Mohon tunggu...
Evy Fitria
Evy Fitria Mohon Tunggu... Guru - Pelajar

Hobi saya membaca dan belajar. Ingin terus belajar hingga akhir hayat. S1 di Universitas Mataram, S2 di Universitas Pendidikan Ganesha. Doakan saya untuk lanjut S3. Mengajar adalah profesi saya dan sebagai ladang pahala buat orangtua saya.

Selanjutnya

Tutup

Roman

Kehidupan setelah Menikah (Part 5)

26 Juli 2024   06:34 Diperbarui: 26 Juli 2024   06:37 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Setiap tindakan harus di pertanggung jawabkan. Setiap kejadian tidak boleh di sesalkan. Semua pasti ada Hikmahnya...............

"Beibh......" Panggilan dari seseorang kepada Via yang sangat tidak asing di telinganya. "Mas Azam, ada apa?" Sahut Via menoleh. "Maafkan mas, mas merasa sangat bersalah padamu. Aku minta maaf,pasti kamu sudah mendengar semua yang diperbicangkan tadi malam oleh keluargaku sampai pembicaraan keluargaku di telpon bersama mama tadi" Ucapnya lirih. Via hanya menunduk terdiam tanpa berkata-kata. 

Via tau bahwa keluarga Azam dari dulu tidak pernah mengizinkan Azam bekerja di luar kota, terutama orangtua Azam. 

"Lebih baik, ibu dan bapak mati disini dari pada harus melihat kamu bekerja pontang panting di kota orang ataupun di negeri orang, aku ingin tetap melihat anakku disisiku". 

Azam mengingat betul kalimat yang di lontarkan ibu nya ketika meminta izin untuk pergi bekerja ke luar kota, meninggalkan gubuk kecil itu hanya untuk beberapa bulan. Azam hanya ingin memiliki cukup uang untuk membangun rumah atas kerja kerasnya, dia tidak mungkin mengharapkan gajinya yang hanya sebagai guru honorer. Namun Ibu Suriyanti dan Bapak Zainudin sangat kekeh dan memang benar benar merasa berat jika harus ditinggalkan anak semata wayangnya. Kami tidak butuh uang, kami hanya butuh anak kami disisi kami. Walaupun ada 2 anak perempuan yang dimilikinya, namun mereka sudah menikah dan hanya Azam harapan satu-satunya untuk menjaganya di masa tua. Azam pasrah dengan keadaan, dia tidak ingin pergi tanpa restu orangtua. 

Merenungi nasib, Azam hanya bisa berdoa untuk masa depannya. Orangtua Azam sepakat gadai sebagian sawah yang mereka punya dengan harga 60 juta untuk biaya pembuatan rumah Azam. "Nak bagaimana, apakah cukup 60 juta untuk membuat rumah untukmu?" Azam hanya terdiam "Kita buat rumah yang kecil saja ya, nanti kalau ada rezeki baru kamu perluas" Ucap Ibu Suriyanti. "Inggih ibu" Jawab Azam. 

Azam benar benar tidak bisa melupakan kejadian itu. Ia terus membolak balikkan tubuhnya yang kekar itu. "Ya Allah bagaimana aku bisa membahagiakan istriku nanti" Ucapnya lirih. Semalaman Azam tidak bisa tidur, ia terus memikirkan perasaan Via dan keluarga Via disana. 

Sementara Via sudah tidur di kamar sebelah bersama ibu Suriyanti. Via sempat meminta pada ibu suriyanti untuk menemaninya tidur selama belum dilaksanakan akad. 

Dibelahan bumi lainnya.... 

"Pa, bagaimana ini. Kenapa keluarga Azam begitu memperhitungkan segalanya. Aku tidak bisa tidur karena memikirkan anakku, aku akan malu pada warga, anak gadis yang paling aku sayangi di beri maskawin dengan nominal yang sangat sedikit. Kita sekeluarga pasti akan dibicarakan tidak-tidak. Aku tidak sanggup melihat anakku di rendahkan seperti ini" Ucap ibu Ernia. "Sabar, kita harus percaya Allah maha adil, maha tau apa yang akan terjadi nantinya. Takdir Via memang sudah dituliskan sebelum dia dilahirkan. Namun ingat ma, kita tidak boleh memberatkan keluarga Azam. Aku hanya ingin Via dan Azam cepat sah di mata hukum dan agama. Aku tidak ingin mengulur waktu. Anakku sudah 4 hari disana, aku rindu anakku begitupun kamu. Kita harus mengalah untuk kebaikan " Balas bapak Setyanto. 

Bapak setyanto memang terkenal sabar dan pekerja keras. Beliau adalah guru AL-Qur'an di sekolah dan guru ngaji dirumah. Bapak Setyanto juga merupakan pengusaha Emas yang sudah dijalankan sejak masih muda. Via tidak pernah merasa kekurangan apapun ketika tinggal bersama papa dan mama nya. Hal tersebut membuat ibu Ernia semakin sedih, bagaimana mungkin anaknya yang sudah biasa dengan kehidupan mewah malah menikah dan terjebak dengan kehidupan yang susah sekarang. Ibu Ernia dapat melihat kehidupan Azam susah karena keluarga Azam begitu kekeh menawar maskawin/mahar Via. 

"Aku harus berbuat sesuatu" Ucap ibu Ernia.............

...............

Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun