Mohon tunggu...
Evy Sofia
Evy Sofia Mohon Tunggu... -

seorang manusia biasa yang masih butuh banyak belajar dan ingin dapat berbagi ilmu bagi sesama... \r\n

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Ini Phobia, Bukan Bahan Untuk Lawakan!

14 April 2015   09:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:08 1825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14289704631588309928

[caption id="attachment_360644" align="aligncenter" width="560" caption="Sumber: www.phobics-society.org.uk"][/caption]

Kemarin sore saat mengganti channel TV tak sengaja saya melihat tayangan Pesbukers di ANTV. Saat itu sedang ditayangkan segmen tanya jawab dengan seorang dokter kandungan. Bintang tamu yang hadir adalah tiga orang wanita hamil, yaitu Sarwendah (istri Ruben Onsu), Nisa (kakak Raffi Ahmad), dan Nagita Slavina (istri Raffi Ahmad).

Awalnya acara dialog berlangsung biasa saja. Tibalah saat membahas tentang ngidam. Di situlah kehebohan mulai terjadi. Nagita Slavina meminta Raffi Ahmad menyuapinya buah rambutan. Seperti yang pernah ditayangkan di beberapa acara tivi, kita pun tahu kalau Raffi Ahmad memiliki phobia pada buah rambutan. Nah, ironisnya di acara Pesbukers tersebut phobia itu menjadi bahan candaan. Beberapa butir rambutan dilembar ke arah Raffi oleh beberapa pemain. Rambutan-rambutan itu bahkan sampai ada yang masuk ke dalam jaketnya. Bisa ditebak bila acara dialog dengan dokter kandungan yang sedianya bisa untuk sarana mendapatkan informasi seputar kehamilan justru menjadi rusuh. Raffi Ahmad sampai harus kocar-kacir menghindar. Dengan wajah pucat pasi akhirnya Raffi bersembunyi di pinggir stage.

Tidak sekali dua kali artis yang memiliki phobia dijadikan bahan bercanda di acara komedi. Ada sebuah tayangan yang memperlihatkan bagaimana Desta yang phobia dengan buah pepaya justru dijadikan bulan-bulanan. Pernah juga ada tayangan yang menggambarkan Pongki Jikustik phobia buah pisang.

Sebenarnya apa sih phobia itu? Phobia adalah rasa takut yang berlebihan pada suatu benda atau fenomena tertentu. Benda atau fenomena yang menjadi objek phobia bisa jadi sesuatu yang secara logis tidak menakutkan. Pada contoh di atas kita bisa melihat Raffi Ahmad yang memiliki phobia terhadap buah rambutan, Desta phobia buah pepaya, Pongki Jikustik phobia buah pisang. Dari sudut pandang orang yang tidak memiliki phobia, buah-buahan tersebut sama sekali tidak berbahaya. Bisa jadi malah buah tersebut menjadi buah kesukaan bagi beberapa orang.

Penyebab phobia sendiri dipercaya berasal dari pengalaman traumatis di masa lalu. Anak yang sejak kecil ditakut-takuti dengan balon, bisa jadi ketika dewasa menjadi sangat takut dengan balon. Jangankan mendengar balon meletus, melihat wujud balon saja bisa pias wajahnya. Orang tua yang memiliki phobia terhadap benda tertentu pun mungkin menurunkan ketakutan yang berlebihan itu pada anaknya. Dalam hal ini ketakutan tersebut diwariskan dengan cara imitasi, bukan secara genetis.

Penderita phobia bila berhadapan dengan benda yang ditakutinya akan menunjukkan beberapa gelaja seperti jantung berdebar kencang, sesak nafas, berkeringat, muka pucat, gemetar, sulit mengendalikan gerakan tubuhnya, pusing, lemas, bahkan bisa sampai pingsan. Dapat dibayangkan bila penderita phobia secara intens ditakut-takuti seperti pada acara televisi di atas. Kemungkinan terburuk berupa penderita mengalami panik dan jatuh pingsan di panggung bukan tidak mungkin akan terjadi.

Pengobatan untuk menghilangkan phobia ini bukan suatu proses yang singkat. Terapi phobia memakan waktu yang cukup lama karena dibutuhkan proses sedikit demi sedikit untuk mengenali rasa takutnya dan membiasakan diri untuk tidak takut lagi. Secara umum terapi phobia yang sering dilakukan para ahli kejiwaan berupa hypnoterapy, desentisasi sistematis, dan pembentukan persepsi baru terhadap objek yang ditakutinya.

Empati dari orang di sekitarnya memang sangat dibutuhkan oleh penderita phobia. Mengolok-olok ketakutan penderita phobia justru akan memperparah kondisinya. Membuatnya jadi bahan lawakan juga bukan tindakan yang bermoral. Coba bayangkan jika si pengolok-olok ada di posisi penderita phobia. Apakah nyaman mengalami ketakutan yang amat sangat dan dijadikan bahan tertawaan.

Yuk ah, saatnya beberapa pelawak di Indonesia mencari bahan lawakan yang cerdas dan belajar berempati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun