Sosial Agency. Di luar ketiga toko tersebut saya memiliki referensi tempat untuk hunting buku yang lebih asik. Bersama Arien –teman kuliah di Universitas Sanata Dharma- seringkali kami mengunjungi Pasar Buku Terban di sebelah UII Cik Di Tiro. Saking seringnya menyambangi tempat itu, sampai-sampai banyak pedagang buku yang kenal dengan kami berdua. Belum juga motor terparkir, pasti ada saja bakul buku yang menyambut kami dengan sapaan hangat. Sungguh mengharukan...

Ajang Berwirausaha

Ada kalanya keinginan berwirausaha menggelitik batin saya. Memang sih kuliah di Jogja relatif murah saat itu, namun hasrat untuk mencari uang sendiri sungguh menggoda hati. Saya berpikir alangkah asiknya bila saya punya uang sendiri di luar uang saku yang diberikan orang tua, uang gaji asisten dosen, dan uang beasiswa yang saya dapatkan. Minimal saya bisa memuaskan keinginan untuk memborong lebih banyak buku yang saya sukai lah, pikir saya.

Saat itu bisnis makanan sedang hits di Jogja. Hampir di setiap sudut kota banyak ditemui berdirinya warung makan baru dan bahkan internet cafe juga sedang booming. Dari beberapa kali kunjungan ke warnet, saya mengamati kadang pengunjung merasa kelaparan dan mencari makanan kecil seperti cake dan snack. Nah, ini yang namanya peluang. Kenapa saya tidak mencoba menyuplai makanan kecil ke warnet. Nampaknya bisnis ini menggiurkan juga. Andaikan satu warnet dapat saya suplai 50 potong cake dan 50 bungkus snack, tinggal saya kalikan saja keuntungannya dengan banyaknya warnet yang saya jadikan mitra kerjasama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun